Kinerja Rantai Pasok Pengembangan rantai pasok buah manggis di kabupaten Bogor, Jawa Barat

1. Prosedur rencana pemesanan. Indikator ini digunakan untuk mengukur kinerja kegiatan yang terkait dengan pemesanan. Beberapa indikator tersebut adalah metode pemasukan pesanan, lead time pemesanan, dan urutan pemesanan. 2. Kerjasama rantai pasok dan yang terkait dengannya. Indikator ini digunakan untuk menilai tingkat koordinasi di antara anggota rantai pasok. Beberapa kriteria untuk indikator ini adalah tingkat dan derajat pembagian informasi, biaya inisiatif pembeli-pedagang, perluasan kerjasama dalam perbaikan kualitas, serta perluasan pendampingan dalam usaha penyelesaian masalah. 3. Tingkat produksi. Kategori ini terdiri dari produk dan pelayanan, penggunaan kapasitas, serta efektivitas teknik penjadwalan. 4. Ukuran yang terkait dengan pengiriman. Ukuran ini dirancang untuk mengevaluasi kinerja pengiriman dan biaya distribusi. 5. Ukuran pelayanan konsumen dan kepuasan konsumen. Ukuran ini bertujuan untuk mengintegrasikan spesifikasi konsumen dalam perancangan, menetapkan dimensi kualitas, serta sebagai umpan balik untuk proses pengendalian. Ukuran ini terdiri dari fleksibilitas produkpelayanan, ketepatan waktu, dan pelayanan setelah transaksi. 6. Finansial dan biaya logistik. Indikator ini digunakan untuk menilai kinerja finansial rantai pasok, seperti biaya aset, pengembalian modal, serta biaya persediaan total. Gunasekaran et al. 2001, 2004 mengidentifikasi dan membahas indikator kinerja manajemen rantai pasok yang berbeda. Indikator tersebut diklasifikasikan ke dalam tingkat manajemen strategis, taktis, dan operasional. Indikator tersebut juga dibedakan sebagai alat ukur finansial dan non-finansial sehingga metode pembiayaan berdasarkan analisis kegiatan yang sesuai dapat diterapkan. Indikator evaluasi kinerja manajemen rantai pasok tersebut ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4 Indikator evaluasi kinerja manajemen rantai pasok Tingkat Manajemen Indikator Kinerja Finansial Non- Finansial Strategis Total waktu siklus rantai pasok √ Total waktu aliran kas √ Ketepatan waktu √ √ Tingkat penerimaan konsumen terhadap nilai produk √ Rasio keuntungan bersih terhadap produktivitas √ Laju pengembalian modal √ Rentang produk dan pelayanan √ Variasi pada anggaran √ Lead time pemesanan √ Fleksibilitas sistem pelayanan untuk memenuhi keinginan khusus konsumen √ Tingkat kerjasama pembeli-pemasok √ √ Lead time pemasok pada norma industri √ Tingkat pengiriman pemasok yang bebas cacat √ Lead time pengiriman √ Kinerja pengiriman √ √ Taktis Ketepatan teknik peramalan √ Waktu siklus pengembangan produk √ Metode pemasukan pesanan √ Efektivitas metode faktur pengiriman √ Waktu siklus pembelian pesanan √ Waktu siklus proses yang dirancanakan √ Efektivitas jadwal induk produksi √ Pendampingan pemasok dalam penyelesaian masalah secara teknis √ Kemampuan pemasok untuk menanggapi masalah kualitas √ Inisiatif penghematan biaya pemasok √ Pencatatan pemasok dalam prosedur √ Keandalan pengiriman √ Kecepatan tanggap dalam pengiriman mendadak √ Evektivitas jadwalan perencanaan distribusi √ Operasional Biaya per jam operasi √ Biaya informasi √ √ Penggunaan kapasitas √ Total biaya persediaan: Tingkat persediaan yang baru masuk Pekerjaan yang sedang berjalan Nilai bahan yang terbuang Produk jadi yang belum terjual Laju penolakan pemasok √ √ Kualitas dokumentasi pengiriman √ Efisiensi waktu siklus pembelanjaan pesanan √ Frekuensi pengiriman √ Keandalan penggerak untuk kinerja √ Kualitas barang yang terkirim √ Pencapaian kiriman yang bebas cacat √ Sumber: Gunasekaran et al. 2001 Model Supply Chain Operation Reference SCOR menetapkan 2 jenis atribut kinerja Bolstorff Rosenbaum 2003, yaitu: 1. Kinerja yang terkait dengan pelanggan yang terdiri dari: a. Reliabilitas, yaitu kinerja rantai pasok dalam mengirimkan produk yang benar ke tempat, waktu, kondisi dan pengemasan, kuantitas, dokumentasi, serta pelanggan yang tepat b. Responsiveness, yaitu kecepatan rantai pasok memberikan produk kepada pelanggan c. Agility, yaitu kemampuan rantai pasok dalam menanggapi perubahan pasar untuk memperoleh atau mempertahankan keunggulan bersaing. 2. Kinerja yang terkait dengan internal yang terdiri dari: a. Biaya, yaitu biaya yang terkait dengan pengoperasian rantai pasok b. Pengelolaan aset, yaitu keefektifan organisasi dalam mengelola aset untuk mendukung pemenuhan permintaan. Hal ini mencakup pengelolaan seluruh aset, yaitu modal tetap dan modal kerja. Beberapa penelitian yang terkait dengan pengukuran kinerja rantai pasok telah dilakukan antara lain oleh Bruwer dan Speh 2000, Narahari dan Biswas 2000, Chan dan Chan 2005, Pranoto 2005, Bichescu 2006, Jing-yuan et al. 2006, Jammernegg dan Reiner 2007, serta Wong dan Wong 2007. Untuk pengukuran kinerja pada rantai pasok pertanian, beberapa penelitian antara lain telah dilakukan oleh Pereira 2004, Aramyan et al. 2006, Bunte 2006, Vorst 2006 b , Aramyan et al. 2007, serta Persson dan Araldi 2007. Menurut Aramyan et al. 2006, beberapa metode telah dikembangkan untuk pengukuran kinerja rantai pasok. Beberapa metode terbaik dalam pengukuran kinerja tersebut adalah Supply-Chain Council’s Supply Chain Operations Reference SCOR, Balance Scorecard BSC, Multi Criteria Analysis MCA, Data Envelopment Analysis DEA, Activity Based Costing ABC, Economic Value Added EVA, dan Life Cycle Analysis LCA.

2.6 Manajemen Risiko Rantai Pasok

Risiko pada rantai pasok dapat dikelola melalui koordinasi dan kolaborasi antar mitra dalam rantai pasok sehingga keuntungan dan keberlanjutan dapat terjamin Tang 2006. Menurut Tang 2006, untuk mengurangi dampak risiko rantai pasok, maka perlu dilakukan koordinasi dan kolaborasi dengan 4 pendekatan dasar, yaitu: 1. Manajemen pasokan. Pelaku dalam rantai pasok dapat melakukan koordinasi atau kolaborasi dengan mitra hulu untuk menjamin pasokan bahan yang efisien sepanjang rantai pasok. Manajemen pasokan terkait dengan 5 hal, yaitu: a. Perancangan jaringan kerja pasokan. Dalam merancang jaringan kerja rantai pasokan, perlu diperhatikan hal-hal berikut: Konfigurasi jaringan kerja, yaitu pemasok, fasilitas pengolah, pusat distribusi, dan gudang mana yang harus dipilih Penugasan produk, yaitu fasilitas pemasok, fasilitas pengolah, pusat distribusi, dll mana yang harus bertanggung jawab untuk proses perakitan, produk setengah jadi, dan produk akhir Penugasan pelanggan, yaitu fasilitas di hulu yang mana yang harus bertanggung jawab untuk menangani permintaan dari hilir Perencanaan produksi, yaitu kapan dan berapa produksi atau proses dilakukan pada setiap fasilitas Perencanaan transportasi, yaitu kapan dan sarana transportasi apa yang harus digunakan. b. Hubungan pemasok. Tang 1999 mengidentifikasi 4 jenis hubungan pemasok, yaitu pedagang umum, pemasok yang disukai, pemasok khusus, dan mitra. Pemasok tersebut berbeda satu dengan yang lain dalam hal jenis kontrak, panjang kontrak, jenis pertukaran informasi, skema penentuan harga, jadwal pengiriman, dll. Hubungan pemasok juga dibedakan dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang diukur dari sisi tingkat kepentingan strategis bahan bagi pembeli dan daya tawar pembeli. c. Proses pemilihan pemasok kriteria dan pemilihan pemasok. Boer et al. 2001 membagi proses pemilihan pemasok ke dalam 3 tahap, yaitu: Pembentukan pemilihan kriteria yang dapat dilakukan dengan metode interpretative structural modeling dan sistem pakar Penentuan pemasok yang disetujui yang dapat dilakukan dengan metode analisis clustering, data envelopment analysis, dan artificial intelligence Pemilihan akhir pemasok yang dapat dilakukan dengan metode model pembobotan linier, biaya total kepemilikan, model pemrograman matematis pemograman linier, goal programming, data envelopment analysis , dll, dan model simulasi. d. Alokasi pesanan ke pemasok. Setelah pemasok dipilih, maka pembeli harus menentukan cara untuk mengalokasikan kuantitas pesanan pada pemasok terpilih. Risiko pada alokasi pesanan ini diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu permintaan yang tidak pasti, kapasitas pemasok yang tidak pasti, lead time pemasok yang tidak pasti, dan biaya pemasok yang tidak pasti e. Kontrak pemasok. Jenis kontrak pemasok yang dikarakteristikkan berdasarkan aliran bahan dan aliran finansial sebagai berikut: Permintaan yang tidak pasti yang terdiri dari kontrak dengan harga borongan, kontrak pembelian kembali, kontrak pembagian pendapatan, dan kontrak berdasarkan kuantitas fleksibilitas kuantitas dan pemesanan minimum Harga yang tidak pasti. 2. Manajemen permintaan Pelaku dalam rantai pasok dapat melakukan koordinasi atau kolaborasi dengan mitra hilir untuk mempengaruhi permintaan dengan cara yang menguntungkan. Strategi manajemen permintaan digunakan untuk membentuk permintaan yang tidak pasti sehingga pelaku dalam rantai pasok dapat menggunakan pasokan