direkayasa. Davis 2000 membagi pengelolaan citra merek dalam empat tahapan, yakni mengembangkan visi, menetapkan citra atau positioning produk,
membangun strategi, dan membudayakan citra merek. Realitas yang dihadapi masyarakat sering menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara citra yang
diinginkan perusahaan dengan persepsi konsumen. Oleh karena itu, memberikan yang terbaik dari produk yang dihasilkan merupakan strategi terampuh untuk
meningkatkan produk sehingga berdampak pada kuatnya produk dalam benak konsumen, yang pada gilirannya menciptakan citra merek brand image produk
tersebut.
2.4. Kaitan
Brand Image dengan Brand Equity
Brand image citra merek berasal dari salah satu eleman dalam brand equity ekuitas merek yaitu pada elemen brand association asosiasi merek.
Definisi brand association itu sendiri adalah segala kesan yang muncul di benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek. Dengan
demikian, terhadap suatu merek yang sama seorang konsumen mungkin akan mempunyai asosiasi yang berbeda dengan konsumen lainnya. Bahkan terhadap
suatu merek, seorang konsumen akan mempunyai kesan yang bermacam- macam, tergantung banyaknya pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi merek itu
atau dengan semakin seringnya penampakan merek tersebut. Berbagai asosiasi merek yang saling berhubungan akan menimbulkan suatu citra merek brand
image. Semakin banyak asosiasi yang saling berhubungan, maka semakin kuat pula citra merek ya ng dimiliki oleh merek tersebut Durianto et al., 2001.
Sedangkan citra merek itu sendiri berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen dengan citra yang
positif terhadap suatu merek, lebih memungk inkan untuk melakukan pembelian. Oleh karena itu, kegunaan utama dari merek adalah membangun citra yang positif
terhadap produk Susanto et al., 2004.
2.5. Alat Ukur
Brand Image
Snake diagram atau diagram ular merupakan salah satu alat ukur brand image yang digunakan untuk membandingkan citra dua atau lebih merek yang
bersaing Simamora, 2002. Dari pembandingan tersebut dapat diketahui apa kelebihan dan kekurangan merek tersebut dibandingkan pesaingnya. Adapun
langkah-langkah penting penerapan dari alat analisis ini adalah sebagai berikut : 1 menentukan atribut-atribut produk MSG. Atribut produk adalah atribut-
atribut yang dipertimbangkan konsumen dalam mengambil keputusan tentang pembelian produk. Bisa juga dikatakan sebagai atribut apa saja yang dipakai
konsumen dalam membandingkan satu produk dengan produk lain Simamora, 2002. Atribut-atribut produk diperoleh dari penelitian
pendahuluan oleh peneliti. Kriteria penentuan atribut didasarkan pada data sekunder dari penelitian sebelumnya, dari hasil diskusi konsume n yang
mengkonsumsi produk MSG yang sudah dimintai keterangan mengenai atribut yang penting mengenai produk dan dari asumsi peneliti sendiri berdasarkan
variabel yang merupakan ciri khas produk MSG tersebut. Atribut-atribut yang dianggap penting yang merupakan ciri khas produk MSG, yaitu merek produk,
harga produk, kemudahan diperoleh, kemasan, ukuran berat, kelengkapan informasi, rasa, penurunan harga merek lain, iklan dan isi produk. Kesepuluh
atribut ini dianggap valid jika diuji terlebih dahulu dengan uji Cochran Q Test Simamora, 2002. Kelebihan Cochran Q Test adalah unsur subjektivitas
peneliti tidak ada sama sekali, hanya pada proses penentuan atribut saja menggunakan asumsi peneliti, bantuan responden pada preliminary research
dan data pada penelitian terdahulu 2 membuat kuesioner dengan memasukkan atribut produk yang dihasilkan sebelumnya. Pertanyaan khusus
untuk citra menggunakan skala Likert likert scale Simamora, 2002. Skala Likert merupakan bagian besar dari diagram ular, sehingga kelebihan dan
kekurangan skala ini sama dengan yang dijelaskan pada kelebihan dan kekurangan diagram ular. Karena diagram ular hanya bisa digunakan melalui
skala Likert Simamora, 2002. Dari beberapa metode yang digunakan untuk mengukur brand image
seperti diagram ular, teknik KS dan diagram jaring laba- laba, peneliti memilih metode diagram ular, karena selain dapat menganalisis citra atas sekelompok
orang agregat, metode ini juga dapat menggambarkan setiap dimensi terhadap objek secara keseluruhan berdasarkan persepsi responden. Kelemahan metode
adalah adanya gangguan interpretasi dalam persepsi yang salah satunya adalah isyarat yang tidak relevan irrelevant clues. Biasanya gangguan ini terjadi pada
responden. Untuk mengatasinya dengan menyederhanakan penguk uran pada dimensi yang sesuai agar responden lebih mudah memahami maksud dari setiap
dimensi yang diberikan Simamora, 2002. Pada teknik KS hanya menggunakan satu dimensi hasil reduksi dari beberapa dimensi yang ada, sehingga sangat sulit
bagi responden dalam mempertimbangkan semua dimensi terkait dari suatu objek dalam mengambil kesimpulan. Sedangkan diagram jaring laba- laba menetapkan
hanya delapan atribut yang dapat digunakan pada gambar untuk mengukur citra suatu objek. Hal ini juga dapat menimbulkan pertanyaan. Bagaimana jika jumlah
atribut kurang dari delapan? Terpaksa metode ini tidak bisa dipakai. Hal ini
merupakan kelemahan pada metode tersebut Simamora, 2002. 2.6. Atribut Produk
Dalam menggunakan analisis multiatribut untuk mengukur brand image, maka perlu diketahui terlebih dahulu atribut-atribut yang memenuhi kriteria di
dalam obyek brand image suatu produk. Obyek merupakan merek atau kategori produk Simamora, 2002. Ada 2 hal mengenai atribut yaitu 1 Atribut sebagai
karakteristik yang me mbedakan merek atau produk dari merek atau produk yang lain meliputi performans, conformans, daya tahan, keandalan, desain, gaya,
reputasi, dan lain- lain, 2 Atribut sebagai faktor- faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam mengambil keputusan tentang pembelian suatu merek ataupun
kategori produk yang melekat pada produk atau menjadi bagian dari produk itu sendiri meliputi dimensi-dimensi yang terkait dengan produk atau merek tetapi
juga menyangkut apa saja yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan untuk membeli, menonton, memperhatikan suatu produk seperti harga, merek,
ketersediaan produk, dan lain- lain.
2.7. Produk MSG