Kondisi Oseanografi dan Ekosistem Pesisir Kepulauan Togean

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Oseanografi dan Ekosistem Pesisir Kepulauan Togean

Kepulauan Togean terletak pada posisi geografis diantara 121 P P 33’BT – 122 P P 23’ BT dan 0 P P 8’LS – 0 P P 45’LS. Kepulauan ini terletak di tengah Teluk Tomini arah timur laut dari Kota Poso. Sehingga secara administratif termasuk pada kabupaten Tojo Una-una. Kawasan ini memiliki luas perairan sekitar 1.086,7 km P 2 P , dimana wilayah pesisirnya dikelilingi oleh ekosistem hutan bakau, padang lamun dan terumbu karang. Gugusan Kepulauan Togean terdiri dari beberapa pulau yang mengelompok menjadi dua rangakian utama, yaitu : pertama, rangkaian Batudaka – Togean – Talatakoh di sebelah barat; kedua, rangkaian Walea di sebelah timur Ditjen P3K 2004. Lebih lanjut dinyatakan bahwa jumlah penduduk yang mendiami Kepulauan Togean sekitar 29.347 jiwa yang tersebar pada rangkaian sebelah barat 19.226 jiwa dan rangkaian sebelah timur 10.121 jiwa. Kepulauan Togean beriklim laut tropis dengan sifat iklim musiman. Berdasarkan catatan BAKOSURTANAL, musim kemarau terjadi antara bulan Agustus dan November, sedangkan musim hujan terjadi antara Desember dan Juli. Daerah sekitar Teluk Tomini memiliki bulan basah selama 7-9 bulan dengan bulan kering berlangsung selama 3 bulan. Curah hujan tidak merata dan berfluktuasi setiap bulan. Curah hujan yang tinggi umumnya terjadi antara bulan April-Juli dan Oktober-Nopember, curah hujan rendah terjadi pada bulan September dan Desember-Januari. Suhu udara berkisar antara 29,4º - 30ºC BRPL 2005. Catatan 50 tahun yang dilakukan BMG Ampana yang diacu oleh BRPL 2005 di Una Una memperlihatkan rata-rata curah hujan 3246 mm per tahun; di Wakai rata-rata tercatat 2307 mm per tahun untuk selang waktu tahun 1987-1990; di Popolii 2354 mm pada tahun 1988-1991 dengan variasi tahunan yang cukup besar. Suhu merupakan salah satu parameter penting yang mempengaruhi keberadaan sumberdaya hayati di perairan. Distribusi spasial suhu permukaan laut SPL rata-rata bulanan yang diolah dari citra satelit MODIS menunjukkan bahwa secara umum SPL di perairan bagian utara lebih rendah dari bagian selatan perairan Kepulauan Togean. Umumnya, SPL pada musim barat lebih tinggi dari musim timur dengan perbedaan suhu sekitar 1 P o P C. Analisis spektral data variasi SPL rata-rata bulanan selama 19 tahun yakni dari tahun 1986-2002 menunjukkan bahwa bahwa variasi SPL di perairan Togean dipengaruhi oleh perubahan musim dan perubahan iklim global seperti ENSO. Anomali positif dan negatif SPL juga terjadi di perairan Togean. Pada saat kejadian ENSO 1998 SPL meningkat hingga 2 P o P C dari SPL rata-rata, sedangkan pada tahun 1991 SPL menurun hingga 3 P o P C. Terjadinya anomali SPL diperkirakan akan menyebabkan gangguan terhadap kondisi terumbu karang karena zooxantela yang bersimbiosis dengan terumbu karang mengalami stress sehingga karang akan terlihat berwarna keputihan yang biasa dikenal dengan istilah bleaching. Terjadinya perubahan suhu yang ≥ 2 P o P C SPL telah terbukti merusak terumbu karang seperti yang dilaporkan di Great Barrier Reef . Distribusi vertikal suhu di perairan Togean menunjukkan bahwa terjadi penurunan suhu dari permukaan hingga kedalam 40 m dengan perbedaan suhu sekitar 2 P o P C. Pola perubahan suhu secara vertikal di 16 stasiun relatif sama. Hasil penyelaman di lapang menunjukkan bahwa terumbu karang masih banyak ditemukan di kedalaman sekitar 40 m CII 2007. Hasil penelitian BRPL tahun 2004, menunjukkan bahwa distribusi spasial salinitas diperairan Togean pada musim timur bervariasi antara 33.90-35.00 psu. Umumnya salinitas di bagian utara lebih rendah dibandingkan dengan bagian selatan perairan Togean. Secara spasial terlihat perbedaan, umumnya salinitas di wilayah yang lebih dekat dengan mulut sungai lebih rendah dibandingkan dengan wilayah lain, dengan perbedaan salinitas sekitar 0,3 psu. Pola distribusi vertikal salinitas menunjukkan bahwa salinitas semakin meningkat dengan meningkatnya kedalaman dimana pada kedalaman sekitar 40 meter mengalami peningkatan sekitar 0,3 psu . Hasil studi biologi terhadap ekosistem hutan bakau oleh Ditjen P3K 2004, dikawasan Togean ditemukan sekitar 33 spesies tanaman bakau yang terdiri dari 19 spesies bakau sejati true mangrove dan 14 spesies bakau ikutan assosiate mangrove. Tanaman mangrove dari jenis api-api Aviceenia sp. dan bakau Rizophora mucronata banyak mendominasi kawasan pesisir Togean. Penyebaran bakau dominan cenderung merata dan umumnya mengelompok dalam bentuk spot kecil dengan daerah penyebaran terbanyak terdapat di bagian selatan dan timur. Di daratan utama bakau tumbuh dengan baik yang ditandai dengan hadirnya anakan dalam bentuk koloni dan semai yang menempati bagian depan berbatasan dengan laut. Ekosistem lamun menempati areal luas di lingkungan perairan Togean. Daerah penyebarannya terutama di bagian selatan dan timur Pulau Togean. Ketebalan padang lamun di perairan umumnya kurang dari 20 meter. Keberadaan lamun di bagian timur perairan Togean dikarenakan pantai timur relatif terlindung. Padang lamun yang terdapat di perairan Togean didominasi jenis Enhalus sp., Thalassia sp., Syringodium sp. dan Halaphila sp. kondisi tersebut disebabkan sistem perakaran yang kuat dibandingkan dengan jenis lainnya, disamping itu ketahanan hidupnya juga cukup tinggi. Padang lamun merupakan salah satu ekosisitem laut dangkal daerah tropis, termasuk perairan kepulauan Togean-Poso dengan susunan utama dari tumbuhan berbunga Angiospermae. Susunan subtrat yang dapat mendukung biota ini adalah jenis-jenis liat sampai dengan berpasir dan hidup dengan lebat terutama pada lingkungan yang relatif dipengaruhi gelombang yang rendah. Organisme ini juga dapat pula tumbuh pada sela-sela lingkungan karang berpasir. Ekosistem ini mempunyai ciri sebagai lingkungan yang kaya akan zat hara sehingga mempunyai produktivitas yang tinggi sehingga dapat menopang kehidupan berbagai jenis organisme yang hidup di dalamnya. Hal ini disebabkan karena lingkungan atau ekosistem bentukannya mampu menetralisir padatan tersuspensi bahkan terlarut untuk terserap pada muka daun. Fungsi padang lamun adalah sebagai perangkap sedimen dan menstabilkan dasar perairan sehingga sedimen yang berasal dari daratan dapat bertahan dan tidak masuk ke ekosistem terumbu karang. Fungsi lainnya adalah sebagai tempat berpijah, berlindung, mencari makanan dan tempat asuhan atau pembesaran bagi beberapa jenis ikan, udang, dan hewan invertebrata lainnya. Tanaman sea grasses yang dapat hidup dengan ciri lingkungan fisik demikian, memberikan keuntungan-keuntungan internal terutama terkait dngan kebutuhan hidup fisiologisnya. Ini dapat dijelaskan bahwa partikel-partikel tersuplai dari darat merupakan material dengan campuran organik dan anorganik yang sangat kental. Adanya terumbu karang, menyebabkan terhambatnya laju gelombang menuju pantai. Terumbu karang coral reefs merupakan komunitas organisme yang hidup di dasar perairan laut dangkal daerah tropis. Perlu dibedakan bahwa binatang karang reef coral adalah sebagai individu organisme atau komponen komunitas, sedangkan terumbu karang coral reefs adalah sebagai suatu ekosistem yang di dalamnya termasuk organisme-organisme karang. Terdapat dua tipe karang yaitu: karang yang membentuk bangunan kapur atau hermatypic corals , dan karang yang tidak dapat membentuk bangunan kapur atau ahermatypic corals Supriharyono 2000. Hermatypic corals adalah binatang karang yang dapat membentuk bangunan karang sehingga sering dikenal sebagai reef-building corals. Karang jenis ini bersimbiosis dengan algae zooxanthellae untuk membentuk bangunan kapur, sehingga hanya terdapat di daerah tropis; sedangkan jenis ahermatypic tidak bersimbiosis dengan zooxanthellae sehingga dapat tersebar luas di seluruh dunia dan bersifat karnivor Nybakken 1992. Perairan Togean memiliki keunikan terumbu karang, yaitu dengan dijumpainya 4 tipe terumbu karang, yakni : fringing reef, barrier reef, atol, dan patch reef. Keempat tipe tersebut dijumpai pada areal yang berdekatan satu dengan lainnya. Terumbu karang pinggiran mengelilingi tepian pulau pulau atau semenanjung pulau utama. Terumbu karang tumpuk, melimpah dan tersebar luas di seluruh area, baik yang muncul di atas air atau dibawa permukaan dengan bentuk bervariasi. Terumbu karang tumpuk mini ditemukan di sebelah timur Togean antara Pulau Talatakoh dan Waleabahi. Pertumbuhan karang terbaik dan perluasan terumbu penghalang yang luas terdapat di sepanjang tepi utara Togean, sekitar 2-3 km dari pantai antara Pulau Malenge dan ujung barat Pulau Batudaka. Beberapa jenis karang yang ditemukan di perairan Togean antara lain : Acropora sp., Montipora sp., Porites, Fungia, Favona, Leptoseris, Lobophyllia, Echinopora, Favia dan Pectina. Sebagai kawasan kepulauan, perairan Togean mempunyai potensi sumber daya ikan yang relatif besar. Potensi perikanan yang ada diantaranya ikan pelagis, ikan demersal dan ikan karang. Jenis ikan yang ditemui antara lain adalah ikan layang, kembung, tongkol, kakap merah, kerapu, lobster dan lain sebagainya Ditjen P3K 2004. Sayangnya, akhir-akhir ini menurut Awad 2002 yang dilaporkan harian Republika, sedikitnya 15 gugusan karang di Kepulauan Togean dengan luas total lebih dari 100 hektar rusak parah. Kerusakan ini menurutnya adalah dampak dari maraknya aksi penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan dalam 10 tahun terakhir.

2.2 Teknologi Satelit Penginderaan Jauh