Waktu dan Lokasi Penelitian

4 KARAKTERISTIK RANTAI PASOK BUAH MANGGIS

4.1 Struktur Rantai Pasok Buah Manggis

Rantai pasok buah manggis untuk pasar ekspor di Kabupaten Bogor, Jawa Barat dibentuk pada tahun 2007. Koperasi Bina Usaha KBU Al-Ihsan merupakan lembaga yang merintis terbentuknya rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor. Tujuan awal KBU Al-Ihsan merintis terbentuknya rantai pasok buah manggis adalah untuk meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan ketrampilan petani dalam budidaya manggis sehingga kualitas dan kuantitas buah manggis dapat meningkat. Suatu rantai pasok terdiri dari berbagai pihak, baik terlibat secara langsung maupun secara tidak langsung. Rantai pasok bersifat dinamis dan memiliki aliran informasi, produk, dan uang. Struktur rantai pasok menjelaskan mengenai pihak yang terlibat dan perannya serta aliran informasi, produk dan uang pada rantai pasok. Struktur rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 4 Struktur rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor. Peran masing-masing pihak yang terlibat dalam rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut: Petani Eksportir KBU Al-Ihsan Aliran manggis PKBT IPB Aliran uang Informasi Teknologi, pengetahuan, dan ketrampilan Kelompok Tani HPSP Diperta 1. Petani Petani manggis merupakan pelaku dalam rantai pasok yang berperan melakukan kegiatan budidaya manggis, mulai dari pembibitan pohon manggis, pemeliharaan, dan pemanenan. Pada saat ini, jumlah petani yang terlibat dalam rantai pasokan buah manggis segar untuk pasar ekspor baru 75 orang dan merupakan anggota KBU Al-Ihsan. Sebagian besar petani manggis merupakan pemilik kebun manggis dengan luas kebun yang ditanami pohon manggis rata- rata 0,5 hektar. Pohon manggis yang dibudidayakan di Kabupaten Bogor ini sebagian besar merupakan warisan yang sudah berusia lebih dari 25 tahun. Pohon manggis sebagian besar ditanam pada lahan yang sama dengan pohon lain, seperti durian, belinjo, dan cempedak. Hanya sedikit petani yang melakukan budidaya manggis dengan jarak tanam yang teratur dan terpisah dengan budidaya tanaman lainnya. Pohon manggis yang dibudidayakan merupakan pohon manggis yang diperbanyak secara generatif. Pada umumnya, petani melakukan pembibitan sendiri atau membeli bibit dari petani lainnya. Budidaya manggis yang dilakukan oleh para petani masih belum intensif. Para petani tidak melakukan pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, sanitasi kebun, pemangkasan cabangranting, serta pembungkusan buah manggis. Sejak mendapat pembinaan dari Pusat Kajian Buah Tropika Institut Pertanian Bogor PKBT IPB yang didukung oleh Horticultural Partnership Supporting Program HPSP dalam budidaya manggis dan cara pemanenan yang dapat memghasilkan buah manggis segar yang lebih berkualitas, petani mulai melakukan budidaya manggis dengan intensif. Untuk mendukung petani melakukan budidaya manggis dengan intensif, para petani yang terlibat dalam rantai pasok ini diberi bantuan pupuk organik oleh eksportir melalui KBU Al-Ihsan. Kebun manggis yang terawat dan kebun manggis yang tidak terawat ditunjukkan pada Gambar 5. Masa panen buah manggis di Kabupaten Bogor adalah bulan November hingga bulan April dengan puncak panen rayanya pada bulan Februari hingga bulan Maret. Kegiatan pemanenan buah manggis dilakukan dengan cara pemetikan langsung. Untuk buah manggis yang sulit dijangkau, pemetikan dilakukan dengan menggunakan alat berupa galah. Penggunaan alat bantu pemetikan ini juga dilakukan setelah petani mulai dapat pembinaan dari PKBT IPB. Petani anggota KBU Al-Ihsan memperoleh bantuan alat pemetikan dari HPSP dan PKBT IPB. Pemetikan buah manggis dengan menggunakan alat tersebut bertujuan agar buah yang dipetik tidak mengalami kerusakan akibat terjatuh dari tempat yang tinggi di pohon manggis. Buah manggis yang sudah dipetik biasanya langsung dimasukkan ke dalam karung atau keranjang bambu sehingga hasil panen dari petani manggis ini masih dalam berbagai ukuran dan kualitas tanpa proses sortasi dan grading. a. Kebun manggis yang terawat b. Kebun manggis yang tidak terawat Gambar 5 Kebun manggis di Kabupaten Bogor. 2. Kelompok Tani Kelompok tani berperan dalam mencatat seluruh kegiatan petani anggota dari kelompok tani tersebut, mulai dari pembibitan pohon manggis, pemeliharaan, dan pemanenan. Kelompok tani juga berperan dalam melakukan koordinasi terhadap anggotanya, terutama dalam pemeliharaan pohon manggis dan pemanenan buah manggis, misal: hasil panen para petani dicatat oleh petugas kelompok tani kemudian dikumpulkan dan dibawa ke gudang KBU Al-Ihsan, penjadwalan panen, penjadwalan pemupukan serta pemangkasan, dan sebagainya. 3. Koperasi Bina Usaha KBU Al-Ihsan Koperasi Bina Usaha KBU Al Ihsan merupakan kelembagaan yang didirikan oleh beberapa orang petani manggis di Kampung Cengal. Pada tahun 2001 berdiri Kopjamas Koperasi Jamaah Masjid Al Ihsan yang merupakan cikal bakal koperasi di Kampung Cengal selain Kelompok Tani Karya Mekar. Pembentukan Kopjamas berasal dari inisiatif salah satu pejabat di wilayah Kabupaten Bogor. Kopjamas didirikan dengan tujuan untuk memberdayakan usaha dari para jamaah masjid di beberapa wilayah pedesaan Kabupaten Bogor, tetapi keberlangsungan usaha Kopjamas tidak berkembang karena masyarakat sekitar menganggap koperasi tersebut hanya digunakan bagi kepentingan politik beberapa orang. Pada tahun 2002 pembaruan dilakukan terhadap kelembagaan Kopjamas yang kemudian berganti nama menjadi Koperasi Bina Usaha Al-Ihsan. Pembentukan KBU Al-Ihsan diprakarsai oleh beberapa petani manggis yang merasa perlu memperbaiki sistem pemasaran manggis serta meningkatkan peran dari kelembagaan di tingkat petani. Dalam rantai pasok buah manggis ini, KBU Al-Ihsan berperan sebagai penghubung antara petani dan kelompok tani dengan pelaku lain yang terlibat dalam rantai pasok, yaitu eksportir, Pusat Kajian Buah Tropika Institut Pertanian Bogor PKBT IPB, dan Horticultural Partnership Supporting Program HPSP. KBU Al-Ihsan melakukan sortasi dan grading pada buah manggis yang dikirim oleh kelompok tani kemudian menjual buah manggis kualitas ekspor kepada eksportir secara langsung. Buah manggis yang dihasilkann oleh petani anggota rantai pasokan terbagi menjadi empat grade, yaitu grade Super 1, grade Super 2, grade Super 3, serta kualitas lokal. Proses sortasi dan grading di KBU Al-Ihsan, serta pengangkutan buah manggis ke eksportir ditunjukkan pada Gambar 6, sedangkan standar kualitas buah manggis hasil sortasi dan grading KBU Al Ihsan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 9. Buah manggis hasil sortasi dan grading yang tidak memenuhi persyaratan kualitas ekspor dijual oleh KBU Al-Ihsan ke para pemasok pasar swalayanpemasok pedagang pengecer atau dijual langsung ke pedagang pengecer. Harga jual buah manggis kualitas ekspor ditentukan berdasarkan harga jual buah manggis di negara tujuan ekspor. Pada saat ini, KBU Al-Ihsan merupakan pemasok buah manggis untuk diekspor ke negara Cina. Harga jual buah manggis yang berfluktuatif selalu diinformasikan oleh KBU Al-Ihsan kepada para petani anggotanya. KBU Al-Ihsan mengambil 25 dari hasil penjualan ke eksportir dan penjualan ke pasar domestik untuk keperluan biaya transportasi dan penanganan buah manggis pasca panen hingga terjual. Buah