Hubungan panjang-berat Faktor kondisi

n = 1 + 3,32 Log N Keterangan: n = jumlah kelompok ukuran dibulatkan ke nilai yang lebih besar N = jumlah ikan beunteur • Menentukan lebar kelas setiap kelompok ukuran dengan rumus: c b a C − = Keterangan: C = lebar kelas a = panjang maksimum ikan beunteur b = panjang minimum ikan beunteur • Menentukan batas ba wah kelompok ukuran yang pertama kemudian ditambahkan dengan lebar kelas dikurangi satu untuk mendapatkan batas atas kelompok ukuran berikutnya. • Melakukan hal yang sama hingga kelompok ukuran ke-n • Masukkan frekuensi dari masing-masing kelompok ukuran yang ada kemudian menjumlahkan kolom frekuensi yang jumlahnya harus sama dengan data seluruhnya.

3.4.2 Hubungan panjang-berat

Dalam mencari hubungan antara panjang dengan berat digunakan rumus Effendie, 1997: b aL W = Keterangan: W = berat tubuh ikan gram L = panjang total ikan mm Nilai a dan b adalah konstanta yang dihitung menurut Rousefell dan Everhart 1960 dan Lagler 1961 dalam Effendie 1979 sebagai berikut: ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ − × × × − × = 2 2 2 LogL LogL n LogW LogL LogL LogL LogW Loga ∑ ∑ × − = LogL Loga n LogW b Keterangan: W = berat tubuh ikangram L = panjang total ikan mm n = jumlah total ikan Nilai b yang diperoleh digunakan untuk menduga laju pertumbuhan ikan beunteur Puntius binotatus yang dianalisis, dengan hipotesis: 1. Nilai b = 3 menunjukkan pola pertumbuhan isometrik 2. Nilai b 3 menunjukkan pola pertumbuhan allometrik Jika b 3 = allometrik positif pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan panjang Jika b 3 = allometrik negatif pe rtumbuhan panjang lebih cepat dari pertambahan berat Untuk menguji nilai b dilakukan uji t pada selang kepercayaan 95 á = 0,05 Steell dan Torrie, 1993 . Hipotesis: 1. H : b = 3 pola pertumbuhan isometrik 2. H 1 : b 3 pola pertumbuhan allometrik 3. t hitung = 1 1 3 Sb b − , Sb = simpangan baku 4. Keputusan diperoleh dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel : Apabila t hitung t table maka terima H Apabila t hitung t table maka tolak H Keeratan hubungan antara panjang dan bobot ikan ditunjukkan dengan koefisien korelasi r yang diperoleh. Nilai r mendekati satu menunjukkan hubungan antara kedua peubah tersebut kuat dan terdapat korelasi yang tinggi, tetapi apabila r mendekati 0, maka hubungan keduanya sangat lemah atau hampir tidak ada Steell dan Torrie, 1993.

3.4.3 Faktor kondisi

Faktor kondisi ditentukan setelah pola pertumbuhan diketahui. Pola pertumbuhan ikan betina yang didapat pada saat pengamatan bersifat isometrik b = 3, maka faktor kondisi dihitung dengan menggunakan rumus Effendie, 1979: 3 5 10 L W K TI × = Sedangkan pola pertumbuhan ikan jantan yang didapat pada saat pengamatan bersifat a llometrik b 3, maka faktor kondisi dihitung dengan rumus Effendie, 1979: b aL W K = Keterangan; K = faktor kondisi W = berat tubuh ikan gram L = panjang total ikan mm a dan b = konstanta

3.4.4 Nisbah kelamin