16 Kelas XII SMASMK
Semester 1
hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia.
21
Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah
satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging.
22
Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada
manusia itu.
23
Lalu berkatalah manusia itu: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan,
sebab ia diambil dari laki-laki.”
24
Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,
sehingga keduanya menjadi satu daging.
25
Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa
malu.
Mrk 10:2-12; bdk Luk 16:18
2
Maka datanglah orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya: “Apakah seorang suami
diperbolehkan menceraikan isterinya?”:
3
Tetapi jawab-Nya kepada mereka: “Apa perintah Musa kepada kamu?”
4
Jawab mereka: “Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan
membuat surat cerai.”
5
Lalu kata Yesus kepada mereka: “Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini
untuk kamu.
6
Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan,
7
sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,
8
sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan
lagi dua, melainkan satu.
9
Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”
10
Ketika mereka sudah di rumah, murid-murid itu bertanya pula kepada Yesus tentang hal
itu.
11
Lalu kata-Nya kepada mereka: “Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam
perzinahan terhadap isterinya itu.
12
Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah.”
b. PendalamanDiskusi
Setelah menyimak teks-teks Kitab Suci, cobalah menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
1 Apa maksud teks Kejadian 2:18-25 berkaitan dengan perkawinan? 2 Apa maksud teks Mrk 10:2-12, berkaitan dengan perkawinan?
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 17
3. Ajaran Gereja tentang Perkawinan
a. Menyimak Ajaran Gereja Katolik
Simaklah dokumen Ajaran Gereja tentang perkawinan berikut ini. Perjanjian foedus perkawinan, dengannya seorang laki-laki
dan seorang perempuan membentuk antara mereka persekutuan consortium seluruh hidup, yang menurut ciri kodratinya terarah
pada kesejahteraan suami-istri bonum coniugum serta kelahiran dan pendidikan anak, antara orang-orang yang dibaptis, oleh Kristus
Tuhan diangkat ke martabat sakramen. Karena itu antara orang-orang yang dibaptis, tidak dapat ada kontrak perkawinan sah yang tidak
dengan sendirinya sakramen. Kitab Hukum Kanonik; 1055
Kesucian perkawinan dan keluarga
Persekutuan hidup dan kasih suami-isteri yang mesra, yang diadakan oleh Sang Pencipta dan dikukuhkan dengan hukum-hukumnya,
dibangun oleh janji pernikahan atau persetujuan pribadi yang tak dapat ditarik kembali. Demikianlah karena tindakan manusiawi,
yakni saling menyerahkan diri dan saling menerima antara suami dan isteri, timbullah suatu lembaga yang mendapat keteguhannya,
juga bagi masyarakat, berdasarkan ketetapan ilahi. Ikatan suci demi kesejahteraan suami-isteri dan anak maupun masyarakat itu, tidak
tergantung dari manusiawi semata-mata. Allah sendirilah Pencipta perkawinan, yang mencakup berbagai nilai dan tujuan. Itu semua
penting sekali bagi kelangsungan umat manusia; bagi pertumbuhan pribadi serta tujuan kekal masing-masing anggota keluarga; bagi
martabat, kelestarian, damai dan kesejahteraan keluarga sendiri maupun seluruh masyarakat manusia. Menurut sifat kodratinya
lembaga perkawinan sendiri dan cinta kasih suami-isteri bertujuan untuk mendapatkan keturunan serta pendidikannya. Maka dari itu pria
dan wanita, yang karena janji perkawinan “bukan lagi dua, melainkan satu daging” Mat 19:6, saling membantu dan melayani berdasarkan
ikatan mesra antara pribadi dan kerja sama; mereka mengalami dan dari hari ke hari makin memperdalam rasa kesatuan mereka. Persatuan
mesra itu, sebagai saling serah diri antara dua pribadi, begitu pula kesejahteraan anak-anak, menuntut kesetiaan suami isteri yang
sepenuhnya, dan menjadikan tidak terceraikannya kesatuan mereka mutlak perlu.
18 Kelas XII SMASMK
Semester 1
Kristus Tuhan melimpahkan berkat-Nya atas cinta kasih yang beranekaragam itu, yang berasal dari sumber cinta kasih Ilahi, dan
terbentuk menurut pola persatuan-Nya dengan Gereja. Sebab seperti dulu Allah menghampiri bangsa-Nya dengan perjanjian kasih dan
kesetiaan, begitu pula sekarang Penyelamat umat manusia dan Mempelai Gereja, melalui sakramen perkawinan menyambut suami-
isteri kristiani. Selanjutnya Ia tinggal beserta mereka supaya seperti Ia sendiri mengasihi Gereja dan menyerahkan Diri untuknya, begitu
pula suami-isteri dengan saling menyerahkan diri dan mengasihi dengan kesetiaan yang tak kunjung henti. Kasih sejati suami-isteri
ditampung dalam cinta Ilahi, dan dibimbing serta diperkaya berkat daya penebusan Kristus serta kegiatan Gereja yang menyelamatkan,
supaya suami-isteri secara nyata diantar menuju Allah, dan diteguhkan dalam tugas mereka yang luhur sebagai ayah dan ibu. Oleh karena
itu, suami-isteri kristiani dikuatkan dan dikuduskan dengan sakramen yang khas untuk tugas kewajiban dan martabat status hidup mereka.
Berkat kekuatan-Nyalah mereka menunaikan tugas sebagai suami- isteri dalam keluarga; dan dijiwai semangat Kristus, yang meresapi
seluruh hidup mereka dengan iman, harapan dan cinta kasih. Suami- istri makin mendekati kesempurnaan dan saling menguduskan, dan
pada akhirnya secara bersama-sama makin memuliakan Allah. Maka dari itu, mengikuti teladan orangtua dan berkat doa keluarga, anak-
anak, bahkan semua yang hidup dilingkungan keluarga, akan lebih mudah menemukan jalan perikemanusiaan, keselamatan dan kesucian.
Suami-isteri yang mengemban martabat serta tugas kebapakan dan keibuan, akan melaksanakan dengan tekun kewajiban memberi
pendidikan terutama dibidang keagamaan, yang manjadi tugas utama mereka.
Anak-anak, selaku anggota keluarga yang hidup, dengan cara mereka sendiri ikut serta menguduskan orangtua mereka. Sebab mereka
akan membalas budi orangtua dengan rasa syukur dan terima kasih; cinta mesra dan kepercayaan, serta akan membantu orangtua di saat
kesukaran dan dalam kesunyian usia lanjut. Status janda, yang sebagai kelangsungan panggilan berkeluarga ditanggung dengan keteguhan
hati, hendaknya dihormati oleh semua orang. Hendaknya keluarga dengan kebesaran jiwa berbagi kekayaan rohani dengan keluarga-
keluarga lain. Maka dari itu, keluarga kristiani, karena berasal dari pernikahan yang merupakan gambar dan partisipasi perjanjian cinta