Deskripsi ikan beunteur Puntius binotatus C. V. 1842 Distribusi frekuensi ikan beunteur Puntius binotatus

4.2 Ikan beunteur Puntius binotatus C. V. 1842, Famili Cyprinidae

4.2.1 Deskripsi ikan beunteur Puntius binotatus C. V. 1842

Ikan beunteur Gambar 1 memiliki ciri-ciri antara lain kepala simetris, bentuk tubuh pipih dan memanjang dengan perut membundar, tubuh bersisik sikloid, bentuk ekor cagak, garis rusuk atau Linea lateralis L.1 lengkap dan tidak terputus dari belakang operculum paling luar hingga pertengahan pangkal ekor. Posisi mulut terminal dan dapat disembulkan, mempunyai dua pasang sungut, dan tidak bergigi. Tubuh berwarna abu-abu keperakan, pada anak ikan terdapat bintik hitam pada pangkal dasar sirip punggung, dan pada pertengahan batang ekornya. Pada ikan dewasa bintik hitam hanya terdapat pada pertengahan batang ekornya. Posisi sirip dada terhadap sirip perut adalah abdominal. Gambar 1. Ikan beunteur Puntius binotatus C. V. 1842. Sumber www.fishbase.org Panjang baku ikan beunteur 0,76 panjang total, tinggi badan 0,30 kali panjang baku, panjang kepala 0,30 panjang totalnya dan tinggi batang ekornya 0,15 kali panjang baku. Rumus jari-jari sirip ikan beunteur adalah D IV. 8; P I. 15-17; V I. 8-9; A III. 5; C 18. Jumlah sisik L.1 berkisar antara 23-27 Lampiran 3.

4.2.2 Distribusi frekuensi ikan beunteur Puntius binotatus

Ikan beunteur yang diamati selama pe nelitian berjumlah 187 ekor , terdiri atas 100 ekor ikan jantan dan 87 ekor ikan betina dengan panjang total berkisar antara 33 mm sampai 117 mm dan berat total berkisar antara 0,9-27,7 gr. Dari kisaran panjang total itu didapatkan sembilan kelas ukuran panjang. Ukuran minimum panjang total ikan beunteur terdapat pada ikan jantan seda ngkan untuk ukuran maksimum panjang total terdapat pada ikan betina . Ikan jantan memiliki kisaran panjang total antara 33–104 mm dan berat total berkisar antara 0,9– 18,43 gr, sedangkan ikan betina panjang totalnya berkisar antara 46–117 mm dengan berat total berkisar antara 1,55–27,7 gr. Berdasarkan distribusi frekuensi per stasiun, ikan beunteur yang terdapat di Sungai Ciliwung ba gian hulu bervariasi. Ikan beunteur jantan banyak terdapat pada stasiun 3 sebesar 43 sedangkan ikan betina pada stasiun 4 sebesar 47,13. Frekuensi terendah terdapat pada stasiun 2 untuk ikan jantan sebesar 7 dan ikan betina pada stasiun 1 sebesar 5,75 Gambar 2; Lampiran 4A. 10 20 30 40 50 1 2 3 4 5 Stasiun Frekuensi Jantan Betina Gambar 2. Distribusi frekuensi ikan beunteur Puntius binotatus jantan dan betina setiap stasiun. Frekuensi yang berbeda pada setiap stasiun diduga dipengaruhi oleh kondisi perairan di bagian hulu sungai Ciliwung. Lowe-McConnel 1987 menyatakan bahwa terjadinya fluktuasi kondisi perairan dan adanya migrasi, mortalitas atau pemijahan menyebabkan fluktuasi pada populasi ikan. Hal lain yang diduga mempenga ruhi perbedaan frekuensi adalah tersedianya makanan yang cukup. Stasiun 3 dan 4 berada disekitar pemukiman penduduk dan daerah persawahan sehingga diduga adanya limpasan dari sawah dan limbah rumah tangga dapat menyuburkan perairan sehingga mendorong pertumbuhan plankton yang diduga menjadi makanan utama ikan beunteur, seperti menurut Roberts 1989 bahwa ikan beunteur memakan zooplankton, larva serangga, dan akar beberapa jenis tanaman. Distribusi frekuensi berdasarkan kelas ukuran panjang menunjukkan bahwa ikan beunteur jantan lebih banyak terdapat pada kisaran panjang total 53– 62 mm yaitu sebesar 34 dari seluruh ikan jantan yang diamati, sedangkan ikan betina banyak terdapat pada kisaran panjang total 63– 72 mm yaitu sebesar 24,14 dari seluruh ikan betina yang diamati Gambar 3; Lampiran 4B. 10 20 30 40 33-42 43-52 53-62 63-72 73-82 83-92 93-102 103-112 113-122 Panjang Total mm Frekuensi Jantan Betina Gambar 3. Distribusi frekuensi ikan beunteur Puntius binotatus jantan dan betina setiap selang panjang.

4.2.3 Hubungan panjang-berat ikan beunteur Puntius binotatus