4.2.4 Pembahasan
Persentase jumlah ikan tunggal berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa populasi ikan tunggal dengan ukuran panjang dibawah 10 cm kisaran ukuran 6,68
– 9,44 cm sebesar 70,23 dan sisanya ikan dengan ukuran di atas 10 cm hingga 53,09 cm sebesar 29,77 dari jumlah total ikan tunggal yang terekam selama
penelitian. Kordi 2005 melaporkan bahwa ukuran ikan yang siap diperdagang- kan ukuran konsumsi adalah 300-500 gram per ekor atau identik dengan ukuran
panjang ikan sekitar 13 cm untuk yang 250-300 gram. Apabila ukuran ini dikaitkan ke nilai konversi pada Tabel 6 maka ukuran panjang ikan komersial
adalah 13,34 cm yang sama dengan nilai TS ikan demersal yakni – 45 dB. Meskipun persentasi ikan demersal ukuran kecil 10 cm lebih dominan dari
ukuran konsumsi namun tidak menutup kemungkinan untuk pemanfaatan ikan demersal tetap dilakukan diperairan tersebut. Hanya saja, perlu penerapan prinsip
kehati-hatian dalam pengelolaan sumber daya demersal di Kepulauan Togean perlu dilakukan. Adanya komposisi ukuran juvenil yang dominan dan ukuran
konsumsi yang relatif sedikit mengindikasikan bahwa fenomena ini diduga terkait dengan dugaan musim pemijahan yang berlangsung pada saat itu. Oleh
karenanya, pada musim pemijahan sebaiknya tidak dilakukan operasi penangkapan ikan, ataupn kalau dilakukan penangkapan ikan sebaiknya perlu
memperhatikan tingkat selektivitas alat tangkap yang digunakan. Misalnya mata jaring dan ukuran mata kail yang lebih diperbesar sehingga ikan-ikan yang
tertangkap adalah ikan-ikan ukuran konsumsi. Adanya perbedaan hasil kajian ini dengan yang dilakukan oleh Boer et al.
2001, karena kajian ini disamping mencakup luasan perairan yang berbeda juga sumber data yang diolah berbeda. Penelitian ini menggunakan data akustik yang
langsung diukur pada saat itu dengan cakupan luasan terbatas sekitar Kepulauan Togean, sedangkan kajian yang dilakukan oleh Boer et al. 2001 menggunakan
data time series yang dikeluarkan oleh DKP dengan cakupan luasan yang lebih besar meliputi seluruh WPP 716 yang meliputi Laut Maluku, Teluk Tomini dan
Laut Seram.
Dugaan biomassa ikan demersal di Kepulauan Togean dengan `menggunakan metode hidro akustik seperti ditunjukkan pada Tabel 8 yang
kemudian dengan menggunakan perangkat lunak surfer versi 8 di plot dalam peta sebaran biomassa seperti yang ditunjukkan pada Gambar 24.
20 200
121.8 122.0
122.2 122.4
Bujur Timur
0.6 0.4
0.2
L inta
ng S e
la tan
26
62 45
1162 43
51 71
81 53
41 80
51 59
1140 79
80
1785
P.Teloga P.Waleabahi
P.Waleakodi P.Taloeh
P.Melingi P.Langkara
P.Tongkabu P.Pangempan
Talatakoh Batudaka
Benteng TOGIAN
Palada
SKALA 1 : 1 000 000
Biomassa ton 0.004 to 0.270
0.270 to 0.536 0.536 to 0.803
0.803 to 1.069 1.069 to 1.336
Zona 1 Zona 2
Zona 3
Zona 4
Gambar 24 Peta distribusi biomassa ikan demersal di Kepulauan Togean Distribusi biomassa ikan demersal di Kepulauan Togean pada Gambar 24
memperlihatkan cukup merata, pada zona 1 bagian utara pulau Togean distribusi biomassa ikan demersal cukup bervariasi antara 0,27 sampai 1,07 ton dengan rata-
rata distribusi biomassa ikan demersal 0,67 ton dan lebih terkonsentrasi antara pulau Tongkabu dan pulau Langkara dimana daerah ini merupakan daerah
penangkapan untuk alat tangkap pancing dasar dan bubu. Pada bagian timur pulau Waleabahi zona 2 distribusi biomassa ikan demersal tergolong rendah antara
0,004 sampai 0,54 ton dengan rata-rata distribusi biomassa ikan demersal 0,29 ton dimana wilayah ini hanya dapat dilakukan penangkapan dengan alat tangkap
pancing dasar. Distribusi biomassa ikan demersal pada zona 3 tergolong paling tinggi dari keempat zona dan distribusi biomassa ikan demersal pada zona ini
berkisar antara 0,54-1,34 ton dengan rata-rata distribusi biomassa ikan demersal 0,94 ton. Zona 3 yang terletak antara tiga pulau yaitu Waleabahi, Waleakodi dan
Talatakoh merupakan daerah penangkapan yang sesuai untuk semua alat tangkap ikan demersal yang ada di Kepulauan Togean karena wilayah ini cukup terlindung
dari hempasan angin dan gelombang disamping itu zona ini memiliki kedalaman perairan cukup dalam dan merupakan perairan yang menjorok kedalam diantara
tiga pulau tersebut sehingga membentuk teluk yang cukup luas. Sama seperti pada zona 2, zona 4 yang terletak pada bagian selatan antara
pulau Talatakoh dan Togean memiliki distribusi biomassa ikan demersal yang tergolong rendah yaitu berkisar antara 0,27 ton sampai dengan 0,54 ton dengan
rata-rata distribusi biomassa ikan demersal 0,40 ton. Alat tangkap yang beroperasi pada zona 4 ini adalah pancing dan jaring insang dasar.
Berdasarkan informasi yang ada dari nelayan penangkap ikan demersal maka dapat diprediksi daerah penangkapan ikan lokal seperti ditunjukkan pada
Gambar 25. Sebagai alat tangkap yang dominan, pancing dasar tersebar pada masing-masing zona.
26
62 45
1162 43
51 71
81 53
41 80
51 59
1140 79
80
1785 200
200
P.Teloga P.Waleabahi
P.Waleakodi P.Taloeh
P.Melingi P.Langkara
P.Tongkabu P.Pangempan
Talatakoh Batudaka
Benteng TOGIAN
Palada 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10
11 12
13
14 15
16
121.80 122.00
122.20 122.40
Bujur Timur
0.56 0.36
0.16
Li ntang Selatan
SKALA 1 : 1 000 000
Zona 1 Zona 2
Zona 3 Zona 4
Pc Bubu
Bubu Pc
JID JID
Pc Pc
Gambar 25 Peta prediksi daerah penangkapan ikan lokal Informasi dari Gambar 25 apabila dikaitkan dengan distribusi biomassa
ikan demersal hasil kajian akustik terlihat bahwa daerah penangkapan ikan lokal sangat cocok dimana zona 3 merupakan daerah penangkapan yang baik karena
disamping distribusi biomassa ikan demersal yang tinggi juga daerah tersebut cukup terlindung sehungga nelayan lebih leluasa dalam mengoperasikan alat
tangkap.
4.3 Analisis Fishing Capacity