tentang alat tangkap ikan demersal hanya difokuskan pada jaring insang dasar bottom gillnet, pancing ikan dasar vertical bottom handline dan bubu trap.
4.3.2 Alat tangkap
Alat tangkap yang umum digunakan untuk menangkap ikan demersal di Kepulauan Togean cukup bervariasi yang terdiri dari pukat pantai, jaring insang
dasar, pancing dasar, rawai, sero dan bubu. Meskipun pada beberapa tahun-tahun terakhir beberapa alat tangkap sudah tidak beroperasi lagi. Secara rinci
perkembangan alat tangkap di Kepulauan Togean ditunjukkan pata Tabel 12 . Tabel 12 Perkembangan jumlah unit penangkapan ikan demersal di Kepulauan
Togean Tahun PP JID PcD RwT Bb Sr
1998 13 84 755 11 7 2
1999 12 85 804 10 12 2
2000 10 92 717 11 18 2
2001 6 98 644 12 13 1 2002 5 93 625 11 6 1
2003 1 49 633 9 7 2
2004 2 97 947 4 14 2 2005 1 102 1120 8
8 1 Fluktuasi -
27,43 2,46
5,05 -3,90
1,68 -8,30
Keterangan : PP = pukat pantai
JID = jaring insang dasar PcD = pancing dasar RwT = rawai tetap
Bb = bubu Sr = sero
Berdasarkan informasi pada Tabel 12 menunjukkan bahwa dari keenam alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kepulauan Togean selama tahun
1998 – 2005 terdapat 3 alat tangkap yang mengalami penurunan yaitu pukat pantai, rawai tetap dan sero masing-masing sebesar 27,43 , 3,90 dan 8,30 .
Yang mengalami peningkatan yaitu jaring insang dasar sebesar 2,46 , pancing dasar sebesar 5,05 dan bubu sebesar 1,68 .
Analisis dan pemahaman tentang fishing capacity di perairan sekitar Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah lebih rinci digambarkan dengan teknik DEA
data envelopment analysis. Analisis yang dilakukan berdasarkan periode tahun 1998 hingga 2005 untuk perbandingan efisiensi antar jenis alat tangkap dengan
pendekatan input yang bersifat constant return to scale CRS dan analisis
efisiensi jenis alat tangkap yang sama dengan pendekatan output yang bersifat variable return to scale VRS.
4.3.3 Penilaian efisiensi jangka panjang antar waktu
Pengukuran fishing capacity dapat dilakukan dalam jangka panjang dan jangka pendek. Pengolahan DEA yang bersifat jangka panjang digunakan data
time series dan sebagai decision making unit DMU adalah tahun. Variabel output yang dipakai terdiri dari produksi aktual hasil tangkapan, sedangkan
variabel input yang digunakan meliputi effort trip rata-rata per tahun. Hasil pengolahan data ini akan memberikan informasi mengenai status input yang
digunakan untuk mencapai efisiensi mutlak. Aktivitas penangkapan ikan demersal di sekitar Kepulauan Togean dalam
8 tahun terakhir berfluktuasi dalam hal tingkat efisiensinya. Sejak tahun 1998- 2002 terjadi kecenderungan penurunan tingkat efisiensi dan pada tahun-tahun
berikutnya 2003-2005 menunjukkan pola peningkatan tingkat efisiensi penangkapan. Pada tahun 1999 aktivitas penangkapan memiliki nilai skor
efisiensi sama dengan 1 artinya effort yang dikeluarkan sesuai dengan hasil tangkapan yang diperoleh. Fluktuasi tingkat efisiensi tahunan ikan demersal di
perairan sekitar Kepulauan Togean disajikan pada Gambar 26.
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5 0.6
0.7 0.8
0.9 1
1998 1999
2000 2001
2002 2003
2004 2005
Tahun E
fis ie
n si
Gambar 26 Nilai efisiensi perikanan demersal di Kepulauan Togean Gambar 26 menjelaskan bahwa dalam kurun waktu 8 tahun terakhir terjadi
tren nilai efisiensi ikan demersal dari tahun ke tahun cenderung menurun. Tingkat
efisiensi yang terbaik mempunyai nilai sama dengan 1 terjadi pada tahun 1999, ini menunjukkan bahwa pada tahun 1999 jumlah upaya yang dilakukan sebanding
dengan hasil tangkapan yang diperoleh. Hasil perhitungan efisiensi relatif perikanan demersal dapat digunakan
untuk mengetahui kondisi pemanfaatan ikan demersal di perairan Kepulauan Togean dengan cara mengalikan effort aktual yang digunakan dengan efisiensi
relatif sehingga diperoleh kapasitas target. Perbandingan effort aktual dan effort target perikanan demersal disajikan pada Tabel 13 dan dipresentasikan pada
Gambar 26. Tabel 13 Skor efisiensi, effort aktual, effort target dan excess capacity perikanan
demersal di Kepulauan Togean Tahun Skor Effort
Effort Excess Capacity
Efisiensi Aktual
Target Trip 1998 0,98 825,20
815,39 -9,61 0,59 1999 1,00 835,00
835,00 0 0,00 2000 0,94 886,00
867,90 -
18,10 1,10 2001
0,86 912,00 743,52 - 168,48 10,26
2002 0,67 1011,00 611,36 -
399,64 24,34 2003
0,65 997,00 595,32 - 401,68 24,47
2004 0,68 974,00 640,29 -
333,71 20,33 2005
0,78 979,00 668,65 - 310,35 18,91
Secara umum Tabel 13 menunjukkan bahwa sejak tahun 1998 – 2005 telah terjadi excess capacity perikanan demersal di Kepulauan Togean kecuali pada
tahun 1999 tercatat jumlah effort aktual berada di atas effort target. Selang enam tahun terakhir 2000-2005 terjadi peningkatan jumlah effort yang cukup besar
sehingga kapasitas meningkat cukup signifikan. Kelebihan input berupa upaya tangkap terbesar terjadi pada tahun 2003 yang mencapai 24,47 . Lebih jelasnya
kelebihan effort aktual terhadap effort target disajikan pada Gambar 27.
Gambar 27 Perbandingan effort aktual dan effort target ikan demersal
200 400
600 800
1000 1200
1998 1999
2000 2001
2002 2003
2004 2005
Tahun
E ff
o rt
tri p
Effort Aktual Effort Target
di Kepulauan Togean Terlihat pada Gambar 27 bahwa selisih antara effort aktual dan effort target
sejak tahun 2001 hingga 2005 makin besar, yang mengindikasikan bahwa sejak tahun tersebut telah terjadi excess capacity perikanan demersal di Kepulauan Togean. Hal
ini dapat pula dilihat pada selisih antara effort target dan effort aktual yang bernilai negatif. Kelebihan jumlah trip tersebut dapat menyebabkan tekanan yang besar
terhadap sumber daya sehingga dapat mengganggu proses rekruitmen. Jika jumlah effort aktual sama dengan effort target maka akan terjadi efisiensi 100 . Tahun
1998 merupakan tahun dimana jumlah effort aktual sama dengan effort target atau nilai efisiensinya sama dengan 1, sehingga jumlah trip pada tahu tersebut dapat
digunakan sebagai acuan dalam penetapan kebijakan untuk tahun-tahun selanjutnya. Enam jenis alat tangkap ikan demersal yang diuji tingkat efisiensinya yaitu
pukat pantai, jaring insang dasar, rawai dasar tetap, pancing ikan dasar, sero dan bubu. Pukat pantai dan jaring insang dasar dikelompokkan pada alat tangkap yang
menggunakan jaring, rawai dasar tetap dan pancing ikan dasar untuk alat tangkap yang menggunakan pancing selanjutnya yang dikelompokkan pada alat tangkap
perangkap yaitu sero dan bubu dengan asumsi masing-masing kelompok alat tangkap mempunyai kemampuan tangkap yang sama. Hasil uji tingkat efisiensi masing-
masing kelompok alat tangkap tersebut kemudian di sajikan pada Gambar 28.
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
PP JID
RwT PC
Sero Bubu
Alat tangkap S
k o
r e fis
ie n
si
Gambar 28 Efisiensi alat tangkap ikan demersal di Kepulauan Togean PP, pukat pantai ; JID, jaring insang dasar ; RwT, rawai tetap;
PC, pancing dasar Gambar 28 memperlihatkan bahwa jaring insang dasar, pancing ikan dasar
dan bubu merupakan alat tangkap yang efisien karena memiliki skor efisiensi sama dengan 1. Efisiensi terendah dimiliki oleh pukat pantai, rawai tetap dan sero yang
memiliki skor efisiensi masing-masing 22 , 9 dan 32 .
4.3.2 Penilaian efisiensi jangka pendek antar armada