b.  Rangsangan yang biasa berada di lingkungan sekitar. c.  Memori yang berisi kemampuan berupa pengetahuan dan ketrampilan.
d.  Respon dalam pembelajaran yang diamati pada akhir proses belajar. Dari  unsur-unsur  dapat  digambarkan  sebagai  aktivitas  belajar  itu  terjadi
karena  interaksi  antara  rangsangan  dan  memori  sehingga  perilakunya  berubah. Model  pembelajaran  RME  dengan  pendekatan  problem  posing  melalui  masalah
yang  bersifat  nyata  disertai  pengajuan  soal-soal  matematika  mampu  merangsang peserta  didik  untuk  berpikir  kritis  menemukan  hubungan  antar  konsep  dan
komunikasi  matematika  dalam  memori  peserta  didik  sehingga  membawa perubahan hasil belajar.
2.1.1.3 Teori Belajar
Menurut Thorndike dalam Catharina Tri Anni 2007: 27 berdasarkan tiga hukum  belajarnya,  belajar  merupakan  proses  kesiapan  individu  untuk  sering
melakukan latihan sehingga rangsangan dan respon menjadi tinggi untuk mencapai perubahan yang lebih baik.
Dalam penerapan model RME dengan pendekatan problem posing, peserta didik mampu mengkaitkan masalah dengan dunia nyata yang dapat meningkatkan
rangsangan  yang  membuat  peserta  didik  merespon  dengan  sering  melakukan latihan  yang  diantaranya  dapat  dilakukan  dengan  pengajuan  soal.  Dengan  ini,
perubahan dapat diwujudkan dalam hasil belajar.
2.1.1.4 Hasil Belajar
Hasil  belajar  merupakan  perubahan  perilaku  yang  diperoleh  setelah mengalami  aktivitas  belajar,  dalam  hal  ini  hasil  belajar  berkaitan  dengan  tujuan
pembelajaran.  Karena  dalam  tujuan  pembelajaran  terdapat  deskripsi  tentang perubahan perilaku yang diinginkan yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi.
Dalam  penerapan  model  RME  dengan  pendekatan  problem  posing  yang terdapat  tujuan  pembelajaran  yang  ingin  dicapai  agar  peserta  didik  belajar  aktif
untuk  menggali kemampuan nalar dan logika, membuat  dan menyelesaikan soal, berkomunikasi  matematika  dan  mengkaitkan  ide  matematika  dengan  kegiatan
intelektualnya sehingga dapat diwujudkan perubahan hasil belajar. 2.1.2
Realistic Mathematics Education 2.1.2.1
Pengertian  Realistic Mathematics Education
Menurut  Van  Reeuwijk  dalam  Paul  Whitehead  2004  Pendidikan Matematika  Realistik  adalah  pembelajaran  yang  menggunakan  situasi  realistis
untuk memulai pengembangan konsep-konsep matematika. Dalam  proses  belajar  mengajar  dapat  mempromosikan  penjelasan  dari
peserta didik, sedangkan guru hanya berperan sebagai pemandu pelajaran. Dalam RME bentuk pengajaran dijauhkan dari hal-hal yang sifatnya didaktik yang hanya
menekankan menulis dan berbicara. Dibutuhkan alat-alat peraga untuk mendukung RME ini sehingga dapat menjembantani antara yang abstrak dan konkret.
Dengan  RME,  peserta  didik  dapat  mempresentasikan  masalah-masalah dalam  konteks  alami  yang  memungkinkan  peserta  didik  menggunakan  strategi
belajar bagi mereka yang mungkin tidak belajar di sekolah. Sehingga masalah dapat dipecahkan  oleh  peserta  didik  dalam  sebuah  cara  yang  masuk  akal  bagi  peserta
didik.
2.1.2.2 Prinsip-Prinsip Utama RME
Prinsip-prinsip utama pembelajaran RME  meliputi: a.  Penemuan terbimbing dan proses matematisasi yang makin meningkat Guided
Reinvention and progressive mathematization Melalui  topik-topik  yang  disajikan,  perlu  diupayakan  agar  peserta  didik
mempunyai  pengalaman  dan  kesempatan  untuk  mengalami  sendiri  proses penemuan beberapa konsep, prinsip matematika, dan lain-lain dengan bimbingan
orang dewasa. Hal  ini  dapat  dilakukan  dengan  cara  memberikan
“contextual problems” yang mempunyai berbagi macam solusi dilajutkan dengan mathematizing prosedur
solusi yang sama, serta perencanaan rute belajar sedemikian rupa sehingga peserta didik menemukan sendiri konsep atau hasil. Situasi yang berisikan fenomena dan
dijadikan  bahan  serta  area  aplikasi  dalam  pengajaran  matematika  haruslah berangkat dari keadaan yang nyata.
b.  Fenomena yang mengandung muatan didaktik Didactical Phenomology Masalah kontekstual yang akan diangkat atau disajikan dalam pembelajaran
harus mempertimbangkan aplikasi  serta kontribusi untuk  pengembangan konsep- konsep matematika selanjutnya.
c.  Pembentukan model oleh peserta didik sendiri self developed models Dalam  mempelajari  konsep  dan  materi  matematika  melalui  masalah-
masalah kontekstual, peserta didik perlu mengembangkan sendiri model atau cara- cara  menyelesaikan  masalah  tersebut.  Model  ini  dapat  dijadikan  wahana  untuk
mengembangkan  proses  berpikir  peserta  didik.  Dari  proses  berpikir  yang  paling
dikenal peserta didik yang mungkin masih intuitif akan mengarah ke proses berpikir yang lebih formal.
Berdasarkan  prinsip  utama  RME  tersebut,  RME  dapat  dikategorikan sebagai  belajar  dengan  penemuan  terbimbing  sekaligus  belajar  dengan  temuan
sendiri..  Dalam  hal  ini  peserta  didik  dan  guru  sama-sama  aktif  dengan  peran berbeda, guru sebagai fasilitator sedangkan peserta didik sebagai subjek aktif dalam
proses menemukan kembali.
2.1.2.3 Karakteristik RME