Kerangka Pemikiran Tata Laksana Penelitian

pada langkah ini. Kinerja rantai pasok kemudian diukur berdasarkan indikator kinerja kunci yang utama. 3. Analisis nilai tambah Analisis nilai tambah dilakukan untuk mengetahui distribusi nilai tambah pada masing –masing pelaku dalam rantai pasok 4. Identifikasi risiko Analisis pencegahan timbulnya risiko dapat dilakukan berdasarkan risiko pada rantai pasok tersebut 5. Penentuan elemen kunci struktur rantai pasok Pada langkah ini dilakukan identifikasi peran masing-masing pelaku dalam rantai pasok dan dilakukan analisa elemen kunci struktur rantai pasok yang berperan dalam membentuk rantai pasok buah manggis. Identifikasi dan analisis ini diperlukan untuk memberi arah pengendalian dalam meningkatkan kinerja rantai pasok serta terbentuknya rantai pasok yang berkesinambungan. 6. Pengembangan rantai pasok Pengembangan rantai pasok ini berdasarkan pada beberapa identifikasi yang telah dilakukan pada rantai pasok buah manggis yang menjadi objek penelitian.

3.3 Pengumpulan Data

Untuk membentuk model dasar pengembangan rantai pasok secara komprehensif, dilakukan pengumpulan data yang relevan dengan topik yang dikaji yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer antara lain data pengetahuan pakar tentang pemangku kepentingan rantai pasok buah manggis, data pengetahuan tentang kebutuhan masing-masing pemangku kepentingan untuk peningkatan kinerja rantai pasok tersebut, data pengetahuan tentang risiko, data pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah, serta data pengetahuan tentang ukuran-ukuran kinerja rantai pasok buah manggis. Data sekunder antara lain dari Badan Pusat Statistik BPS, data perkembangan agroindustri manggis, serta data terkait dari sumber lainnya. Pengumpulan data primer dilakukan melalui beberapa cara, sebagai berikut : 1. Observasi lapangan, yaitu melihat secara langsung kegiatan semua pelaku dalam rantai pasok 2. Wawancara untuk memperoleh informasi jumlah produksi dan penjualan, sistem transportasi, distribusi, pasokan, serta hubungan kemitraan pelaku dalam rantai pasok 3. Pendapat pakar expert judgement untuk memperoleh basis pengetahuan melalui wawancara secara mendalam indepth interview dengan pakar yang terkait dengan usaha manggis Pakar dipilih secara purposive berdasarkan kriteria bahwa pakar tersebut mempunyai reputasi kepakaran dan telah menunjukkan kredibilitas sebagai pakar yang berpengalaman di bidangnya. Dalam penelitian ini, diambil 12 pakar yang mewakili setiap anggota rantai pasok di Kabupaten Bogor.

3.4 Pengolahan Data

Beberapa teknik, metode, dan alat tool digunakan untuk mengolah data dalam pengembangan rantai pasok buah manggis. Interpretative Structural Modelling ISM Struktur elemen kunci yang berperan dalam membentuk rantai pasok buah manggis dianalisis menggunakan teknik Intrepretative Structural Modelling ISM. ISM menganalisis elemen – elemen sistem dan memecahkannya dalam bentuk grafik dari hubungan langsung antar elemen dan tingkat hirarki. Elemen – elemen yang dianalisis pada rantai pasok buah manggis ini adalah kebutuhan rantai pasok, struktur kelembagaan, kendala keberlanjutan rantai pasok, dan pengurangan risiko dalam rantai pasok. Deskripsi singkat langkah-langkah ISM adalah sebagai berikut: 1. Penyusunan sub-elemen kebutuhan rantai pasok, struktur kelembagaan, kendala keberlanjutan rantai pasok, dan pengurangan risiko dalam rantai pasok yang diperoleh dari para pakar 2. Analisis hubungan kontekstual bahwa satu sub-elemen sub-elemen i mendukung keberadaan sub elemen lain sub-elemen j. Hubungan kontekstual antar sub-elemen i dan j ini diperoleh dari para pakar yang memberikan pendapatnya melalui pengisian kuesioner dengan simbol sebagai berikut: V: sub-elemen i mendukung keberadaan sub-elemen j, tetapi tidak sebaliknya A: sub-elemen j mendukung keberadaan sub-elemen i, tetapi tidak sebaliknya X: sub-elemen i dan sub-elemen j saling mendukung keberadaannya O: sub-elemen i dan sub-elemen j tidak saling behubungan 3. Penyusunan Structural Self Interaction Matrix SSIM. Matriks ini mewakili elemen persepsi responden terhadap elemen hubungan yang dituju. 4. Pembentukan Reachability Matrix RM untuk setiap elemen. Pada langkah ini, SSIM ditransformasikan ke dalam bentuk matriks biner yang disebut matriks reachability awal dengan cara menggantikan V, A, X, O dengan angka 0 dan 1 sesuai peraturan sebagai berikut: Jika sub-elemen i,j pada SSIM diisi V, maka sub-elemen i,j pada matriks reachability menjadi 1 dan sub-elemen j,i pada matriks reachability menjadi 0 Jika sub-elemen i,j pada SSIM diisi A, maka sub-elemen i,j pada matriks reachability menjadi 0 dan sub-elemen j,i pada matriks reachability menjadi 1 Jika sub-elemen i,j pada SSIM diisi X, maka sub-elemen i,j pada matriks reachability menjadi 1 dan sub-elemen j,i pada matriks reachability menjadi 1 Jika sub-elemen i,j pada SSIM diisi O, maka sub-elemen i,j pada matriks reachability menjadi 0 dan sub-elemen j,i pada matriks reachability menjadi 0 Transivitas hubungan kontekstual tersebut kemudian diperiksa jika sub- elemen i mendukung keberadaan sub-elemen j dan sub-elemen j mendukung keberadaan sub-elemen k, maka sub-elemen i seharusnya mendukung sub- elemen k untuk memperoleh matriks reachability akhir yang menunjukkan seluruh direct reachability dan indirect reachability. Pada matriks akhir tersebut, kekuatan penggerak sub-elemen ditunjukkan melalui penjumlahan