Kekuatan problem posing menurut Lyn D. English 1997: 173 sebagai berikut:
a. Mempromosikan semangat inkuiri pada peserta didik. b. Mendorong peserta didik untuk mandiri bertanggung jawab dalam belajarnya.
c. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah.
2.1.4 Model Pembelajarn RME dengan Pendekatan Problem Posing
Menurut Amin Suyito 2003 sebagai salah satu indikator keefektifan belajar adalah ketelibatan peserta didik untuk turut belajar secara mandiri. Peserta
didik tidak hanya saja menerima materi pelajaran yang diberikan guru, melainkan peserta didik juga belajar menggali dan mengembangkan sendiri. Hasil pelajaran
tidak hanya menghasilkan peningkatan pengetahuan tetapi juga meningkatkan kemampuam berpikir.
Melalui model pembelajaran RME peserta didik diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkontruksi konsep-konsep matematika
berdasarkan masalah realistik yang diberikan guru sehingga dapat mengembangkan ketrampilan berpikir kritis peserta didik. Disamping itu pelibatan peserta didik
secara intelektual dan emosianal melatih peserta didik untuk belajar mandiri, aktif, dan kreatif dengan mengembangkan dan menyajikan sesuatu yang baru sesuai apa
yang telah ditemukan peserta didik melalui pembelajaran problem posing. Berdasarkan rangkaian diatas dalam rangka meningkatkan kemampuan
peserta didik dalam belajar secara mandiri dapat disusun langkah-langkah model pembelajaran RME dengan pendekatan problem posing yaiatu sebagai berikut:
a. Guru memulai pembelajaran dengan mengajukan masalah soal yang riil bagi peserta didik sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuan peserta didik,
permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut.
b. Guru memberi waktu kepada peserta didik berdiskusi secara kelompok untuk menyelesaikan masalah soal sehingga peserta didik dapat mengembangkan atau
menciptakan model-model simbolik secara informal terhadap masalah yang diajukan.
c. Guru meminta beberapa peserta didik secara acak untuk menjelaskan dan memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikannya.
d. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik lain untuk mengomentari pekerjaaan peserta didik.
e. Guru memberikan soal kontekstual berikutnya kepada peserta didik dan meminta peserta didik mengerjakan dengan langkah-langkah yang peserta didik
buat sendiri sesuai dengan pengalamannya. f. Guru secara acak menyuruh peserta didik untuk mengerjakan soal dengan
penyelesaiannya di depan kelas. g. Aktivitas belajar peserta didik diulang lagi dengan pola yang sama yaitu diskusi
kelas yang diwarnai dengan komunikasi, argumentasi, dan justifikasi oleh peserta didik, dimana peran guru sebagi fasilitator, moderator dan evaluator.
h. Peserta didik diminta mengajukan 1 atau 2 soal yang menantang dan peserta didik yang bersangkutan harus mampu menyelesaikaanya. Tugas dapat
dilakukan pula secara kelompok.
i. Pada pertemuan berikutnya secara acak guru menyuruh peserta didik untuk mengerjakan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini guru dapat
menentukan peserta didik secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukakan oleh peserta didik.
2.1.5 Model Pembelajaran Ekspositori