4 Alat tangkap yang terdiri dari : • Bottom gillnet; materialnya PA mono No 60, panjang 43,20 m, lebar 2,49
m dan besar 1,75 inci
• Traps bubu dasar; material pilah bambu, panjang 1,80 m, lebar 0,90 m, tinggi 0,80 m dan lebar mulut 0,30 m
• Handline dasar; materialnya PA mono ∅ 8 mm dan 4 mm, pancing No 10 dan pemberat besi 300-500 gram
3.4 Metode Pengambilan Data
3.4.1 Data
oseanografi
Pengukuran data oseanografi dilakukan berdasarkan posisi stasiun pengamatan. Untuk itu, stasiun pengamatan ditetapkan terlebih dahulu.
Pengukuran pola arus arah dan kecepatan dilakukan di masing-masing stasiun yang ditetapkan tadi. Demikian juga, pengukuran dilakukan pada beberapa strata
kedalaman standar, berturut-turut lapisan permukaan 0-5 m, 10 m, 20 m, 30m, 40 m, dan 50 m. Parameter yang diukur meliputi kedalaman perairan, arah dan
kecepatan arus, suhu dan salinitas dengan menggunakan Valeport current meter tipe 308 CTD. Disamping itu untuk mengukur kecerahan perairan digunakan seici
disc. Sehingga hasil pengukuran tersebut menggambarkan antara lain : pola arus untuk masing-masing kedalaman, hubungan antara suhu dan kedalaman perairan,
hubungan antara salinitas dan kedalaman, serta dapat menggambarkan kecerahan perairan untuk masing-masing stasiun pengamatan.
Pengambilan sampel fito- plankton dan zooplankton di masing-masing lokasi, dilakukan dengan
menggunakan plankton net, sedangkan untuk larvatelor ichtioplankton menggunakan larva net Bonggo net. Data oseanografi ini untuk menggambar-
kan dinamika bio-ekologi sumberdaya perikanan demersal.
3.4.2 Data citra satelit
Disamping data oseanografi di atas juga digunakan data dari satelit selama satu tahun. Data satelit yang dipilih dalam penelitian ini adalah citra satelit Aqua
MODIS Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer yang bersih dari
tutupan awan, dapat dilihat dari citra level 2 klorofil-a pada situs http:oceancolor.gsfc.nasa.gov
. Setelah memilih tanggal data citra yang
diinginkan, data dipesan melalui NASA Goddard Space Flight Center menggunakan fasilitas internet pada situs
http:disc.gsfc.nasa.gov data dengan
pilihan media FTP File Transfer Protocol Pull.
3.4.3 Data akustik
Data akustik diperoleh dengan menggunakan echo sounder SIMRAD EY 500 frekuensi 38 KHz yang memiliki kemampuan untuk mengetahui sebaran
densitas ikan secara spasial maupun vertikal. Transduser dengan sistem bim terbagi split beam echosounder dipasang pada sisi kanan luar kapal system side
mounted pada kedalaman 1,5 m dari permukaan air. Pengambilan data survei akustik dilakukan pada tanggal 25 – 28 Desember tahun 2004. Dimana selama
pelayaran data akustik direkam terus menerus. Untuk mengetahui informasi keberadaan sumber daya perikanan demersal, data dikelompokan dalam back
scattering cross section untuk penentuan target srength TS dan data echo integrator untuk penentuan densitas absolut. Data yang terkumpul dari hasil
akuisisi dianalisis menggunakan software EP – 500 dengan EDSU elementary distance sampling unit sepanjang 0,5 mil. Metode hidroakustik ini digunakan
untuk menentukan penyebaran, densitas dan biomassa sumber daya ikan demersal. Survei akustik dan oseanografi dilakukan melalui cruise track akustik
dengan pola systematic triangular transect yang diharapkan dapat mewakili keseluruhan perairan Kepulauan Togean. Grid antara masing-masing leg adalah
0,5 derajat.
3.4.4 Data hasil tangkapan
Data hasil tangkapan diperoleh dari hasil tangkapan nelayan yang menggunakan alat tangkap jaring insang dasar, pancing ikan dasar dan bubu
diperoleh langsung dari nelayan masing-masing alat tangkap itu sendiri, dari tempat-tempat pendaratan ikan dan statistik perikanan tangkap dari dinas
perikanan dan kelautan Kabupaten Tojo Una-una. Data hasil tangkapan ini berguna untuk menganalisis fishing capacity. Pengumpulan data statistik
perikanan tidak hanya dibatasi pada produksi ikan itu sendiri tetapi juga pada jumlah dan ukuran dari armada penangkapan. Disamping itu juga, informasi
tentang lama waktu melaut, jumlah ABK dan jenis alat tangkap yang digunakan. Ukuran armada penangkap perahukapal yang dimaksud meliputi pengukuran
dimensi utama dari perahu tersebut yakni L, B, D dari masing-masing perahu penangkap.
Experimental fishing merupakan suatu metode yang digunakan untuk memperoleh ikan contoh dalam penelitian ini. Penggunaan metode ini untuk
memperoleh tingkat keefektifan dari ketiga alat tangkap yang umum digunakan untuk menangkap ikan demersal. Jaring insang dasar bottom gillnet merupakan
alat tangkap yang berbentuk empat persegi panjang dimana efektif untuk menangkap ikan demersal dengan cara terjerat. Operasi penangkapan ikan
dilakukan pada daerah penangkapan yang telah ditentukan sebelumnya, yakni dengan cara membentangkan jaring pada perairan. Jaring dipasang secara tetap di
atas dasar perairan dengan bantuan pemberat jangkar pada kedua ujung tali pemberat dan pelampung tanda pada tali ris atas. Setelah 4-5 jam jaring terendam
di dalam air, pengangkatan jaring hauling dilakukan. Hand lines dalam pengoperasiannya dapat dilakukan oleh satu orang karena konstruksi alat ini
paling sederhana sehingga mudah dalam mengoperasikan. Pengoperasian hand line pancing ikan demersal dilakukan pada waktu subuh dan sore hari 3-4 jam.
Sebelum ditawurkan pancing diberi umpan terlebih dahulu. Pengoperasian traps bubu dapat dilakukan oleh 2-3 orang dengan tingkat keefektivan yang tinggi
untuk menangkap ikan demersal. Pengoperasian traps bubu dilakukan pada tempat-tempat yang menjadi daerah penangkapan ikan demersal yang berdekatan
dengan wilayah pengoperasian gillnet. Traps diturunkan dengan menggunakan pemberat dan pada ujung rangkaian traps diberi tali untuk pelampung tanda.
Traps dibenam selama satu malam 10-12 jam atau paling lama tiga hari kemudian diangkat hauling.
Experimental fishing dilakukan sebanyak enam kali dengan jarak waktu tiga hari sekali pada lokasi-lokasi yang telah ditentukan mengikuti alur survei
akustik. Uji coba dimulai dari bagian utara pulau Togean, antara pulau Togean – Talatakoh, bagian utara antara pulau Waleakodi – Waleabahi, bagian timur pulau
Waleabahi. Selanjutnya uji coba penangkapan dilakukan pada bagian selatan antara pulau-pulau Waleabahi, Waleakodi dan Talatakoh. Uji coba ini berakhir
pada bagian selatan antara pulau Togean – Talatakoh. Pengambilan sampel ikan demersal dilakukan dengan menggunakan ketiga
alat tangkap di atas yang dianggap efektif untuk menangkap ikan demersal. Pengukuran dilakukan pada seluruh ikan contoh, pengukuran distribusi panjang
dilakukan terhadap panjang cagak forklength dengan menggunakan kertas ukur dan papan ukur untuk ikan yang berukuran kecil, sedangkan untuk ikan yang
berukuran besar diukur dengan menggunakan meteran. Umumnya perairan Indonesia dipengaruhi oleh dua musim yang dominan,
yaitu musim barat northwest monsoon dan musim timur southeast monsoon. Musim peralihan I terjadi antara musim barat dan musim timur, sedangkan musim
peralihan II terjadi antara musim timur dan musim barat. Adanya musim timur dan musim barat, serta musim peralihannya merupakan fenomena yang tidak
terpisahkan dari kondisi laut dan segala aktivitas ikan, termasuk perilaku pengelompokan dan pola ruaya beberapa jenis ikan dan udang, sehingga
mempengaruhi kegiatan penangkapan yang berdampak pada hasil tangkapan yang diperoleh.
3.5 Analisis Data