Nilai Tambah Pengembangan rantai pasok buah manggis di kabupaten Bogor, Jawa Barat

diterima oleh petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan dan alokasi nilai output tersebut untuk bahan baku dan input lainnya pada petani sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan lebih kecil dibandingkan pada petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan. Walaupun nilai output buah manggis yang diterima oleh petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan lebih besar daripada nilai output buah manggis kualitas lokal yang diterima oleh petani sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al- Ihsan, nilai output pada petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan tersebut lebih kecil dibandingkan total harga bahan baku dan harga input lainnya. Oleh karena itu, nilai tambah yang diterima oleh petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan bernilai negatif. Menurut Silver dan Golder 2007, harga bahan baku dan harga input lainnya yang tinggi serta skala ekonomi suatu usaha dapat membangkitkan nilai tambah yang negatif. Petani sebagai anggota rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan bersedia melakukan budidaya manggisnya dengan mengadopsi GAP sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pada kebun tersebut sebagai kebun terdaftar. Hal ini disebabkan petani mendapat dukungan dana pemeliharaan kebun manggis dari eksportir. Dukungan dana pemeliharaan kebun manggis tersebut merupakan harga input lain pada Tabel 17. Hasil analisis nilai tambah Tabel 17 menunjukkan bahwa petani tetap mendapatkan nilai tambah yang tinggi walaupun harga input lain ditanggung oleh petani tersebut. Jika harga input lain tersebut tidak ditanggung oleh petani, maka petani akan mendapatkan nilai tambah yang lebih tinggi lagi. Petani sebagai anggota rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al- Ihsan memperoleh nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok tersebut karena buah manggis hasil panen petani sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan dibeli dengan harga yang tinggi dan dibedakan menurut kualitasnya, sedangkan buah manggis hasil panen petani yang bukan anggota rantai pasok tersebut dibeli dengan harga yang murah tanpa membedakan kualitasnya.

5.3.2 Analisis nilai tambah KBU Al-Ihsan, pengumpul, dan pedagang besar

Pada analisis nilai tambah ini dilakukan pembandingan antara nilai tambah yang diperoleh Koperasi sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan dengan nilai tambah yang diperoleh pengumpul dan pedagang besar pada saluran pemasaran buah manggis di luar rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan. Hasil analisis nilai tambah pada usaha manggis yang dilakukan oleh KBU Al-Ihsan sebagai anggota rantai rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan ditunjukkan pada Tabel 19, sedangkan hasil analisis nilai tambah pada usaha manggis yang dilakukan oleh pengumpul dan pedagang besar pada saluran pemasaran buah manggis di luar rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan ditunjukkan pada Tabel 20 dan Tabel 21. Tabel 19 Perhitungan nilai tambah pada KBU Al-Ihsan sebagai anggota rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor Super 1 Super 2 Super 3 Lokal Output kgtahun 974,700 1.299,600 324,900 720,000 Input Bahan Baku kgtahun 1.080 1.440 360 720 Input tenaga kerja langsung haritahun 9,600 12,800 3,200 6,400 Faktor konversi 0,903 0,903 0,903 1,000 Koefisien tenaga kerja langsung harikg 0,009 0,009 0,009 0,009 Harga produk Rpkg 12.000 6.000 4.000 2.500 Harga bahan baku Rpkg 9.000 4.500 3.000 1.800 Harga input lain Rpkg 405 540 135 270 Nilai output Rpkg 10.830 5.415 3.610 2.500 Nilai tambah Rpkg 1.425 375 475 430 Rasio nilai tambah 13,158 6,925 13,158 17,200 Pendapatan tenaga kerja langsung Rpkg 222,222 222,222 222,222 222,222 Pangsa tenaga kerja langsung 15,595 59,259 46,784 51,680 Keuntungan Rpkg 1.202,778 152,778 252,778 207,778 Tingkat keuntungan 11,106 2,821 7,002 8,311 Keterangan: Upah tenaga kerja langsung: Rp25.000hari Untuk buah manggis kualitas Super 1 dan Super 2, nilai tambah yang diterima oleh KBU Al-Ihsan lebih rendah dibandingkan dengan nilai tambah yang diperoleh pengumpul. Hal ini disebabkan KBU Al-Ihsan membeli buah manggis hasil panen petani dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga buah manggis hasil panen petani yang dibeli oleh pengumpul. Untuk buah manggis kualitas Super 3, nilai tambah yang diterima oleh KBU Al-Ihsan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai tambah yang diperoleh pengumpul. Hal ini disebabkan perbandingan antara selisih harga buah manggis yang dijual oleh KBU Al-Ihsan dan harga buah manggis yang dijual oleh pengumpul lebih besar dibandingkan dengan perbandingan antara selisih harga beli buah manggis yang dibeli oleh KBU Al-Ihsan dari petani dan harga beli buah manggis yang dibeli oleh pengumpul dari petani. Untuk buah manggis kualitas lokal, nilai tambah yang diterima pengumpul bernilai negatif dan jauh lebih rendah daripada nilai tambah yang diterima oleh KBU Al-Ihsan. Hal ini disebabkan harga jual buah manggis pada pengumpul lebih rendah daripada harga belinya dari petani. Tabel 20 Perhitungan nilai tambah yang diperoleh pengumpul pada saluran pemasaran buah manggis di luar rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan Super 1 Super 2 Super 3 Lokal Output kgtahun 50,625 67,500 16,875 2.565 Input Bahan Baku kgtahun 56,250 75 18,750 2.850 Input tenaga kerja langsung haritahun 0,450 0,600 0,150 22,800 Faktor konversi 0,900 0,900 0,900 0,900 Koefisien tenaga kerja langsung harikg 0,008 0,008 0,008 0,008 Harga produk Rpkg 9.000 4.500 3.000 1.800 Harga bahan baku Rpkg 2.500 2.500 2.500 2.500 Harga input lain Rpkg 7,031 9,375 2,344 356,250 Nilai output Rpkg 8.100 4.050 2.700 1.620 Nilai tambah Rpkg 5.592,969 1.540,625 197,656 -1.236,250 Rasio nilai tambah 69,049 38,040 7,321 -76,312 Pendapatan tenaga kerja langsung Rpkg 200 200 200 200 Pangsa tenaga kerja langsung 3,576 12,982 101,186 -16,178 Keuntungan Rpkg 5.392,969 1.340,625 -2,344 -1.436,250 Tingkat keuntungan 66,580 33,102 -0,087 -88,657 Keterangan: Upah tenaga kerja langsung: Rp25.000hari Untuk buah manggis kualitas Super 1, Super 2, dan Super 3, nilai tambah yang diterima oleh KBU Al-Ihsan lebih rendah dibandingkan dengan nilai tambah yang diperoleh pedagang besar. Hal ini disebabkan alokasi harga input lain untuk buah manggis kualitas Super 1, Super 2, dan Super 3 pada KBU Al-Ihsan lebih tinggi dibandingkan dengan alokasi harga input lain untuk buah manggis kualitas Super 1, Super 2, dan Super 3 pada pedagang besar. Untuk buah manggis kualitas lokal, nilai tambah yang diterima oleh KBU Al-Ihsan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai tambah yang diperoleh pedagang besar. Hal ini disebabkan alokasi harga input lain untuk buah manggis kualitas lokal pada pedagang besar lebih tinggi dibandingkan dengan alokasi harga input lain untuk buah manggis kualitas lokal pada KBU Al-Ihsan. Tabel 21 Perhitungan nilai tambah yang diperoleh pedagang besar pada saluran pemasaran buah manggis di luar rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan Super 1 Super 2 Super 3 Lokal Output kgtahun 48,094 64,125 16,031 2.436,750 Input Bahan Baku kgtahun 50,625 67,500 16,875 2.565,000 Input tenaga kerja langsung haritahun 0,428 0,570 0,143 21,660 Faktor konversi 0,950 0,950 0,950 0,950 Koefisien tenaga kerja langsung harikg 0,008 0,008 0,008 0,008 Harga produk Rpkg 12.000 6.000 4.000 2.500 Harga bahan baku Rpkg 9.000 4.500 3.000 1.800 Harga input lain Rpkg 25,313 33,750 8,438 1.282,500 Nilai output Rpkg 11.400 5.700 3.800 2.375 Nilai tambah Rpkg 2.374,688 1.166,250 791,563 -707,500 Rasio nilai tambah 20,831 20,461 20,831 -29,789 Pendapatan tenaga kerja langsung Rpkg 211,111 211,111 211,111 211,111 Pangsa tenaga kerja langsung 8,890 18,102 26,670 -29,839 Keuntungan Rpkg 2.163,576 955,139 580,451 -918,611 Tingkat keuntungan 18,979 16,757 15,275 -38,678 Keterangan: Upah tenaga kerja langsung: Rp25.000hari

5.3.3 Analisis Nilai Tambah Eksportir

Pada analisis nilai tambah ini dilakukan pembandingan antara nilai tambah yang diperoleh eksportir yang membeli buah manggis dari petani sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan dengan nilai tambah yang diperoleh eksportir yang membeli buah manggis dari petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor. Eksportir kadang - kadang masih melanggar peraturan dari importir di negara Cina yang mewajibkan eksportir untuk melakukan pendaftaran kebun buah manggis yang hasil panennya akan diekspor ke negara Cina tersebut. Untuk memenuhi kuantitas pesanan dari importir, kadang –kadang eksportir masih mencampurkan buah manggis hasil panen dari kebun yang tidak terdaftar. Hasil analisis nilai tambah yang diperoleh eksportir yang membeli buah manggis dari petani sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor ditunjukkan pada Tabel 22, sedangkan hasil analisis nilai tambah yang diperoleh eksportir yang membeli buah manggis dari petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor ditunjukkan pada Tabel 23. Tabel 22 Perhitungan nilai tambah pada eksportir yang membeli buah manggis dari petani sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor Super 1 Super 2 Super 3 Output kgtahun 974,700 1.299,600 324,900 Input Bahan Baku kgtahun 1.026 1.368 342 Input tenaga kerja langsung haritahun 9,600 12,800 3,200 Faktor konversi 0,950 0,950 0,950 Koefisien tenaga kerja langsung harikg 0,009 0,009 0,009 Harga produk Rpkg 35.000 26.000 18.000 Harga bahan baku Rpkg 12.000 6.000 4.000 Harga input lain Rpkg 506,250 675,000 168,750 Nilai output Rpkg 33.250 24.700 17.100 Nilai tambah Rpkg 20.743,750 18.025 12.931,250 Rasio nilai tambah 62,387 72,976 75,621 Pendapatan tenaga kerja langsung Rpkg 233,918 233,918 233,918 Pangsa tenaga kerja langsung 1,128 1,298 1,809 Keuntungan Rpkg 20.509,832 17.791,082 12.697,332 Tingkat keuntungan 61,684 72,029 74,253 Keterangan: Upah tenaga kerja langsung: Rp25.000hari Nilai tambah yang diterima oleh eksportir yang membeli buah manggis hasil panen dari petani sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan lebih rendah dibandingkan dengan nilai tambah yang diperoleh eksportir yang membeli buah manggis hasil panen dari petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan. Hal ini disebabkan alokasi harga input lain untuk buah manggis yang dibeli dari hasil panen kebun petani sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan lebih tinggi dibandingkan dengan alokasi harga input lain untuk buah manggis yang dibeli dari petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan. Tabel 23 Perhitungan nilai tambah pada eksportir yang membeli buah manggis dari petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor Super 1 Super 2 Super 3 Output kgtahun 46,651 62,201 15,550 Input Bahan Baku kgtahun 48,094 64,125 16,031 Input tenaga kerja langsung haritahun 0,415 0,553 0,138 Faktor konversi 0,970 0,970 0,970 Koefisien tenaga kerja langsung harikg 0,009 0,009 0,009 Harga produk Rpkg 35.000 26.000 18.000 Harga bahan baku Rpkg 12.000 6.000 4.000 Harga input lain Rpkg 506,250 675,000 168,750 Nilai output Rpkg 33.950 25.220 17.460 Nilai tambah Rpkg 21.443,750 18.545,000 13.291,250 Rasio nilai tambah 63,163 73,533 76,124 Pendapatan tenaga kerja langsung Rpkg 215,556 215,556 215,556 Pangsa tenaga kerja langsung 1,005 1,162 1,622 Keuntungan Rpkg 21.228,194 18.329,444 13.075,694 Tingkat keuntungan 62,528 72,678 74,889 Keterangan: Upah tenaga kerja langsung: Rp25.000hari Penyusutan pada buah manggis yang dibeli dari petani sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan lebih tinggi dibandingkan dengan penyusutan buah manggis yang dibeli dari petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan. Hal ini disebabkan buah manggis dari petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan telah mengalami proses sortasi dan grading sebanyak 2 kali, yaitu di tempat pengumpul dan di tempat pedagang besar. Penyusutan buah manggis yang lebih tinggi menyebabkan nilai tambah yang diterima eksportir dari buah manggis yang dibeli dari petani sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan lebih rendah dibandingkan dengan nilai tambah yang diterima eksportir dari buah manggis yang dibeli dari petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan.

5.3.4 Distribusi Nilai Tambah

Salah satu tujuan pembentukan rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor adalah meningkatkan nilai tambah buah manggis hasil panen petani. Perbandingan distribusi nilai tambah antar anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan ditunjukkan pada Tabel 24, sedangkan distribusi nilai tambah pada saluran pemasaran buah manggis di luar rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan ditunjukkan pada Tabel 25. Hasil analisis distribusi nilai tambah menunjukkan bahwa persentase nilai tambah yang diterima oleh petani dari seluruh nilai tambah yang diperoleh dari usaha buah manggis pada rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai tambah yang diperoleh petani buah manggis yang bukan sebagai anggota rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan. Hal ini disebabkan harga jual buah manggis kualitas ekspor yang tinggi dan petani menerima pendapatannya sesuai dengan harga beli dari eksportir dengan dipotong 25 oleh KBU Al-Ihsan untuk keperluan operasi di KBU Al-Ihsan. Pada rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan, persentase nilai tambah yang diterima oleh eksportir dari seluruh nilai tambah yang diperoleh dari usaha buah manggis mengalami penurunan dibandingkan dengan nilai tambah yang diperoleh eksportir jika eksportir membeli buah manggis dari saluran pemasaran buah manggis di luar rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan. Hal ini disebabkan eksportir mengeluarkan biaya lebih besar sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan. Eksportir memberikan dukungan berupa sarana budidaya manggis bagi petani agar para petani termotivasi untuk melakukan pemeliharaan kebunnya sesuai dengan persyaratan yang harus dipenuhi sebagai kebun terdaftar. Rata – rata penurunan nilai tambah yang diterima eksportir adalah sebesar 3,017.. Eksportir harus mengalami sedikit kerugian sebagai anggota rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan, tetapi kualitas buah manggis yang diterima oleh eksportir lebih terjamin karena buah manggis yang dibeli dari KBU Al-Ihsan merupakan buah manggis yang berasal dari kebun terdaftar yang memenuhi syarat sebagai buah ekspor yang dipersyaratkan oleh importir. Ikatan kontrak yang dibuat antara eksportir dan KBU Al-Ihsan juga lebih menjamin kuantitas pasokan buah manggis bagi eksportir. Dengan kualitas dan kuantitas buah manggis yang lebih terjamin, diharapkan kepercayaaan pasar luar negeri terhadap eksportir buah manggis dari rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan juga lebih tinggi sehingga pemasaran buah manggis ke luar negeri juga akan semakin meningkat. Dalam pengembangannya, eksportir dapat sedikit demi sedikit mengurangi dukungan dananya untuk budidaya manggis jika kekuatan finansial sudah terbangun dalam rantai pasok tersebut. Kekuatan finansial rantai pasok diharapkan dapat meningkat dengan adanya pengembangan usaha dari KBU Al-Ihsan dalam melakukan diversifikasi produk buah manggis kualitas lokal untuk diubah menjadi sari buah manggis. Dengan peningkatan nilai tambah ini, maka petani yang tergabung dalam rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan diharapkan tetap termotivasi untuk tetap bergabung dengan rantai pasok tersebut dan tetap memenuhi kewajibannya untuk memelihara kebunnya sehingga rantai pasok ini diharapkan akan terus berkelanjutan. Hasil analisis distribusi nilai tambah ini juga menunjukkan bahwa eksportir menerima persentase nilai tambah yang terbesar dari seluruh nilai tambah yang diperoleh dari usaha buah manggis pada rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan. Walaupun persentase nilai tambah yang diterima oleh petani lebih kecil daripada persentase nilai tambah yang diterima oleh eksportir, biaya yang dikeluarkan oleh petani juga lebih kecil dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh eksportir. Hal ini ditunjukkan oleh rasio nilai tambah petani yang lebih besar daripada rasio nilai tambah eksportir. Pada saluran pemasaran buah manggis di luar rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan, eksportir juga menerima persentase nilai tambah yang terbesar dari seluruh nilai tambah yang diperoleh dari usaha buah manggis, sedangkan petani menerima persentase nilai tambah yang terkecil, padahal rasio nilai tambah menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh petani lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan oleh eksportir. Hal ini menunjukkan bahwa petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan merupakan pihak yang dirugikan dalam bisnis manggis ini. Tabel 24 Distribusi nilai tambah antara anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor Anggota Rantai Pasok Nilai Tambah Rpkg Distribusi Nilai Tambah Rasio Nilai Tambah Super 1 Super 2 Super 3 Lokal Super 1 Super 2 Super 3 Lokal Super 1 Super 2 Super 3 Lokal Petani 5.867,063 2.062,938 1.291,563 325,813 20,927 10,081 8,787 43,108 2,907 0,952 0,751 0,174 Koperasi 1.425,000 375,000 475,000 430,000 5,083 1,833 3,232 56,892 0,042 0,013 0,017 0,016 Eksportir 20.743,750 18.025,000 12.931,250 73,990 88,086 87,981 0,560 0,580 0,445 Total 27.059,313 18.365,313 14.372,313 755,813 100,000 100,000 100,000 100,000 Tabel 25 Distribusi nilai tambah pada saluran pemasaran buah manggis di luar rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor Anggota Rantai Pasok Nilai Tambah Rpkg Distribusi Nilai Tambah Rasio Nilai Tambah Super 1 Super 2 Super 3 Lokal Super 1 Super 2 Super 3 Lokal Super 1 Super 2 Super 3 Lokal Petani -237,374 -237,374 -237,374 -237,374 -0,092 -0,091 -0,092 -0,065 Pengumpul 5.592,969 1.540,625 197,656 -1.236,250 19,016 7,249 1,384 2,066 0,569 0,073 -0,404 Pedagang Besar 2.374,688 1.166,250 791,563 -707,500 8,074 5,488 5,543 0,257 0,246 0,246 -0,215 Eksportir 21.443,750 18.545,000 13.291,250 72,910 87,263 93,073 1,686 2,691 3,032 Total 29.411,406 21.251,875 14.280,469 -2.181,124 100,000 100,000 100,000 6 PENGEMBANGAN RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR Dalam pengembangan rantai pasok buah manggis yang kemitraan antar anggotanya baru terbentuk di Kabupaten Bogor ini, perlu dipertimbangkan pertentangan kepentingan antar anggota rantai pasok. Setiap anggota rantai pasok mempunyai kepentingan yang berbeda. Perbaikan kinerja salah satu anggota rantai pasok mungkin akan merugikan anggota rantai pasok yang lain dan tidak memberikan kontribusi yang positif pada rantai pasok secara keseluruhan. Oleh karena itu, perilaku sistem rantai pasok buah manggis perlu dipahami secara utuh.

6.1 Model Struktural Rantai Pasok Buah Manggis di Kabupaten Bogor

Model struktural dibuat dengan tujuan untuk memahami perilaku sistem secara utuh setelah dilakukan identifikasi hubungan antar sub-elemen sistem dalam tiap elemen sistem Eriyatno, 2003. Hubungan antar sub-elemen sistem dalam tiap elemen sistem tersebut dianalisis menggunakan metode ISM. Berdasarkan kajian pustaka dan pendapat ahli, elemen sistem yang penting pada rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor sebagai rantai pasok yang kemitraan antar anggotanya baru terbentuk dalah kebutuhan rantai pasok, kendala keberlanjutan rantai pasok, dan lembaga yang terlibat dalam rantai pasok tersebut kuesioner ditunjukkan pada lampiran 6, Lampiran 7,dan Lampiran 8.

6.1.1 Kebutuhan Rantai Pasok

Kebutuhan rantai pasok diperoleh dari hasil identifikasi rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor, yaitu: 1. Jaminan kualitas dan kuantitas buah manggis yang siap dipasarkan ke pasar ekspor 2. Jaminan kualitas dan kuantitas pasokan buah manggis yang merupakan hasil panen petani manggis di Kabupaten Bogor 3. Sumberdaya manusia yang berkualitas 4. Ketersediaan modal 5. Ketersediaan teknologi 6. Peningkatan pendapatan pelaku dalam rantai pasok. Hubungan antar kebutuhan pada rantai pasok ini diperoleh dari kumpulan pendapat para ahli. Structural Self-Interaction Matrx SSIM awal Lampiran 9.a kemudian disusun berdasarkan hubungan antar kebutuhan pada rantai pasok tersebut. Reachability Matrix yang diperoleh berdasarkan SSIM awal kemudian direvisi menurut aturan transitivity. SSIM hasil revisi diperoleh berdasarkan Reachability Matrix yang telah direvisi tersebut. Intepretasi Reachability Matrix akhir untuk kebutuhan rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al- Ihsan di Kabupaten Bogor, ditunjukkan pada Tabel 26, sedangkan diagram model struktural kebutuhan rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor ditunjukkan pada Gambar 15. Matriks DP-D kebutuhan rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor kemudian dapat dibuat berdasarkan Driver Power DP dan Dependence D. Matriks tersebut ditunjukkan pada Gambar 16. Diagram struktrual kebutuhan rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa dukungan ketersediaan modal dan ketersediaan teknologi dibutuhkan oleh rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor. Ketersediaan modal dan ketersediaan teknologi akan saling mendukung untuk memenuhi kebutuhan sumberdaya manusia yang berkualitas dalam rantai pasok tersebut. Tabel 26 Intepretasi Reachability Matrix akhir untuk kebutuhan rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor j 1 2 3 4 5 6 DP R i 1 1 1 2 4 2 1 1 1 3 3 3 1 1 1 1 4 2 4 1 1 1 1 1 5 1 5 1 1 1 1 1 5 1 6 1 1 5 D 5 4 1 2 2 6 R 2 3 6 4 4 1 Keterangan: DP : Driver Power D : Dependence R : Rank 6. Peningkatan pendapatan pelaku dalam rantai pasok 2. Jaminan kualitas dan kuantitas pasokan buah manggis yang merupakan hasil panen petani 1. Jaminan kualitas dan kuantitas buah manggis yang siap dipasarkan ke pasar ekspor 4. Ketersediaan modal 3. Sumberdaya manusia yang berkualitas 5. Ketersediaan teknologi Gambar 15 Diagram model struktural kebutuhan rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor. Keterangan: I : Autonomous II : Dependent III : Linkage IV : Independent Gambar 16 Matriks DP-D kebutuhan rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor. Ketersediaan modal, ketersediaan teknologi, dan sumberdaya manusia yang berkualitas mempunyai daya gerak yang besar untuk memenuhi kebutuhan lain dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan 3 4 4,5 2 1 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 Dependence D ri v e r P ow e r I II IV III di Kabupaten Bogor. Ketiga kebutuhan tersebut mempunyai ketergantungan yang lemah terhadap kebutuhan lain dalam rantai pasok ini. Hal ini ditunjukkan pada matriks DP-D kebutuhan rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al- Ihsan di Kabupaten Bogor. Dengan daya gerak yang besar dan ketergantungan terhadap sistem yang lemah, maka ketersediaan modal, ketersediaan teknologi, dan sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan kebutuhan yang diutamakan untuk dipenuhi dalam rantai pasok ini. Sumberdaya manusia yang berkualitas dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan jaminan kualitas dan kuantitas pasokan buah manggis yang merupakan hasil panen petani. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat diperoleh melalui peningkatan ketrampilan dan pengetahuan petani dalam budidaya dan bisnis manggis. Kebutuhan jaminan kualitas dan kuantitas pasokan buah manggis yang merupakan hasil panen petani merupakan kebutuhan yang mempunyai penggerak dan ketergantungan yang besar. Perubahan kebutuhan tersebut dapat mempengaruhi perubahan kebutuhan lain. Dengan jaminan kualitas dan kuantitas pasokan buah manggis yang merupakan hasil panen petani, maka kebutuhan jaminan kualitas dan kuantitas buah manggis yang siap dipasarkan ke pasar ekspor diharapkan dapat terpenuhi. Jika kualitas dan kuantitas pasar ekspor dapat terpenuhi, maka buah manggis akan dibeli dengan harga yang tinggi sehingga kebutuhan peningkatan pendapatan pelaku dalam rantai pasok tersebut dapat terpenuhi. Kebutuhan peningkatan pendapatan pelaku dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor serta jaminan kualitas dan kuantitas buah manggis yang siap dipasarkan ke pasar ekspor merupakan kebutuhan yang tergantung pada kebutuhan lain dan mempunyai kekuatan penggerak yang lemah. Hal tersebut ditunjukkan pada matriks DP-D kebutuhan rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor, yaitu kedua kebutuhan tersebut terletak pada kuadran II.

6.1.2 Kendala Keberlanjutan Kemitraan dalam Rantai Pasok

Kendala keberlanjutan kemitraan dalam rantai pasok diperoleh dari hasil identifikasi rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor, yaitu: 1. Ketidakpercayaan dengan mitra 2. Ketidakcocokan karakter dan etika dalam bekerja sama 3. Ketidakcocokan dalam mengembangkan bisnis 4. Ketidaksamaan minat dan tujuan 5. Arah kerjasama yang tidak konsisten 6. Informasi tidak terbuka 7. Ketidakadilan dalam menanggung resiko 8. Ketidakadilan dalam pendistribusian manfaat dan keuntungan 9. Sumberdaya antar mitra tidak saling mendukung 10. Tidak terdapat kesepakatan kerjasama dalam waktu lama 11. Ketentuan-ketentuan yang telah disepakati tidak dipenuhi 12. Aturan, kebijakan, dan ukuran kinerja yang dipakai tidak saling mendukung Hubungan antar kendala keberlanjutan kemitraan dalam rantai pasok ini diperoleh dari kumpulan pendapat para ahli. Structural Self-Interaction Matrx SSIM awal Lampiran 9.b kemudian disusun berdasarkan hubungan antar kendala keberlanjutan kemitraan dalam rantai pasok tersebut. Intepretasi Reachability Matrix akhir untuk kendala keberlanjutan kemitraan dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor, ditunjukkan pada Tabel 27, sedangkan diagram model struktural kendala keberlanjutan kemitraan dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor ditunjukkan pada Gambar 17. Matriks DP-D kendala keberlanjutan kemitran dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor kemudian dapat dibuat berdasarkan Driver Power DP dan Dependence D. Matriks tersebut ditunjukkan pada Gambar 18. Diagram struktrual kendala keberlanjutan kemitraan dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa ketidakpercayaan dengan mitra, ketidakcocokan karakter dan