Produk MSG Penelitian Terdahulu

atribut kurang dari delapan? Terpaksa metode ini tidak bisa dipakai. Hal ini merupakan kelemahan pada metode tersebut Simamora, 2002. 2.6. Atribut Produk Dalam menggunakan analisis multiatribut untuk mengukur brand image, maka perlu diketahui terlebih dahulu atribut-atribut yang memenuhi kriteria di dalam obyek brand image suatu produk. Obyek merupakan merek atau kategori produk Simamora, 2002. Ada 2 hal mengenai atribut yaitu 1 Atribut sebagai karakteristik yang me mbedakan merek atau produk dari merek atau produk yang lain meliputi performans, conformans, daya tahan, keandalan, desain, gaya, reputasi, dan lain- lain, 2 Atribut sebagai faktor- faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam mengambil keputusan tentang pembelian suatu merek ataupun kategori produk yang melekat pada produk atau menjadi bagian dari produk itu sendiri meliputi dimensi-dimensi yang terkait dengan produk atau merek tetapi juga menyangkut apa saja yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan untuk membeli, menonton, memperhatikan suatu produk seperti harga, merek, ketersediaan produk, dan lain- lain.

2.7. Produk MSG

MSG adalah garam natrium sodium dari asam glutamat yang berbentuk kristal halus berwarna putih, tidak mempunyai rasa, tetapi mempunyai fungsi sebagai penegas citarasa flavor enhancer makanan. 7 Di Indonesia, MSG pada umumnya diproduksi dari hasil gula tetes tebu molase. Gula tetes tebu yang banyak mengandung glutamin itu diproses sedemikian rupa hingga mengeluarkan asam glutamat. 8 10. http:isa-tpg.blogspot.com 11. http:www.sedap-sekejap.comartikel2000edisi2filestekno.htm MSG yang lebih dikenal dengan nama vetsin atau micin ini sudah lama akrab dikalangan ibu rumah tangga karena biasa digunakan sebagai bahan penyedap masakan dan digunakan secara luas pada berbagai masakan mulai dari makanan jajanan seperti bakso, industri makanan, hingga industri jasa boga seperti perusahaan katering dan restoran.

2.8. Penelitian Terdahulu

Perdana 2003 dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Perilaku Pembelian Produk Penyedap Rasa menggunakan metode Analisis Komponen Utama untuk mengetahui hubungan antar faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan pembelian produk penyedap rasa atau MSG. Dalam penelitiannya, ia memilih konsumen rumah tangga dan konsumen pedagang makanan yang merupakan pengguna utama produk MSG di Indonesia sebagai objek penelitian. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa konsumen rumah tangga dan konsumen pedagang makanan menyatakan bahwa rasa merupakan manfaat yang mereka cari dan memotivasi mereka. Dari 25 variabel yang diujikan pada konsumen rumah tangga, 23 variabel layak untuk dianalisis selanjutnya pada analisis komponen utama, sedangkan untuk konsumen pedagang makanan, dari 26 variabelyang diujikan, hanya 21 variabel yang layak untuk dianalisis lebih lanjut. Pengolahan untuk kedua jenis konsumen menghasilkan tujuh komponen utama, yaitu masing- masing mampu menerangkan keragaman variabel asal sebesar 63,599 untuk konsumen rumah tangga dan 61,186 untuk konsumen pedagang makanan. Semua variabel yang tergabung dalam komponen utama,tertentu untuk kedua jenis konsumen memiliki korelasi yang positif. Selain itu, penelitian Perdana 2003 menghasilkan beberapa strategi pemasaran. Strategi produk umumnya diarahkan pada peningkatan khasiat MSG dengan penggunaan yang lebih irit, dengan mempertimbangkan kehalalan dampak kesehatan produk. Strategi promosi umumnya diarahkan pada pemberian informasi mengenai MSG, mulai dari tata cara pemakaian, dosis aman, tempat pembelian hingga kehalalan produk. Strategi promosi juga diarahkan pada pemanfaatan momen- momen penting umat islam dan pemberian hadiah langsung untuk konsumen. Strategi promosi dilakukan dengan menggunakan media televisi dan penjual. Sedangkan untuk strategi distribusi diarahkan pada ketersediaan produk MSG di pasar tradisional dan warung-warung terdekat. Strategi harga perlu dilakukan dengan cara meningkatkan kepekaan terhadap perubahan harga yang terjadi dan menciptakan harga yang cukup bersaing, baik dengan merek MSG yang lain atau dengan produk dengan manfaat sejenis. Nur Raharjo 2001 dalam penelitiannya yang berjudul Citra Merek Beberapa Sabun Mandi Berdasarkan Iklan yang Dikenal Konsumen menggunakan metode Analisis Biplot dan Analisis Korespondensi untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap macam- macam merek produk sabun mandi batangan yang menjadi Top of Mind, mendeskripsikannya dalam ruang berdimensi dua, serta membandingkan hasil analisis dari kedua metode tersebut. Dari hasil analisis Korespondensi penilaian manfaat sabun mandi, sabun mandi Lifebuoy mempunyai dua manfaat yaitu membunuh kuman dan menyehatkan kulit. Sedangkan untuk sabun Medicare, penilaian responden sangat kuat bahwa Medicare adalah sabun mandi yang bermanfaat menghilangkan gatal-gatal. Adapun Lux, Cusson dan Giv banyak dikenal konsumen sebagai sabun mandi yang dapat menghaluskan kulit, mengharumkan kulit, dan membuat kulit tidak bersisik. Nuvo dikenal dengan manfaatnya untuk membersihkan badan, menyegarkan tubuh, dan cocok untuk kulit. Analisis Biplot menunjukkan bahwa Lux, Cusson dan Giv dikenal manfaatnya oleh konsumen sebagai sabun mandi untuk menghaluskan kulit sekaligus mengharumkannya. Lifebuoy dikenal dengan dua manfaatnya yaitu membunuh kuman dan juga menyehatkan kulit. Sedangkan untuk merek Nuvo bermanfaat untuk menyehatkan kulit, dan Medicare untuk menghilangkan gatal- gatal. Dalam kasus ini, analisis Biplot lebih mudah diinterpretasikan daripada hasil analisis korespondensi. Karena ada beberapa atribut pada plot korespondensi yang lebih tersebar. Sedangkan Abdullah 2001 dalam penelitiannya yang berjudul Analisa Brand Image Produk es krim di Jakarta menggunakan alat ukur ekuitas merek untuk mendapatkan merek terkuat. Menurutnya merek yang kuat mencerminkan citra yang baik pada produk tersebut. Metode yang digunakannya sangat mudah dan sangat sederhana yaitu hanya dengan menggunakan prosentase pada hasil kuesioner dan menginterpretasikan hasil prosentase dari merek terkuat yang didapat. Pada hasil penelitiannya merek Walls memiliki merek terkuat menurut konsumen, kedua Diamond dan terakhir adalah Indo Ice Cream Meiji.

2.9. Kerangka Pemikiran Operasional