4.3 Analisis Fishing Capacity
4.3.1 Armada penangkapan
Kepulauan Togean yang terletak di kawasan Teluk Tomini memiliki sumber daya perikanan yang cukup melimpah. Meskipun letaknya agak terisolir
dari ibu kota kabupaten Tojo Una-una Ampana provinsi Sulawesi Tengah, namun aktivitas di Kepulauan Togean akhir-akhir ini cukup ramai. Ramainya
aktivitas di Kepulauan ini ditandai dengan banyaknya kapalperahu yang lalu lalang dari dan menuju Kepulauan Togean. Angkutan laut yang berasal dari
Ampana, Pagimana dan Gorontalo cukup lancar. Sehingga terlihat banyak wisatawan domestik maupun mancanegara yang bepergian ke Kepulauan Togean
untuk melihat keindahan alam laut terumbu karang di sana yang tergolong masih baik meskipun pada beberapa tempat mengalami kerusakan yang cukup serius
akibat penangkapan ilegal yang menggunakan bom dan racun. Seperti halnya masyarakat yang bermukim di pulau-pulau kecil,
masyarakat Kepulauan Togean sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa karakteristik armada
penangkap maupun alat tangkap yang digunakan masih tergolong sederhana. Hal ini ditandai dengan ukuran perahu dan alat tangkap yang relatif kecil dan daya
jangkau yang terbatas. Meskipun demikian untuk perikanan pelagis kecil soma pajeko dan pelagis besar pancing tuna perkembangannya cukup signifikan.
Berdasarkan data statistik perikanan tangkap provinsi Sulawesi Tengah, perkembangan jumlah nelayan, armada penangkap dan jumlah hari melaut trip
di kawasan Kepulauan Togean dalam 5 lima tahun terakhir mengalami peningkatan masing-masing sebesar 2486 orang, 2668 unit dan 143,275 trip pada
tahun 2001 menjadi 2714 orang, 2871 unit dan 225,875 pada tahun 2005. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan jumlah nelayan, armada penangkap dan
jumlah hari melaut trip tidak terkontrol sehingga kemungkinan akan berpengaruh pada keberadaan stok ikan yang laju perkembang-biakannya tidak
sebanding dengan laju tingkat eksploitasi terhadap sumber daya tersebut. Perkembangan jumlah nelayan, armada penangkap dan trip penangkapan
ditunjukkan pada Tabel 9
Tabel 9 Perkembangan jumlah nelayan, armada penangkap dan trip periode 2001 -2005 di Kepulauan Togean
Tahun Nelayan orang
Armada unit Hari melaut trip
2001 2486 2668 143,275 2002 2593 2721 155,361
2003 2669 2795 195,850 2004 2681 2822 197,600
2005 2714 2871 225,875 Fluktuasi
1,77 1,48
9,53 Sumber : DKP Sulawesi Tengah 2006 diolah
Meskipun fluktuasi perkembangan jumlah armada rendah 1,48 namun jumlah nelayan dan hari melaut trip fluktuasi perkembangannya meningkat
secara signifikan. Ini menginformasikan bahwa pada kurun waktu lima tahun terakhir pertambahan nelayan, armada dan trip penangkapan yang begitu pesat di
Kepulauan Togean akan berdampak pada keberadaan sumber daya demersal yang ada disana. Oleh karenanya, pengelolaan sejak awal mutlak dilakukan di wilayah
ini. Secara jelasnya perkembangan jumlah armada penangkap di Kepulauan Togean di sajikan pada tabel berikut
Tabel 10 Perkembangan armada penangkapan di Kepulauan Togean selang tahun 1998 -2005.
Satuan : unit Tahun
Tanpa motor Motor tempel
Kapal motor Jumlah
1998 1242 547 3 1792
1999 1349 653 6 2008
2000 1493 812 8 2313
2001 1638 1018 5 2661
2002 1627 1085 9 2721
2003 1702 1067 8 2777
2004 1744 1050 9 2803
2005 1791 1071 6 2868
Fluktuasi 4,68
8,76 9,05
6,05 Sumber : DKP Sulawesi Tengah 2006 diolah
Fluktuasi masing-masing
armada penangkap selang tahun 1998-2005 mengalami perubahan yakni perahu tanpa motor terjadi peningkatan sebesar 4,68
, perahu motor tempel 8,76 dan kapal motor 9,05 . Secara keseluruhan
perkembangan dari armada penangkap yang ada di Kepulauan Togean mengalami peningkatan sebesar 5,93 .
Dimensi utama dari sebuah perahukapal penangkap yang umum digunakan adalah panjang L, length, lebar B, breadth dan dalam D, depth.
Dimensi utama inilah yang nantinya dapat digunakan dalam menentukan tonase dari perahukapal tersebut. Hasil pengukuran dimensi utama perahukapal
penangkap ikan demersal di Kepulauan Togean disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Dimensi utama dari perahukapal penangkap ikan demersal
Dimensi utama perahu kapal penangkap m
No. L B D
Alat tangkap yang digunakan
Tenaga pendorong
Jumlah seukuran
1 12,86
1,50 0,94 Jaring dan pancing Mtr tempel 2 buah
4 2
11,90 1,25
0,85 Jaring dan pancing Mtr tempel 2 buah 6
3 10,52 1,00 0,82 Jaring
Katinting 2
buah 5
4 9,78
1,00 0,80 Jaring dan Bubu
Katinting 2 buah 4
5 8,67 1,00 0,79 Pancing
dan Bubu Katinting
1 buah
4 6 7,53 0,96 0,77
Pancing dan
Jaring Katinting 1 buah 5
7 6,89 0,89 0,73 Pancing
dan Jaring Katinting 1 buah
3 8
6,20 0,84
0,70 Jaring dan Pancing Katinting 1 buah 3
9 5,57 0,81 0,66 Jaring
Katinting 1
buah 5
10 5,11 0,78 0,64 Pancing
Katinting 1
buah 6
11 4,59 0,75 0,60 Pancing
Dayung 4
12 3,97 0,67 0,57 Pancing
Dayung 4
Sumber : Data hasil survei Ukuran perahukapal penangkap ikan demersal di sekitar Kepulauan
Togean seperti pata Tabel 11 di atas terlihat cukup bervariasi mulai dari 4 m sampai dengan 13 m panjangnya dan sebagian besar telah dilengkapi dengan
mesin pendorong. Mesin pendororng motor tempel 25 PK, motor ”katinting” umumnya berkekuatan 5,5 PK. Secara rata-rata ukuran perahukapal yang
beroperasi di perairan sekitar Kepulauan Togean adalah 8,50 m L dan 1,00 m B serta 0,75 m D.
Alat penangkapan ikan demersal di daerah ini terdiri dari 6 jenis yaitu : pukat pantai, jaring insang dasar, rawai dasar, pancing ikan dasar, bubu dan sero
namun pada beberapa tahun terakhir ini beberapa alat tangkap tidak lagi beroperasi di Kepulauan Togean seperti pukat pantai dan sero. Alat tangkap rawai
dasar biasanya dioperasikan di luar perairan Kepulauan Togean karena bobot kapal yang digunakan tergolong cukup besar 30 GT dan hasil tangkapannya
tidak tercatat di Kepulauan Togean. Oleh karena itu pembahasan selanjutnya
tentang alat tangkap ikan demersal hanya difokuskan pada jaring insang dasar bottom gillnet, pancing ikan dasar vertical bottom handline dan bubu trap.
4.3.2 Alat tangkap