Analisis Brand Association CocaCola dalam Pembentukan Brand Image Konsumen (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara)

(1)

SKRIPSI

ANALISIS BRAND ASSOCIATION COCACOLA DALAM

PEMBENTUKAN BRAND IMAGE KONSUMEN

(STUDI KASUS PADA MAHASISWA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA)

OLEH

LEWILDY V SILITONGA 080502092

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Analisis Brand Association Cocacola Dalam Pembentukan Brand Image Konsumen (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara)

Citra suatu produk tidak lepas dari pandangan atau persepsi yang diberikan oleh konsumen, baik atau tidaknya suatu produk, konsumenlah yang menilai sebagai pemakai dan pelanggan yang bersangkutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis brand association yang membentuk brand image CocaCola di benak konsumen pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, metode statistik yaitu, uji validitas dan reliabilitas dengan bantuan SPSS 17.0 for windows dan metode analisis Uji Chochran (Chochran Q Test). Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan 100 responden sebagai sampel penelitian yang diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling.

Hasil penelitian yang diuji dengan menggunakan Uji Chochran menunjukkan bahwa dari 10 (sepuluh) asosiasi merek yang terdapat pada CocaCola tersebut, terdapat 3 (tiga) asosiasi yang membentuk brand image yang sangat kuat, yaitu “CocaCola adalah minuman bersoda yang berkualitas” , “Harga yang ditawarkan sesuai dengan rasa dan manfaat yang ditawarkan”, dan “CocaCola mudah diperoleh”. Kata Kunci : Asosiasi Merek ,Citra Merek.


(3)

ABSTRACT

Analysis of The Coca-Cola Brand Association of Consumer Brand Image Formation (Case Studies in North Sumatra University Students)

Image of a product can not be separated from the view or perception given by the consumers (respondents), whether or not a product consumers who rate it as users and customers concerned. The aim of the research was to know and analyze the brand association that forms CocaCola brand image in the minds of consumers in the North Sumatra University students.

This research was descriptive.. It used descriptive analytic method, statistical method, that is, the validity and reliability test with the aided by SPSS 17.0 for windows and method of Chochran Test analysis. The primary data were obtained by distributing questionnaires in which their measurement was measured by Likert scale. This research used 100 respondents as the samples which were obtained by using accidental sampling technique.

The results are tested using Chochran Q Test showed that the association of several contained in the CocaCola brand, there are 3 (three) associations that make up a very strong brand image, which is "CocaCola is a quality soft drinks," "The price offered in accordance with taste and the benefits offered," and "CocaCola easily to obtained".


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus sang Juru Selamat karena atas berkat dan anugerahNya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Brand Association CocaCola dalam Pembentukan Brand Image Konsumen (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini saya persembahkan kepada Orang Tua saya tercinta Ayahanda L. Silitonga dan Ibunda I.Manurung serta adik-adikku ( Faisal dan Boy ) yang senantiasa menyayangi dan memberikan dukungan terbaiknya kepada peneliti.

Pada kesempatan ini pula peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E., M.Ec. selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Doli Muhammad J Dalimunthe, S.E., M.Si., selaku Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti selama masa perkuliahan.


(5)

6. Bapak Drs Ami Dilham, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk bimbingan, petunjuk, nasehat dalam proses pembuatan skripsi sampai selesai.

7. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, S.E., M.B.A., selaku Dosen Pembaca Penilai yang juga telah banyak memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. 8. Kepada bapak dan ibu dosen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada peneliti selama mengikuti perkuliahan serta seluruh Pegawai Departemen Manajemen yang telah banyak membantu selama proses penulisan skripsi ini. 9. Terimakasih kepada Anestasya Silaban terkasih yang sudah banyak membantu

peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Teman-teman seperjuangan di GMKI FE USU, terkhusus untuk pengurus masa bakti 2010-2011, anggota GMKI FE USU stambuk 2008. Untuk semua sahabatku yang selalu menemani dan mendukungku teman-teman Manajemen stambuk 2008 terkhususnya buat Tetty, Danny,Desi, Arga, Sumandi, Gustina,Martin,Ade, Thomson, Dodo, Josri, Ferry dan teman-teman yang lain. Terima kasih atas dukungannya dan suka duka dalam melewati perkuliahan dan pergumulan dalam penyusunan tugas akhir selama ini.

Akhir kata, peneliti berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya. Ut Omnes Unum Sint Syalom.

Medan, Agustus 2012 Peneliti


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK.. ... i

ABSTRACT. ... ii

KATA PENGANTAR . ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.2 Manfaat Penelitian... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Merek ... 10

2.2 Ekuitas Merek (Brand Equity) ... 12

2.3 Asosiasi Merek (Brand Association) ... 13

2.1.3.1 Sumber Sumber Asosiasi Merek ... 18

2.4 Citra Merek (Brand Image) ... 21

2.4.1. Faktor – faktor yang Membentuk Citra Merek... 23

2.4.2. Komponen Citra Merek ... 25

2.2 Penelitian Terdahulu ... 31

2.3 Kerangka Konseptual ... 33

2.4 Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 36

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

3.3 Batasan Operasional ... 36

3.4 Definisi Operasional... 37

3.5 Skala Pengukuran Variabel... 40

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 41

3.6.1 Populasi ... 41

3.6.2 Sampel ... 41

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 43

3.7.1 Kuesioner ... 43

3.7.2 Studi Pustaka ... 43


(7)

3.9 Teknik Analisis ... 45

3.9.1 Analisis Deskriptif... 45

3.9.2 Analisis Kuantitatif ... 45

3.9.3 Pengujian Hipotesis ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan. ... 49

4.1.1Sejarah Singkat CocaCola ... 49

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan. ... 51

4.1.3 Analisis SWOT. ... 50

4.1.4 Jenis Produk dan Kategori Produk CocaCola . ... 52

4.2 Hasil Penelitian. ... 55

4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas. ... 55

4.2.2 Analisis Deskriptif... 58

4.2.2.1 Analisis Deskriptif Responden. ... 58

4.2.2.2 Analisis Deskriptif Variabel... 62

4.2.3 Analisis Kuantitatif ... 64

4.3 Pembahasan. ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan. ... 82

5.2 Saran. ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85

LAMPIRAN ... 86


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Top Brand Index Minuman Bersoda Tahun 2011-2012... 6

3.1 Defenisi Operasional ... 40

3.2 Mekanisme operasional Skala Nominal ... 41

4.1 Item-Total Statistic ... 56

4.2 Item Total Statistic ... 57

4.3 Realibility Statistic ... 58

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 59

4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Fakultas ... 60

4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Kuantitas Konsumsi CocaCola dalam Seminggu ... 61

4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Ukuran Botol yang Dikonsumsi ... 61

4.9 Persentase Hasil Kuesioner ... 62

4.10 Pengujian 1 ... 67

4.11 Pengujian 2 ... 68

4.12 Pengujian 3 ... 70

4.13 Pengujian 4 ... 71

4.14 Pengujian 5 ... 73

4.15 Pengujian 6 ... 74

4.16 Pengujian 7 ... 75

4.17 Pengujian 8 ... 77


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

2.1 Kerangka Konseptual... 34

4.1 CocaCola Classic ... 53

4.2 CocaCola Zero ... 54


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman 1 Kuesioner Penelitian ... 87 2 Tabulasi Hasil Kuesioner ... 89


(11)

ABSTRAK

Analisis Brand Association Cocacola Dalam Pembentukan Brand Image Konsumen (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara)

Citra suatu produk tidak lepas dari pandangan atau persepsi yang diberikan oleh konsumen, baik atau tidaknya suatu produk, konsumenlah yang menilai sebagai pemakai dan pelanggan yang bersangkutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis brand association yang membentuk brand image CocaCola di benak konsumen pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, metode statistik yaitu, uji validitas dan reliabilitas dengan bantuan SPSS 17.0 for windows dan metode analisis Uji Chochran (Chochran Q Test). Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan 100 responden sebagai sampel penelitian yang diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling.

Hasil penelitian yang diuji dengan menggunakan Uji Chochran menunjukkan bahwa dari 10 (sepuluh) asosiasi merek yang terdapat pada CocaCola tersebut, terdapat 3 (tiga) asosiasi yang membentuk brand image yang sangat kuat, yaitu “CocaCola adalah minuman bersoda yang berkualitas” , “Harga yang ditawarkan sesuai dengan rasa dan manfaat yang ditawarkan”, dan “CocaCola mudah diperoleh”. Kata Kunci : Asosiasi Merek ,Citra Merek.


(12)

ABSTRACT

Analysis of The Coca-Cola Brand Association of Consumer Brand Image Formation (Case Studies in North Sumatra University Students)

Image of a product can not be separated from the view or perception given by the consumers (respondents), whether or not a product consumers who rate it as users and customers concerned. The aim of the research was to know and analyze the brand association that forms CocaCola brand image in the minds of consumers in the North Sumatra University students.

This research was descriptive.. It used descriptive analytic method, statistical method, that is, the validity and reliability test with the aided by SPSS 17.0 for windows and method of Chochran Test analysis. The primary data were obtained by distributing questionnaires in which their measurement was measured by Likert scale. This research used 100 respondents as the samples which were obtained by using accidental sampling technique.

The results are tested using Chochran Q Test showed that the association of several contained in the CocaCola brand, there are 3 (three) associations that make up a very strong brand image, which is "CocaCola is a quality soft drinks," "The price offered in accordance with taste and the benefits offered," and "CocaCola easily to obtained".


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia bisnis makanan dan minuman terus berkembang dinamis dengan persaingan yang begitu ketat. Untuk menghadapi persaingan di pasar, sangat penting bagi perusahaan mengembangkan keunggulan kompetitif berkelanjutan yaitu dengan menempatkan mereknya menjadi merek yang selalu dipilih konsumen. Merek merupakan sumber aset terbesar bagi perusahaan. Dalam kodisi pasar yang kompetitif, preferensi dan loyalitas pelanggan adalah kunci kesuksesan. Pemasran dewasa ini merupakan pertempuran persepsi konsumen dan tidak lagi sekedar pertempuran produk.

Merek menjadi pertimbangan yang penting dalam pembelian sebuah produk. Merek yang baik dari sebuah produk akan mudah dikenal oleh konsumen karena manfaat serta kesan kualitas yang telah mereka tangkap. Menurut Kotler (2007) merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan tampilan, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Karena itu keahlian paling utama dari pemasar adalah kemampuannya untuk menciptakan, memelihara, melindungi dan meningkatkan merek. Keunggulan persaingan yang didasarkan pada fungsi merek dapat menghasilkan citra merek yang positif serta menciptakan keunggulan kinerja dan profitabilitas perusahaan, laba jangka panjang dan potensi pertumbuhan.


(14)

Merek bukanlah hanya sebuah logo, nama, atau simbol, tapi memiliki peranan yang jauh lebih besar dari itu. Merek dapat berperan sebagai payung representasi produk barang atau jasa yang ditawarkan, dapat berperan sebagai perusahaan, dapat berperan sebagai orang, atau bahkan dapat berperan sebagai negara. Pesaing bisa saja menawarkan merek yang mirip, tetapi mereka tidak mungkin menawarkan janji emosional yang sama.

Tantangan bagi perusahaan adalah bagaimana agar merek dipersepsikan sama oleh pasar, seperti yang diinginkan oleh perusahaan. Ada banyak merek yang berebut masuk ke pikiran seorang konsumen. Tentu tidak semuanya berhasil, karena konsumen memberikan perhatian terhadap merek secara selektif. Agar mendapat perhatian, perusahaan perlu mengaitkan merek dengan sesuatu yang dikenal oleh konsumen, atau yang menarik bagi mereka. Inilah yang dinamakan dengan asosiasi merek. Asosiasi merek adalah sekumpulan entensitas yang bisa dihubungkan dengan sutau merek.

Menurut Durianto, dkk (2001) Brand association (asosiasi merek) adalah segala kesan yang munsul di benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek. Kesan kesan yang terkait dalam akan semakin meningkat dengan semakin banyaknya pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi suatu merek atau dengan semakin seringnya penampakan merek tersebut dalam strategi komunikasinya. Suatu merek yang telah mapan akan memiliki posisi menonjol dalam persaingan bila didukung oleh berbagai asosiasi yang kuat. Berbagai asosiasi merek yang saling berhubungan akan menimbulkan suatu rangkaian yang disebut brand


(15)

image. Semakin banyak asosiasi yang saling berhubungan, semakin kuat brand image yang dimiliki merek tersebut.

Menurut Rangkuti (2002) sebenarnya pola dari kesan merek terdiri dari atribut, keuntungan dan perilaku dalam pengertian bahwa pelanggan berusaha mempelajari atribut yang ditampilkan suatu merek, kemudian mengaitkannya dengan keuntungan apa saja yang diperoleh dari atribut tersebut. Dapat disimpulkan juga bahwa kesan merek merupakan persepsi mengenai sebuah merek yang digambarkan oleh asosiasi yang melekat pada ingatan konsumen. Setelah kesan merek terbentuk, maka konsumen akan memiliki sikap atau tanggapan terhadap merek tersebut yang didefenisikan sebagai keseluruhan evaluasi konsumen terhadap merek.

Masalah yang muncul adalah kesadaran tentang pentingnya merek dan usaha-usaha untuk meningkatkan nilai merek tidak hanya dilakukan oleh suatu perusaha-usahaan saja, tetapi oleh seluruh perusahaan yang menghasilkan katagori produk yang ada atau relatif sama. Hal ini menimbulkan peta persaingan menjadi semakin ketat. Di antara sekian kelompok merek yang sudah sangat terkenal di Indonesia salah satunya adalah minuman CocaCola.

Banyak investor yang mengetahui potensi pasar minuman olahan di Indonesia sangat besar. Selain alasan pasar yang besar, masuknya investor asing juga karena jalur distribusinya sudah ada. CocaCola Company merupakan produsen minuman ringan yang sudah menanamkan investasi besar di Indonesia. Pabrik CocaCola Company di Indonesia ada 11 buah. Pabrik terakhir dibangun pada 1997 dengan investasi mencapai 180 miliar rupiah, dengan kemampuan produksi 3.300


(16)

polyethylene terephtalate (PET), botol gelas dan kaleng. Di seluruh Indonesia, CocaCola melayani lebih kurang 400.000 gerai. Di Indonesia, ada banyak jenis produk minuman ringan yang berbenderakan CocaCola Company. Ada CocaCola, Fanta, Sprite, A&W, Freshtea, Minute Maid dan Ades.

CocaCola merupakan minuman bersoda yang memiliki rasa yang khas coke berkarbonasi. Secara khusus untuk CocaCola sendiri ada tiga jenis kategori produk yang ditawarkan, yaitu CocaCola Classic, CocaCola Zero dan Diet Coke.

CocaCola menyasar pasar remaja dan anak anak muda, dimana kita ketahui pasar remaja merupakan pasar yang sangat besar dan sangat potensial. Hampir sepertiga penduduk Indonesia terdiri dari kaum belia. Tidak mengherankan jika akhirnya banyak pengusahamemberikan porsi yang lumayan besar untuk melayani kebutuhan para remaja dan anak muda.

CocaCola diposisikan sebagai merek yang bercitra semangat, kebersamaan dalam ikatan nilai kekeluargaan. Bukan hanya melegakan secara fisik, tapi juga ada dampak secara emosional atau kesegaran emosional sebagai minuman penambah semangat. Dengan tagline “Segarkan Harimu” yang sekarang telah diubah menjadi “Buka Semangat Baru”.

Dalam aktivitas pemasarannya, CocaCola memakai media musik untuk promosi, karena musik juga bisa meningkatkan semangat hidup. Musisi yang ditampilkan adalah musisi terkenal yang memang disukai masyarakat Indonesia. CocaCola juga sering melakukan sampling dengan membagi-bagikan CocaCola


(17)

kekalangan muda di acara acara tertentu. CocaCola juga dikenal kuat pemasarannya di kota metropolitan atau daerah urban dimana mulai terlihat gaya hidup.

CocaCola merupakan merek paling mahal di dunia versi Interbrand’s Best Global Brand 2011, mengungguli seluruh merek yang ada di dunia. Merek minuman soda ini berada di peringkat pertama dengan total nilai mencapai $71,861 juta AS. Mengungguli merek IBM yang ada di urutan kedua dengan nilai $69,905 juta, Microsoft yang ada di urutan ketiga dengan nilai $59,067 juta dan Google yang ada di urutan keempat dengan nilai $55,217 juta. Prestasi ini dapat diraih karena CocaCola Company sangat mementingkan kualitas dalam dalam setiap produk yang ditawarkan, untuk benar benar memberikan yang terbaik bagi konsumen dalam industri minuman. The CocaCola Quality System adalah salah satu landasan ataupun patokan sistem kebijakan perusahaan CocaCola terhadap pengawasan mutu yang mendorong anak perusahaan untuk bertindak memenuhi standar kualitas, maupun ketetapan ketetapan perundang-undangan yang berlaku di industri minuman ringan, baik secara standar nasional tempat produk dipasarkan maupun secara standar internasional.

Sedangkan di dalam negeri, untuk tahun 2011 CocaCola mendapat peringkat kedua terbaik untuk kategori minuman bersoda dengan indeks Top Brand sebesar 33.6 %, hanya berbeda tipis dengan Fanta yang juga merupakan saudaranya di CocaCola Company, pada peringkat pertama dengan indeks 36.4 %.


(18)

Tabel 1.1

Top Brand Index Minuman Bersoda Tahun 2011 - 2012

2011 2012

Merek Top Brand

Index Merek

Top Brand Index

Fanta 36.4 % TOP Fanta 35.8 % TOP

Coca cola 33.6 % TOP Coca cola 30.8 % TOP

Sprite 22.7 % TOP Sprite 22.3 % TOP

Pepsi 1.5 % Big Cola 4.6 %

Tebs 1.0 % Pepsi 1.7 %

Sumber : Majalah Marketing Februarui 2011 dan Februari 2012 (diolah oleh penulis)

Di tahun 2012, CocaCola tetap ada peringkat kedua terbaik untuk kategori Minuman bersoda dengan indeks Top Brand sebesar 30.8 %, hanya berbeda tipis dengan Fanta yang juga merupakan saudaranya di CocaCola Company, pada peringkat pertama dengan indeks 35.8 %.

Dari data diatas dapat dilihat bahwa CocaCola adalah merek yang memiliki persepsi yang bagus di mata konsumennya. CocaCola merupakan merek yang termasuk dalam jajaran merek yang terbaik di kelasnya. Bersaing dengan minuman berkarbonasi Fanta dan Sprite yang merupakan produk dari perusahaan yang sama.

Asosiasi-asosiasi merek yang dipersepsikan dengan baik oleh CocaCola akan membuat konsumen mengingat maupun memilih untuk membeli produk sehingga mampu bersaing dengan merek minuman lainnya. Perusahaan harus membentuk kesan terhadap produk mereka melalui merek sehingga konsumen akan merasa yakin mengkonsumsi produk tersebut. Brand image atau kesan yang terbentuk melalui


(19)

atribut atribut produk yang terkandung dalam merek seperti kelebihan, manfaat, harga dan kelas, oleh konsumen nantinya akan ditransformasikan melalui informasi berupa ciri ciri merek, sehingga nantinya akan merangsang dan mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut.

Dengan demikian, menanamkan ingatan ke konsumen lewat asosiasi merek dalam hal ini sangatlah penting. Perusahaan harus memahami asosiasi asosiasi merek yang konsumen harapkan. Hingga akhirnya timbul kesesuaian apa yang ditawarkan oleh perusahaan dengan ekspektasi konsumen terhadap produk tersebut. Konsumen nantinya akan cenderung mengkonsumsi merek tertentu yang dalam hal ini minuman merek CocaCola dengan alasan seperti kelebihan, manfaat, harga dan kelas dan lainnya. Untuk membangun merek yang kuat, perusahaan harus mengembangkan perangkat karakteristik yang terkandung dalam varian atau atribut atribut yang dapat membuat konsumen merasa puas. Ketika varian atau atribut dari merek tersebut dapat berkesan pada benak konsumen, maka selanjutnya konsumen akan berperilaku untuk melakukan pembelian ulang dan merekomendasikan merek tersebut.

Penelitian ini dilakukan di Universitas Sumatera Utara, dimana pasar sasaran dari minuman berkarbonasi ini yang sebagian besar adalah segmen anak muda ada disini. Kampus adalah salah satu tempat yang menjadi tempat para anak muda berkumpul, bersosialisasi dan beraktivitas. Berbagai perusahaan produk minuman menyadari bahwa tingginya kebutuhan komunitas kampus akan minuman. Kampus menjadi tempat bagi produsen produk minuman untuk mendongkrak penjualannya, penetrasi dilakukan hingga masuk menjadi sponsor berbagai kegiatan dan acara


(20)

kampus. Disiniliah CocaCola tetap mampu menunjukkan eksistensinya, tetap mampu terdepan ditengah banjirnya produk saingan.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Analisis brand association CocaCola dalam pembentukan brand image konsumen (studi kasus pada mahasiswa Universitas

Sumatera Utara).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah brand association CocaCola yang membentuk brand image konsumen pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis brand association yang membentuk brand image CocaCola di benak konsumen pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

1.3.2 Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan acuan untuk terus menigkatkan brand image CocaCola


(21)

b. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan suatu kesempatan bagi penulis untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh selama masa perkuliahan. Diharapkan penelitian ini akan menambah wawasan mengenai brand image dan brand association.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam melakukan penelitian dengan objek ataupun masalah yang sama dimasa yang akan dating.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Merek

The American Marketing Association mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, simbol, atau desain (rancangan), atau kombinasinya, yang dimaksudkan untuk memberi tanda pengenal barang atau jasa dari seorang penjual atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari barang-barang yang dihasilkan oleh pesaing. Dengan demikian, sebuah merek adalah produk atau jasa penambah dimensi yang dengan cara tertentu mendiferensiasikannya dari produk atau jasa lain yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama (Kotler, 2007).

Merek adalah entitas yang mudah dikenali dan menjanjikan nilai-nilai tertentu (Nicolino, 2004). Merek menjadi tanda pengenal bagi penjual atau pembuat suatu produk atau jasa. Dalam Durianto, dkk (2001) disebutkan bahwa merek lebih dari sekedar jaminan kualitas kerena di dalamnya tercakup enam pengertian sebagai berikut :

1. Atribut, yaitu suatu merek dapat mengingatkan pada atribut-atribut tertentu seperti kualitas, gengsi, nilai jual kembali, desain, dan lain-lain.

2. Manfaat, dimana atribut-atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional. Meskipun suatu merek membawa sejumlah atribut, konsumen sebenarnya membeli manfaat dari produk tersebut.


(23)

3. Nilai, yaitu suatu merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai. Merek juga menyatakan nilai nilai produsennya. Contohnya, Marcedes berarti kinerja tinggi, keamanan, prestice, dan sebagainya.

4. Produsennya.

5. Budaya, yaitu suatu merek mungkin juga melambangkan budaya tertentu. 6. Kepribadian. Suatu merek dapat mencerminkan kepribadian tertentu.

7. Pemakai, yaitu suatu merek menyiratkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan suatu produk.

Lamb (2001) mengungkapkan bahwa ciri-ciri dari nama merek yang efektif yaitu :

1. Mudah untuk diucapkan 2. Mudah untuk dikenali 3. Mudah untuk diingat 4. Pendek/singkat 5. Berbeda/unik

6. Menggambarkan produk

7. Menggambarkan penggunaan dari produk 8. Menggambarkan manfaat dari produk 9. Mempunyai konotasi yang positif


(24)

Menurut Durianto, dkk (2001) merek memberikan “nilai” sehingga nilai total produk yang “bermerek” baik menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang dinilai semata-mata secara objektif. Nicolino (2004) menambahkan bahwa merek mempunyai daya tarik yang sangat kuat karena membantu konsumen untuk membuat keputusan membeli menjadi lebih cepat dan dengan lebih yakin.

2.2 Ekuitas Merek (Brand Equity)

Humdiana (2005) mendefinisikan ekuitas merek sebagai seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama, dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan. Agar aset dan liabilitas mendasari ekuitas merek, maka aset dan liabilitas merek harus berhubungan dengan nama atau sebuah simbol sehingga jika dilakukan perubahan terhadap nama dan simbol merek, beberapa atau semua aset dan liabilitas yang menjadi dasar ekuitas merek akan berubah pula.

Menurut Kotler (2005), ekuitas merek sebagai efek diferensial positif yang ditimbulkan oleh pengetahuan nama merek terhadap pelanggan atas produk atau jasa tersebut. Ekuitas merek menyebabkan pelanggan memperlihatkan preferensi terhadap suatu produk dibandingkan dengan yang lain kalau keduanya pada dasarnya identik. Sepanjang memberikan nilai tambah, maka merek tersebut memiliki ekuitas. Apabila tidak ada nilai tambah apalagi justru mengurangi nilai produk, berarti tidak ada ekuitas merek.


(25)

Dewanti, dkk (2007) menjelaskan bahwa produk bermerek memiliki dua jenis nilai yaitu nilai objektif dan nilai total produk. Nilai objektif yaitu nilai berdasarkan realitas. Hal itu merupakan nilai yang tidak terkontaminasi oleh segala hal yang terkait dengan merek. Ekuitas merek adalah selisih antara nilai total produk (dengan merek) dikurangi nilai objektifnya. Dengan hubungan demikian, dimungkinkan nilai ekuitas merek yang positif, nol, dan negatif. Ekuitas merek juga dapat dilihat pada ruang lingkup individu, segmen, maupun pasar secara total. Pada ruang lingkup individu, dimungkinkan perbedaan ekuitas merek pada individu yang berbeda.

Humdiana (2005 : 44) menjelaskan bahwa aset dan liabilitas yang mendasari ekuitas merek dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu :

1. Loyalitas merek(Brand loyalty) 2. Kesadaran merek(Brand awareness) 3. Persepsi kualitas(Perceived quality) 4. Asosiasi merek (Brand association)

5. Aset-aset lainnya, seperti paten, cap, jaringan bisnis, dan lain-lain (Other proprietary assets)

2.3 Asosiasi Merek (Brand Association)

Asosiasi merek adalah sesuatu yang berhubungan dengan ingatan pada merek dan memuat arti penting suatu merek bagi konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor arti penting tersebut adalah situasi penggunaan dan pemakai


(26)

produk, selebriti, gaya hidup dan perasaan, kelas produk atau simbol serta atribut produk, manfaat, harga, pesaing, abstrak dan lokasi geografis (Aaker, 1992).

Sedangkan menurut Aaker dan Joachimsthaler (dalam Davis, 2002) asosiasi merek adalah sesuatu yang menghubungkan konsumen dengan merek, termasuk di dalamnya penggunaan perbandingan, atribut produk, pemanfaatan situasi, asosiasi organisasional, personalitas merek dan simbol-simbol. Del Rio et al (2001) berhasil membuktikan beberapa hipotesa, yaitu bahwa :

1. Asosiasi merek yang berkaitan dengan jaminan pemakaian produk, identifikasi personal, dan status sosial secara positif berpengaruh terhadap kesediaan konsumen untuk menggunakan kembali merek tersebut atau kelompok produk yang lain;

2. Asosiasi merek yang berkaitan dengan pemakaian produk dan identifikasi personal secara positif berpengaruh terhadap kesediaan memberikan rekomendasi kepada orang lain;

3. Asosiasi merek yang berkaitan dengan pemakaian produk dan identifikasi sosial secara positif berpengaruh terhadap kesediaan konsumen membeli dengan harga yang lebih tinggi. Asosiasi merek dapat dibagi menjadi asosiasi produk dan asosiasi organisasi. Asosiasi produk berupa asosiasi atribut fungsional, seperti atribut produk, persepsi kualitas dan manfaat fungsional; serta asosiasi atribut non-fungsional, seperti asosiasi simbolik, emosional, harga atau nilai, dan pemakai atau situasi penggunaan. Asosiasi organisasi berhubungan dengan asosiasi kemampuan perusahaan, yaitu berupa keahlian menghasilkan dan


(27)

mengirimkan hasil (produk), seperti keahlian karyawan, keunggulan bagian penelitian dan pengembangan internal, hasil inovasi teknologi dan kepemimpinan industri; serta asosiasi pertanggungjawaban sosial perusahaan, yang berupa refleksi status dan kegiatan perusahaan dengan memperhatikan peningkatan tanggungjawab sosial, ramah dan terlibat dengan lingkungannya.

Asosiasi mempunyai tingkatan kekuatan, yang dapat menciptakan citra merek dan menjadi dasar untuk keputusan pembelian dan loyalitas merek (Aaker, 1992). Asosiasi sangat penting untuk memahami efektifitas media, sebagai ingatan pesan merek, serta berfungsi untuk menetapkan hubungan unsur-unsur kegiatan dan merek yang berbeda. Asosiasi merek juga berkaitan dengan keunggulan merek, perluasan yang berhubungan dengan perpindahan identitas atau citra melalui kelompok merek, dan atau asosiasi institusional yang mendukung secara positif/negatif untuk mengartikan merek atau nilai. Asosiasi merek juga merupakan aset yang dapat meningkatkan nilai, dan sebagai dasar penting untuk melakukan pembedaan, keunggulan kompetitif, mempengaruhi keputusan pembelian, mendorong perasaan dan sikap positif dan peningkatan pembelian (Aaker, 1992).

Sementara itu, menurut Keller (1993) asosiasi merek sangat relevan dengan kebaikan, kekuatan dan keunikan dari atribut, fungsi, pengalaman dan manfaat simbolik produk. Keberhasilan program pemasaran merupakan refleksi kreatifitas asosiasi merek yang disukai, konsumen mempercayai suatu merek mempunyai atribut dan manfaat yang memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Kekuatan asosiasi


(28)

merek berfungsi sebagai pemrosesan informasi dari pesan yang diterima, baik dalam jumlah dan kualitas. Sedangkan keunikan asosiasi merek berkaitan dengan komunikasi yang secara eksplisit dapat dibandingkan dengan pesaing atau hal penting yang implisit tanpa penyebutan referensi persaingan.

Lebih lanjut Keller (1998) juga menyatakan asosiasi merek dapat menciptakan citra merek berdasarkan pada tipe, kebaikan, kekuatan dan keunikannya. Tipe asosiasi merek dapat berasal dari atribut, manfaat dan sikap terhadap merek. Atribut terdiri dari atribut produk dan atribut non produk, seperti harga, pemakai dan situasi penggunaan, personalitas merek serta perasaan dan pengalaman. Sedangkan manfaat merek berasal dari fungsi, pengalaman penggunaan, dan simbol merek.

Kebaikan merek berhubungan dengan hirarki kebutuhan Maslow, yaitu kebutuhan fisik, keamanan, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri. Kekuatan merek berupa tingkatan tipe asosiasi merek yang menentukan konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian maupun untuk menginformasikan kepada orang lain. Sedangkan keunikan berkaitan dengan sesuatu perbedaan yang dimiliki oleh suatu merek dibandingkan dengan merek lain atau katagori produk lain. Dari paparan di atas dapat dinyatakan bahwa asosiasi merek berguna bagi konsumen, manajer perusahaan maupun pihak lain. Bagi konsumen, asosiasi merek dapat membantu proses, mengorganisir, dan mendapatkan kembali informasi dalam ingatan dan untuk membantu pegambilan keputusan (Aaker, 1991; Low dan Lamb Jr, 2000), di samping melalui nama merek dan atribut produk dapat berguna untuk memprediksi kinerja produk dan pencarian informasi. Konsumen dapat mengembangkan keragaman


(29)

asosiasi nama merek dan kemudian mengelompokkan dalam co-branding produk, memproses informasi, membedakan merek, membantu pilihan pembelian yang rasional, menciptakan sikap dan perasaan positif, serta memberikan dasar menciptakan rasa kesesuaian antara nama merek dan produk baru (Durianto dkk, 2000).

Bagi manajer, asosiasi merek dibutuhkan untuk mendefinisikan strategi merek secara optimal, desain komunikasi yang efektif dan untuk memahami lingkungan persaingannya (Kotler, 2000). Pemasar juga bisa menggunakan asosiasi merek untuk membedakan dalam memposisikan dan memperluas merek, menciptakan sikap dan perasaan positif terhadap merek, mengesankan atribut dan manfaat pembelian atau penggunaan merek secara khusus (Low dan Lamb Jr, 2000). Perbedaan asosiasi dari konsumen akan konsisten dengan indikator ekuitas ekternal dan memberikan pengetahuan kekuatan dan kelemahan setiap merek, sehingga dapat digunakan untuk penguatan merek. Di samping itu, asosiasi merek produk juga berguna membantu seseorang memahami positioning produk dan mengenal potensi pemanfaatan situasi pembelian.

Humdiana (2005 : 47) menyatakan bahwa suatu asosiasi adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah merek. Humdiana (2005 : 47) menambahkan bahwa asosiasi tidak hanya eksis namun juga mempunyai suatu tingkatan kekuatan. Kaitan pada merek akan lebih kuat jika dilandasi pada pengalaman untuk mengkomunikasikannya. Juga akan lebih kuat apabila kaitan tersebut didukung dengan suatu jaringan dari kaitan-kaitan lain. Sebuah merek adalah


(30)

seperangkat asosiasi, yang pada umumnya terbingkai dalam berbagai bentuk yang bermakna.

2.3.1 Sumber sumber Asosiasi Merek

Aaker mengemukakan adanya 11 tipe asosiasi (Simamora,2003) yaitu : 1. Atribut produk

Atribut produk yang paling banyak digunakan dalam strategi positioning adalah mengasosiasikan suatu objek dengan salah satu atau beberapa atribut atau karakteristik produk yang bermakna dan saling mendukung, sehingga asosiasi bisa secara langsung diterjemahkan dalam alasan untuk pembelian suatu produk.

2. Atribut tak berwujud

Penggunaan atribut tak berwujud, seperti kualitas keseluruhan, kepemimpinan, teknologi, inovasi, atau kesehatan adakalanya bisa lebih bertahan. Tetapi pengembangan asosiasi ini bisa berbahaya dan memungkinkan mendapatkan suatu tingkat asosiasi produk yang berada di luar kontrol perusahaan.

3. Manfaat bagi pelanggan

Biasanya terdapat hubungan antara atribut produk dan manfaat bagi pelanggan. Terdapat dua manfaat bagi pelanggan, yaitu manfaat rasional yang berkaitan erat dengan suatu atribut produk dan bisa menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan yang rasional, dan yang kedua adalah manfaat psikologis yang berkaitan dengan perasaan yang timbul ketika


(31)

membeli atau menggunakan suatu merek, yang seringkali merupakan konsekuensi ekstrim dalam proses pembentukan sikap.

4. Harga relatif

Pada umumnya merek hanya perlu berada di satu harga tertentu agar dapat memposisikan diri dengan jelas dan berjauhan dengan merek-merek lain pada tingkat harga yang sama. Untuk menjadi bagian dari segmen utama (premium segment), sebuah merek harus menawarkan suatu aspek yang dipercaya unggul dalam kualitas, atau sungguh-sungguh dapat memberikan jaminan harga optimum.

5. Penggunaan/aplikasi

Produk dapat mempunyai beberapa strategi positioning, walaupun hal ini mengundang sejumlah kesulitan. Suatu strategi positioning lewat penggunaan (positioning by use strategy) mewakili posisi kedua atau ketiga untuk merek tersebut, suatu posisi yang dengan sengaja berusaha meluaskan pasar atas merek tersebut.

6. Pengguna/pelanggan

Strategi positioning pengguna, yaitu mengasosiasikan sebuah merek dengan sebuah tipe pengguna atau pelanggan. Mengidentifikasikan sebuah merek dengan segmen yang ditargetkan seringkali menjadi cara yang tepat untuk memikat segmen tersebut. Problem dari asosiasi yang kuat terutama asosiasi pengguna dapat membatasi kesanggupan sebuah merek untuk memperluas pasarnya.


(32)

7. Orang terkenal/selebrity endorser

Mengaitkan seseorang yang terkenal dengan sebuah merek bisa mentransferkan asosiasi-asosiasi ini ke merek tersebut. Dengan mengaitkan antara merek produk dan orang terkenal yang sesuai dengan produk tersebut, akan memudahkan merek produk tersebut mendapat kepercayaan dari pelanggan.

8. Gaya hidup/kepribadian

Sebuah merek bisa diilhami oleh para pelanggan dengan aneka kepribadian dan karakteristik gaya hidup yang hampir sama.

9. Kelas produk.

Beberapa merek perlu membuat keputusan positioning yang menentukan dan melibatkan asosiasi-asosiasi kelas produk.

10.Kompetitor

Produk-produk yang sulit dievaluasi cenderung menggunakan kompetitor yang sudah mapan untuk membantu menjalankan tugas positioning. Positioning dengan mengaitkan kompetitor bisa dilakukan melalui iklan komparatif, dimana kompetitor dengan eksplisit disebutkan dan dibandingkan berkenaan dengan suatu karakteristik produk atau lebih.


(33)

11.Negara/wilayah geografis

Sebuah negara bisa menjadi simbol yang kuat, asalkan negara tersebut mempunyai hubungan yang erat dengan produk, bahan, dan kemampuan. Asosiasi negara bisa menjadi kompleks dan penting bila negara berusaha mengembangkan strategi global.

2.4 Citra Merek (Brand Image)

Citra merek (Brand Image) merupakan representasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian. (Setiadi, 2003). Merek dapat dideskripsikan dengan karakteristik-karakteristik tertentu, semakin positif deskripsi tersebut semakin kuat citra merek dan semakin banyak kesempatan bagi pertumbuhan merek itu. (Davis, 2000). Citra merek adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk pada benak konsumen (Mowen, 1994). Citra merek mengacu pada skema memori akan sebuah merek, yang berisikan interpretasi konsumen atas atribut, kelebihan, penggunaan, situasi, para pengguna, dan karakteristik pemasar atau karakteristik pembuat dari produk atau merek tersebut. Citra merek adalah apa yang konsumen pikirkan dan rasakan ketika mendengar atau melihat nama suatu merek.


(34)

Citra merek merupakan serangkaian asosiasi yang ada dalam benak konsumen terhadap suatu merek, biasanya terorganisasi menjadi suatu makna.Hubungan terhadap suatu merek akan semakin kuat jika didasarkan pada pengalaman dan mendapat banyak informasi. Citra atau asosiasi merepresentasikan persepsi yang bisa merefleksikan kenyataan yang objektif ataupun tidak. Citra yang terbentuk dari asosiasi inilah yang mendasari dari keputusan membeli bahkan loyalitas merek (brand loyalty) dari konsumen.

Konsumen lebih sering membeli produk dengan merek yang terkenal karena merasa lebih nyaman dengan hal-hal yang sudah dikenal, adanya asumsi bahwa merek terkenal lebih dapat diandalkan, selalu tersedia dan mudah dicari, dan memiliki kualitas yang tidak diragukan, sehingga merek yang lebih dikenal lebih sering dipilih konsumen daripada merek yang tidak. (Aaker, 1992).

Citra merek meliputi pengetahuan dan kepercayaan akan atribut merek (aspek kognitif), konsekuensi dari penggunaan merek tersebut, dan situasi penggunaan yang sesuai, begitu juga dengan evaluasi, perasaan dan emosi yang diasosiasikan dengan merek tersebut (aspek afektif). Citra merek didefinisikan sebagai persepsi konsumen dan preferensi terhadap merek, sebagaimana yang direfleksikan oleh berbagai macam asosiasi merek yang ada dalam ingatan konsumen. Meskipun asosiasi merek dapat terjadi dalam berbagai macam bentuk tapi asosiasi merek dapat dibedakan menjadi asosiasi performansi dan asosiasi imajeri yang berhubungan dengan atribut dan kelebihan merek.


(35)

Menurut Drezner (2002), konsumen tidak bereaksi terhadap realitas melainkan terhadap apa yang mereka anggap sebagai realitas, sehingga citra merek dilihat sebagai serangkaian asosiasi yang dilihat dan dimengerti oleh konsumen dalam jangka waktu tertentu, sebagai akibat dari pengalaman dengan merek tertentu secara langsung ataupun tidak langsung. Asosiasi ini bisa dengan kualitas fungsional sebuah merek ataupun dengan individu dan cara yang berhubungan dengan merek tersebut. Meskipun tidak mungkin setiap konsumen memiliki citra yang sama persis akan suatu merek, namun persepsi mereka secara garis besar memiliki bagian-bagian yang serupa. Citra merek adalah kesan keseluruhan terhadap posisi merek ditinjau dari persaingannya dengan merek lain yang diketahui konsumen, apakah merek tersebut dipandang konsumen sebagai merek yang kuat. Sebagian alasan konsumen memilih suatu merek karena mereka ingin memahami diri sendiri dan untuk mengkomunikasikan aspek diri ke orang lain. Citra merek ini bisa diukur dengan menanyakan atribut apa dari suatu merek–merek pilihan konsumen dalam satu kategori produk yang membedakannya dengan merek lain, mengapa atribut-atribut itu penting dan mengapa alasan itu penting bagi konsumen.

2.4.1 Faktor – faktor yang membentuk Citra merek.

Glenn Walters (1974) mengemukakan pentingnya faktor lingkungan dan personal sebagai awal terbentuknya suatu citra merek, karena faktor lingkungan dan personal mempengaruhi persepsi seseorang. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi adalah : atribut-atribut teknis yang ada pada suatu produk dimana


(36)

faktor ini dapat dikontrol oleh produsen, selain itu juga, sosial budaya termasuk dalam faktor ini. Faktor personal adalah kesiapan mental konsumen untuk melakukan proses persepsi, pengalaman konsumen sendiri, suasana hati , kebutuhan serta motivasi konsumen. Citra merupakan produk akhir dari sikap awal dan pengetahuan yang terbentuk lewat proses pengulangan yang dinamis karena pengalaman. Menurut Runyon (1980, h.17), citra merek terbentuk dari stimulus tertentu yang ditampilkan oleh produk tersebut, yang menimbulkan respon tertentu pada diri konsumen.

Stimulus yang muncul dalam citra merek tidak hanya terbatas pada stimulus yang bersifat fisik, tetapi juga mencakup stimulus yang bersifat psikologis. Ada tiga sifat stimulus yang dapat membentuk citra merek yaitu stimulus yang bersifat fisik, sperti atribut-atribut teknis dari produk tersebut, stimulus yang bersifat psikologis, seperti nama merek dan stimulus yang mencakup sifat keduanya, seperti kemasan produk atau iklan produk.

Datangnya stimulus menimbulkan respon dari konsumen. Ada dua respon yang mempengaruhi pikiran seseorang, yang membentuk citra merek yaitu respon rasional atau penilaian mengenai performa aktual dari merek yang dikaitkan dengan harga produk tersebut, dan respon emosional atau kecenderungan perasaan yang timbul dari merek tersebut.


(37)

Menurut Timmerman (dalam Noble, 1999), citra merek sering terkonseptualisasi sebagai sebuah koleksi dari semua asosiasi yang berhubungan dengan sebuah merek. Citra merek terdiri dari:

a. Faktor fisik : karakteristik fisik dari merek tersebut, seperti desain kemasan, logo, nama merek, fungsi dan kegunaan produk dari merek itu; b. Faktor psikologis : dibentuk oleh emosi, kepercayaan, nilai, kepribadian

yang dianggap oleh konsumen menggambarkan produk dari merek tersebut.

Citra merek sangat erat kaitannya dengan apa yang orang pikirkan, rasakan terhadap suatu merek tertentu sehingga dalam citra merek faktor psikologis lebih banyak berperan dibandingkan faktor fisik dari merek tersebut.

2.4.2 Komponen Citra Merek

Menurut Hogan (2005) citra merek merupakan asosiasi dari semua informasi yang tersedia mengenai produk, jasa dan perusahaan dari merek yang dimaksud. Informasi ini didapat dari dua cara, yang pertama melalui pengalaman konsumen secara langsung, yang terdiri dari kepuasan fungsional dan kepuasan emosional. Merek tersebut tidak cuma dapat bekerja maksimal dan memberikan performa yang dijanjikan tapi juga harus dapat memahami kebutuhan dan nilai-nilai yang diinginkan oleh kosumen serta mampu memenuhi kebutuhan individual. Kedua, persepsi yang dibentuk oleh perusahaan dari merek tersebut melalui berbagai macam bentuk komunikasi, seperti iklan, promosi, hubungan masyarakat (public relations), logo,


(38)

fasilitas retail, sikap karyawan dalam melayani penjualan, dan performa pelayanan. Bagi banyak merek, media dan lingkungan dimana merek tersebut dijual dapat mengkomunikasikan atribut-atribut yang berbeda. Setiap alat pencitraan ini dapat berperan dalam membina hubungan dengan konsumen. Penting demi kesuksesan sebuah merek, jika semua faktor ini dapat berjalan sejajar atau seimbang, ketika nantinya akan membentuk gambaran total dari merek tersebut. Gambaran inilah yang disebut citra merek atau reputasi merek, dan citra ini bisa berupa citra yang positif atau negatif atau bahkan diantaranya.

Citra merek terdiri dari atribut objektif atau instrinsik seperti ukuran kemasan dan bahan dasar yang digunakan, serta kepercayaan, perasaan dan asosiasi yang ditimbulkan oleh merek produk tersebut. Citra merek merepresentasikan inti dari semua kesan menngenai suatu merek yang terbentuk dalam benak konsumen. Kesan-kesan ini terdiri dari:

a. Kesan mengenai penampilan fisik dan performansi produk; b. Kesan tentang keuntungan fungsional produk;

c. Kesan tentang orang-orang yang memakai produk tersebut; d. Semua emosi dan asosiasi yang ditimbulkan produk itu;

e. Semua imajeri dan makna simbolik yang terbentuk dalam benak konsumen, termasuk juga imajeri dalam istilah karakteristik manusia.

Sehingga dapat dikatakan bahwa citra merek merupakan ‘totalitas’ terhadap suatu merek yang terbentuk dalam persepsi konsumen. (Sengupta, 2005). Citra pada suatu merek merefleksikan image dari perspektif konsumen dan melihat janji yang


(39)

dibuat merek tersebut pada konsumennya. Citra merek terdiri atas asosiasi konsumen pada kelebihan produk dan karakteristik personal yang dilihat oleh konsumen pada merek tersebut.

Keller (1993, ) mendefinisikan citra merek sebagai persepsi mengenai sebuah merek sebagaimana direfleksikan oleh asosiasi merek yang terdapat dalam benak konsumen. Citra merek terdiri dari komponen-komponen:

1. Atribut(Attributes)

Merupakan pendefinisian deskriptif tentang fitur-fitur yang ada dalam sebuah produk atau jasa.

a. Atribut produk (Product related attributes):

Didefinisikan sebagai bahan-bahan yang diperlukan agar fungsi produk yang dicari konsumen dapat bekerja. Berhubungan dengan komposisi fisik atau persyaratan dari suatu jasa yang ditawarkan, dapat berfungsi.

b. Atribut non-produk(Non-product related attributes):

Merupakan aspek eksternal dari suatu produk yang berhubungan dengan pembelian dan konsumsi suatu produk atau jasa. Terdiri dari: informasi tentang harga, kemasan dan desain produk, orang, atau selebriti yang menggunakan produk atau jasa tersebut, bagaimana dan dimana produk atau jasa itu digunakan.

2. Keuntungan(Benefits)

Nilai personal yang dikaitkan oleh konsumen pada atribut-atribut produk atau jasa tersebut.


(40)

a. Functional benefits : berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar seperti kebutuhan fisik dan keamanan atau pemecahan masalah.

b. Experiental benefits : berhubungan dengan perasaan yang muncul dengan menggunakan suatu produk atau jasa. Benefit ini memuaskan kebutuhan bereksperimen seperti kepuasan sensori, pencarian variasi, dan stimulasi kognitif.

c. Symbolic benefits : berhubungan dengan kebutuhan akan persetujuan sosial atau ekspresi personal dan self-esteem seseorang. Konsumen akan menghargai nilai-nilai prestise, eksklusivitas dan gaya fashion dari sebuah merek karena hal-hal ini berhubungan dengan konsep diri mereka.

3. Sikap merek (Brand Attitude)

Didefinisikan sebagai evaluasi keseluruhan atas suatu merek, apa yang dipercayai oleh konsumen mengenai merek-merek tertentu–sejauh apa konsumen percaya bahwa produk atau jasa tersebut memiliki atribut atau keuntungan tertentu, dan penilaian evaluatif terhadap kepercayaan tersebut-bagaimana baik atau buruknya suatu produk jika memiliki atribut atau keuntungan tersebut.

Citra suatu merek dapat menentukan titik perbedaan yang mengindikasikan bagaimana suatu merek superior dibandingkan dengan alternatif merek lain dalam satu kategori produk. Titik perbedaan suatu merek dapat diekspresikan melalui berbagai kelebihan merek seperti:


(41)

a. Kelebihan fungsional yang mengklaim performansi superior atau keuntungan ekonomi, kenyamanan, penghematan uang dan efisiensi waktu, kesehatan, serta harga murah.

b. Kelebihan emosional untuk membuat konsumen percaya bahwa dengan menggunakan suatu merek, ia akan menjadi penting, spesial, ataupun merasa senang. Merek menawarkan kesenangan, membantu atau meningkatkan citra diri dan status, dan hubungannya dengan orang lain. Kelebihan emosional menggeser fokus dari merek dan fungsi produknya pada pengguna dan perasaan yang didapat ketika menggunakan merek tersebut. Kelebihan ini berhubungan dengan mempertahankan keinginan dan kebutuhan dasar manusia, termasuk juga keinginan konsumen untuk mengekspresikan diri, pengembangan diri dan prestasi, serta determinasi diri.

Menurut Kirmani & Zeithami (1993), citra merek mempunyai karakteristik tertentu yangtidak diwarisi dari segi teknikal, fungsional dan fisik dari sebuah produk, dan lebih sering digunakan unbtuk mengekspresikan interpretasi konsumen terhadap karakteristik intrinsik dan ekstrinsik dari sebuah produk. Citra merek adalah konsep perseptual dari sebuah merek yang tertanam dalam benak konsumen (Dobni & Zinkhan,1990) dimana citra tersebut terdiri dari fragmen, rekonstruksi, reinterpretasi, dan simbol-simbol yang mewakili perasaan-perasaan dan ide (Horowitz, 1970). Citra merek perlu dimengerti dari tiga komponen:


(42)

a. Fungsional/ Kognisi, citra yang terbentuk berdasarkan dari performa merek tersebut dalam memecahkan permasalahan konsumen–yang berhubungan dengan kegunaan produk dari merek tersebut.

b. Afektif, citra yang terbentuk dilihat dari hubungan merek tersebut dengan anggota kelompok atau individu. Diperkirakan dengan kuat bahwa konsumen membuat keputusan pembelian mereka berdasarkan perasaan mereka ketika informasi yang tersedia sedikit. Menurut Johnson (1984) satu strategi konsumen untuk memilih produk-produk yang serupa adalah mengevaluasi seluruh alternatif produk/merek lalu membandingkan alternatif tersebut berdasarkan evaluasi tersebut, dan evaluasi yang dibuat bukan hanya atribut merek tapi juga perasaan terhadap merek tersebut. c. Eksperiental, menilik efek merek terhadap kepuasan sensori atau

stimulasi kognitif, dan aspek fantasi dan eksperiental. Berbagai macam pengalaman yang dialami oleh konsumen dari suatu merek, menjadi sumber informasi positif atau negatif yang mempengaruhi pertimbangan selanjutnya suatu produk atau jasa dari merek tertentu. Perilaku konsumen untuk merekomendasikan suatu merek dapat dilihat bagaimana konsumen tersebut menginterpretasikan pengalamannya dengan merek itu.


(43)

2.5 Penelitian Terdahulu

Johny Revo Elia Tampi dan Berthy Siahaya, Administrasi Bisnis FISIP UNSRAT Manado (2007) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Asosiasi Merek dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Konsumen”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat elemen elemen brand association yang membentuk brand image dan untuk melihat pengaruh dari elemen brand association yang membentuk brand image terhadap perilaku konsumen. Dengan responden penelitian yang mengkonsumsi mie instant Indomie di Manado. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan metode kuantitatif dengan menggunakan metode analisis Chochran Q Test dan analisis korelasi sederhana.

Hasil analisis data menyimpulkan bahwa dari 8 asosiasi yang diteliti ( harga yang murah, mudah disajikan, mudah diperoleh, mengandung banyak vitamin, banyak pilihan variasi rasa, kemasan yang menarik, produk yang higienis, dan mereknya sudah terkenal). Terdapat 4 asosiasi yang benar benar membentuk brand image dari mie instant Indomie, yaitu mudah disajikan, mudah diperoleh, banyak pilihan rasa, dan mereknya sudah terkenal.

Dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.502 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel asosiasi merek yang membentuk brand image mie instan merek Indomie dan variabel perilaku konsumen walaupun pada kategori yang agak rendah, namun hasil uji t menunujukkan hubungan yang signifikan. Hasil thitung lebih


(44)

koefisien korelasi asosiasi merek terhadap perilaku konsumen sebesar 0.252 (25.2%) sedangkan sisanya 74.8 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Albari (2007), “Asosiasi Merek (Brand Association) Minuman Isotonik di Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi atribut-atribut, manfaat atau keuntungan, harga dan kualitas dari beberapa minuman isotonic yang mampu menjadi brand association. Minuman isotonic yang diteliti adalah Pocari Sweat, Powerade Isotonic dan Vita Zone. Sampel dari penelitian ini adalah orang orang yang tinggal di Yogyakarta, membeli dan mengkonsumsi minuman isotonik. Responden dalam penelitian ini dipilih berdasarkan hasil teknik sampling. Peneliti melakukan prapenelitian kepada 30 responden untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan merek dari minuman isotonic. Kuesioner final disebar ke 166 responden.

Data dari hasil kuesioner diolah dengan uji Cochran Q Test dan analisis Chi Square. Dari uji Cochran disimpulkan bahwa ada 5 asosiasi merek yang sangat berpengaruh dalam pocari sweat, 4 asosiasi yang berpengaruh dalam Powarade, dan 6 asosiasi dalam Vita Zone. Analisis Chi Square menggunakan responden dengan umur 30 tahun atau kurang dan merupakan pelajar. Dari analisis chi square disimpulkan bahwa merek pocari sweat yang lebih mudah ditemukan di pasar. Tidak ada perbedaan persepsi konsumen tentang asosiasi merek untuk merek Pocari Sweat, Powerade dan Vita Zone yang diklasifikasikan dalam karakteristik konsumen yaitu jenis kelamin pengguna, umur, pekerjaan dan kuantitas pemakaian.


(45)

2.3 Kerangka Konseptual

Dalam kondisi persaingan usaha yang semakin ketat, perusahaan perlu menciptakan asosiasi yang dapat meningkatkan citra positif mereknya di masyarakat. Perusahaan yang mempunyai citra merek yang kuat dapat memperoleh keunggulan dalam memilih alternatif bersaing pada penetapan harga dan spesifikasi produk. Citra merek yang positif juga dapat menciptakan keunggulan kinerja dan profitabilitas perusahaa, laba jangka panjang dan potensi pertumbuhan.

Brand atau merek merupakan hal yang penting sebab dapat mempengaruhi para konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan pembelian. Respon konsumen terhadap merek CocaCola tergantung dari berbagai hal misalnya kualitas produk dan harga yang berkaitan dengan merek tersebut. Agar mendapat perhatian, perusahaan perlu mengaitkan merek dengan asosiasi merek atau sesuatu yang dikenal konsumen dan yang menarik bagi mereka. Selain untuk mendapat perhatian, asosiasi juga perlu untuk memudahkan konsumen menginterpretasi nilai yang dijanjikan merek. Asosiasi merek menunjukkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, selebritas, dan lain-lain (Simamora, 2003).

Suatu merek yang telah mapan akan memiliki posisi menonjol dalam persaingan bila didukung berbagai asosiasi yang kuat. Berbagai asosiasi merek yang saling berhubungan akan menimbulkan suatu rangkaian yang disebut brand image. Semakin banyak asosiasi yang saling berhubungan, semakin kuat citra merek yang


(46)

dimiliki oleh merek tersebut. Secara sederhana pengertian brand image adalah sekumpulan asosiasi yang dimiliki merek tersebut.

Berdasarkan pemikiran diatas maka kerangka konseptual dapat dibuat secara sistematis sebagai berikut :

men

Sumber : Simamora (2003), data diolah

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu pernyataan sementara atau dugaan yang paling memungkinkan yang masih dapat dicari kebenarannya. Berdasarkan perumusan masalah, dimana peneliti ingin menganalisis Brand Association CocaCola yang membentuk brand image di benak konsumen pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara, maka hipotesis pengujian dari penelitian ini, yaitu:

Brand Association CocaCola membentuk brand image di benak konsumen pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

Brand Association ( Y ) : a. Atribut produk

b. Atribut tidak berwujud (intangible attributes) c. Manfaat bagi pelanggan (customer benfit) d. Harga relative (relative price)

e. Penggunaan (application) f. Pelanggan (customer) g. Orang terkenal / Selebriti h. Pesaing

Brand image di benak konsumen (X)


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data untuk di uji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian. Tipe yang paling umum dari penelitian deskriptif ini meliputi penilaian sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi, keadaan ataupun prosedur (Kuncoro, 2009:12). Data deskriptif pada umumnya dikumpulkan melalui daftar pernyataan dalam survei, wawancara, ataupun observasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang di dalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun kelapangan, analisis data dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya menggunakan aspek pengukuran, perhitungan, rumus, dan kepastian data numerik (Ginting & Situmorang, 2008 : 77).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini diselesaikan dari bulan Mei 2012 sampai Juli 2012 .

3.3 Batasan Operasional

Batasan ini dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan yang ada. Penelitian ini dikhususkan pada batasan operasional sebagai berikut:


(48)

a. Variabel yang dianalisis penulis dalam penelitian ini adalah : asosiasi merek (brand association) yang pembentuk brand image di benak konsumen CocaCola. Asosiasi asosiasi yang akan diteliti adalah atribut produk, atribut tidak berwujud (intangibles), manfaat bagi pelanggan (customer benefit), harga relatif (relative price), penggunaan (application), konsumen (consumer), orang terkenal (selebrity endorser)dan pesaing.

b. Penelitian ini dibatasi pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional diperlukan untuk menjelaskan faktor-faktor yang sudah diidentifikasi sebagai upaya pemahaman dalam penelitian. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah brand association. Definisi dari variabel yang diteliti adalah sebagai berikut:

a. Brand Association

Asosiasi merek adalah sekumpulan entitas yang bisa dihubungkan dengan suatu merek. Asosiasi juga adalah sesuatu yang berhubungan dengan ingatan pada merek dan memuat arti penting suatu merek bagi konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan asosiasi asosiasi yang terkait dengan suatu merek umumnya dihubungkan dengan berbagai hal berikut : 1. Atribut produk

Mengasosiasikan atribut atau karakteristik suatu produk merupakan startegi posisi produk yang sering digunakan. Mengembangkan asosiasi ini


(49)

efektif karena atribut tersebut bermakna, asosiasi dapat secara langsung diterjemahkan dalam alasan pembelian suatu merek. Atribut produk terdiri atas kualitas, desain dan fitur yang diberikan suatu produk.

2. Atribut tidak berwujud (intangibles)

Faktor tidak berwujud merupakan atribut umum, seperti kualitas keseluruhan, kepemimpinan, teknologi, inovasi, kesehatan atau kesan nilai yang mengikhtisarkan serangkaian atribut yang objektif. Penggunaan atribut tak berwujud adakalanya bisa lebih bertahan lama.

3. Manfaat Bagi Pelanggan (customer benefit)

Biasanya terdapat hubungan antara atribut produk dan manfaat bagi pelanggan. Manfaat bagi konsumen yaitu manfaat rasional yang berkaitan erat dengan atribut produk yang dapat menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan yang rasional dan manfaat psikologis yang berkaitan dengan perasaan yang timbul karena membeli atau menggunakan merek.

4. Harga relatif (relative price)

Pada umumnya merek hanya perlu berada di satu harga tertentu agar dapat memposisikan diri dengan jelas dan berjauhan dengan merek-merek lain pada tingkat harga yang sama.


(50)

5. Penggunaan (application)

Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan suatu merek dengan suatu tipe konsumen dari produk tertentu.

6. Konsumen (consumen)

Strategi positioning pengguna, yaitu mengasosiasikan sebuah merek dengan sebuah tipe pengguna atau pelanggan.

7. Orang terkenal (selebrity endorser)

Dengan mengaitkan antara merek produk dan orang terkenal yang sesuai dengan produk tersebut, akan memudahkan merek produk tersebut mendapat kepercayaan dari pelanggan.

8. Pesaing

Usaha membandingkan merek dengan merek lain bisa dijadikan sebagai sumber asosiasi.

b. Brand Image

Brand image adalah persepsi konsumen terhadap suatu merek yang digambarkan melalui asosiasi merek yang ada dalam ingatan konsumen.


(51)

Adapun rangkuman defenisi operasional variabel dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini :

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Operasionalisasi Variabel Indikator Skala Pengukuran

Brand association

Asosiasi merek adalah

sesuatu yang berhubungan dengan

ingatan pada merek dan memuat arti penting suatu merek bagi konsumen

a. Atribut produk

b. Atribut tidak berwujud (intangible)

c. Manfaat bagi pelanggan (customer benefit) d. Harga relatif (relative

price) e. Penggunaan

(application)

f. Pelanggan (customer) g. Orang terkenal /selebriti h. Pesaing

Skala Nominal

Brand image

Brand image adalah persepsi tentang merek yang merupakan refleksi memori konsumen akan asosiasinya terhadap merek tersebut. a. Fungsional b. Afektif Skala Nominal

Sumber: Simamora (2003), Durianto dkk (2001), (diolah)

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Pengetahuan mengenai sumber sumber asosiasi ini menggunakan pertanyaan tertutup. Ketersediaan sumber sumber asosiasi objek sikap dipengaruhi oleh pengenalan peneliti tentang objek sikap. Variabel brand association diukur dengan menggunakan skala nominal. Penggunaan skala nominal ini adalah untuk mengetahui keberadaan variabel asosiasi. (Simamora, 2003).


(52)

Mekanisme operasionalisasi pengukuran dapat dilihat pada Tabel 3.2 di bawah :

Tabel 3.2

Mekanisme operasional skala nominal

No Skala pengukuran Bobot

1 Ya 1

2 Tidak 0

Sumber : Durianto, dkk. (2001:20)

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian 3.6.1 Populasi

Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen-elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik serupa yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti (Ferdinand, 2006 : 189). Populasi dalam penelitian ini yaitu mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang mengkonsumsi CocaCola yang jumlahnya tidak teridentifikasi (unidentified).

3.6.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti. Ukuran sampel tidak diketahui sehingga untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus (Supramono, 2003:65).


(53)

� = � ∝

2 () () �2

Keterangan :

n = ukuran sampel

Z = nilai standard normal yang jumlahnya tergantung α

bila α = 0.05 maka Z = 1.67 bila α = 0.01 maka Z = 1.96

P = estimasi proporsi populasi

q = 1-p

d = penyimpangan yang ditolerir ( 10 % )

Penulis memperoleh jumlah sampel dan nilai p diketahui sebesar 0.5 maka dapat digunakan p = 0.5 sehingga jumlah sampel menjadi :

� = 1.96

2 (0.5) (0.5)

0.12

� = 96.04 = 97 responden

Jumlah sampel yang akan diambil dibulatkan menjadi 100 responden dengan teknik accidental sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan denagn responden yang kebetulan ada atau tersedia (Notoadmojo,2005:89). Pada penelitian ini, kriteria sampel yang ditentukan adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang mengkonsumsi Coca Cola minimal dua kali dalam seminggu.


(54)

3.7 Metode Pengumpulan Data 3.7.1 Kuesioner

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2004).

Kuesioner dibuat dengan menggunakan pertanyaan terbuka, yaitu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan untuk menjelaskan identitas responden dan pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan yang meminta responden untuk memilih salah satu jawaban yang tersedia dari setiap pertanyaan.

3.7.2 Studi Pustaka

Studi pustaka adalah suatu metode pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku dan literatur-literatur lain yang berhubungan dengan materi penelitian. Studi kepustakaan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penggunaan data sebagai teori dasar yang diperoleh serta dipelajari dalam kepustakaan tentang pengaruh brand association terhadap brand image konsumen coca cola.


(55)

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan uji reliabilitas dilakukan untuk menguji pertanyaan yang ada dalam sebuah kuesioner, apakah isi dari pertanyaan tersebut sudah valid (sah) dan reliabel (andal) sehingga layak digunakan sebagai instrumen penelitian.

Uji validitas digunakan untuk mengetahui seberapa tepat suatu alat ukur mampu melakukan fungsi. Alat ukur yang digunakan dalam pengujian validitas dengan kuesioner. Suatu kuesioner dinyatakan valid jika pada pertanyaan kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Tingkat validitas dapat diukur dengan cara membandingkan nilai rhitung dengan menggunakan

program SPSS versi 17.00, dengan kriteria sebagai berikut :

bila : r hitung > r tabel , berarti pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

r hitung ≤ r tabel , berarti pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur kuesioner yang merupakan indikator variabel. Kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika masing masing pertanyaan dijawab responden secara konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS.

Butir pertanyaan yang sudah dikatakan valid dalam uji validitas ditentukan realibilitasnya denagn kriteria sebagai berikut :

Jika : ralpha positif atau lebih besar dari rtabel maka pertanyaan reliabel.


(1)

Lampiran – 1

No Responden: ….

KUESIONER PENELITIAN

Responden yang terhormat,

Bersama ini saya mengharapkan kesediaan waktu Anda untuk mengisi kuesioner

sesuai penilaian Anda. Pertanyaan yang ada di kuesioner ini bertujuan untuk

melengkapi data penelitian dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul :

“ANALISIS

BRAND ASSOCIATION

COCACOLA DALAM PEMBENTUKAN

BRAND IMAGE

KONSUMEN (STUDI KASUS PADA MAHASISWA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA)”.

Atas bantuan dan perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

I.

IDENTITAS RESPONDEN

Nama

:

Jenis Kelamin

: a. Laki-laki

b. Perempuan

Usia

:

Jurusan/ Stambuk

:

II.PETUNJUK PENGISIAN

Isilah jawaban berikut sesuai dengan pendapat saudara, dengan cara

memberikan tanda (X) pada kolom yang tersedia.

III.PERTANYAAN

1.

Berapa botol saudara meminum Coca Cola dalam seminggu ?

a.

1 botol

b.

2 sampai 4 botol

c.

Lebih dari 5 botol

2.

Ukuran botol yang saudara minum ?

a.

Kecil


(2)

No

Product Attributes (Atribut Produk)

Ya

Tidak

1

CocaCola cocok di konsumsi bersamaan dengan berbagai

jenis makanan

Intagible Attributes (Hal Hal yang Tidak Nyata)

2

CocaCola minuman bersoda yang berkualitas

Customer Benefit (Manfaat Produk Bagi Pelanggan)

3

CocaCola dapat menghilangkan dahaga

4

CocaCola dapat memberikan semangat baru

Relative Price (Harga Relatif)

5

Harga CocaCola cukup ekonomis

6

Harga yang ditawarkan sesuai dengan rasa dan manfaat yang

ditawarkan

Pemakai/Pelanggan (user or customer)

7

Para penikmat CocaCola berasal dari berbagai golongan

Application (penggunaan)

8

CocaCola mudah diperoleh

Selebriti

9

Artis yang mengiklankan CocaCola sudah terkenal

Pesaing

10

CocaCola lebih enak dibandingkan dengan minuman bersoda

lainnya


(3)

Lampiran 2

Tabulasi hasil kuesioner

Pengujian 1

Responden

Asosiasi

Total

Kuadrat

Total

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

1

9

81

2

1

1

1

0

1

1

1

1

0

1

8

64

3

1

0

1

0

0

1

1

1

0

0

5

25

4

1

1

1

0

0

1

0

1

0

0

5

25

5

1

1

1

1

0

1

1

1

1

1

9

81

6

1

1

0

0

1

1

0

1

1

0

6

36

7

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

100

8

0

1

0

1

1

1

1

1

1

1

8

64

9

0

1

0

1

1

1

1

1

0

0

6

36

10

1

1

1

1

1

1

1

1

1

0

9

81

11

1

1

1

1

0

0

1

1

1

0

7

49

12

1

1

1

0

1

1

1

1

1

1

9

81

13

0

1

1

0

1

1

0

1

0

0

5

25

14

1

0

0

1

1

0

1

1

0

0

5

25

15

0

1

0

1

1

1

0

1

1

1

7

49

16

1

0

1

1

1

1

1

1

1

1

9

81

17

1

1

1

0

1

1

1

1

1

1

9

81

18

1

1

0

1

1

1

0

1

0

1

7

49

19

1

1

1

0

0

0

1

1

0

1

6

36

20

1

1

1

1

1

1

0

1

0

0

7

49


(4)

26

1

1

1

0

1

1

1

1

1

1

9

81

27

0

1

0

0

0

0

1

1

1

0

4

16

28

1

1

1

0

1

1

1

1

0

1

8

64

29

0

1

1

0

1

1

0

1

0

0

5

25

30

0

1

1

1

1

1

1

1

1

1

9

81

31

1

0

1

1

1

0

1

1

1

0

7

49

32

1

1

1

1

1

1

0

1

0

0

7

49

33

1

1

0

1

1

1

1

1

1

1

9

81

34

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

81

35

1

1

1

0

1

1

0

1

1

1

8

64

36

1

1

1

1

1

1

0

1

1

0

8

64

37

0

1

1

1

1

1

0

1

0

1

7

49

38

1

1

1

0

0

1

0

1

0

0

5

25

39

0

1

0

0

0

0

1

1

1

0

4

16

40

1

1

1

0

1

1

1

0

0

1

7

49

41

0

1

1

1

1

1

1

1

1

1

9

81

42

1

1

0

1

1

1

1

1

1

1

9

81

43

1

1

1

1

1

1

0

1

0

0

7

49

44

1

0

1

1

1

0

1

1

1

0

7

49

45

1

0

1

1

1

0

1

1

1

0

7

49

46

0

1

1

0

1

1

0

1

0

0

5

25

47

0

1

1

0

1

1

0

0

0

0

4

16

48

1

1

1

1

1

1

0

1

1

0

8

64

49

1

1

1

0

1

1

0

1

0

0

6

36

50

1

1

1

0

1

1

1

1

0

0

7

49

51

0

1

1

1

1

1

0

0

1

1

7

49

52

1

1

1

1

0

1

0

1

0

0

6

36


(5)

54

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

100

55

1

1

1

1

0

1

1

1

1

0

8

64

56

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

81

57

1

1

1

1

1

1

0

1

1

0

8

64

58

0

1

1

0

1

1

0

1

0

1

6

36

59

1

1

1

1

1

1

1

1

1

0

9

81

60

1

0

1

1

0

1

0

1

1

1

7

49

61

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

100

62

1

1

1

1

0

1

1

1

1

1

9

81

63

1

1

0

0

0

1

0

1

0

0

4

16

64

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

100

65

1

1

1

0

0

1

0

1

1

1

7

49

66

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

100

67

1

1

1

1

1

1

1

1

0

0

8

64

68

1

1

0

0

1

1

1

1

0

0

6

36

69

1

1

1

0

1

1

1

0

0

0

6

36

70

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

100

71

1

1

1

1

0

1

0

1

1

1

8

64

72

1

1

1

1

0

1

0

1

0

1

7

49

73

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

100

74

1

1

1

0

1

1

1

1

0

1

8

64

75

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

100

76

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

100

77

0

1

1

1

1

1

1

1

1

1

9

81

78

0

1

0

0

0

1

1

1

1

0

5

25

79

1

1

0

0

1

1

1

1

0

0

6

36

80

1

1

1

0

1

1

1

1

0

0

7

49


(6)

86

0

1

0

1

1

1

1

1

1

1

8

64

87

0

1

0

1

1

1

1

0

0

0

5

25

88

0

1

1

1

1

1

1

1

1

1

9

81

89

1

1

1

1

1

1

1

1

1

0

9

81

90

1

0

0

1

1

0

1

1

0

0

5

25

91

1

1

1

1

0

0

1

1

1

0

7

49

92

0

1

1

0

0

0

1

1

0

0

4

16

93

0

1

1

1

1

1

1

1

0

1

8

64

94

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

100

95

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

81

96

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

100

97

0

1

1

1

0

1

1

1

1

1

8

64

98

0

1

1

1

0

0

1

1

0

0

5

25

99

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

100

100

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

81

Jumlah

74

89

79

65

76

87

72

94

55

56

747

5913

Kuadrat


Dokumen yang terkait

Pengaruh Diferensiasi Produk terhadap Brand Image Sikat gigi Oral-B pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

4 56 106

Analisis Diferensiasi Produk Terhadap Brand Image Pasta Gigi Sensodyne Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

2 97 109

Pengaruh Diferensiasi Produk terhadap Brand Image J.Co Donuts and Coffee pada Mahasiswa Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

7 114 85

Pengaruh Diferensiasi Produk Terhadap Brand Image Sikat Gigi Oral-B Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

0 25 91

Pengaruh Ekuitas Merek (Brand Equity) Tas Sophie Martin Terhadap Kesediaan Membayar Harga Premium (Studi Kasus Pada BC Rosida Medan).

3 49 104

Pengaruh Brand Image terhadap Motivasi Mahasiswa Angkatan 2007/ 2008 dalam Memilih Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

1 43 78

Analisis Sensitivitas Respon Konsumen Terhadap Ekstensifikasi Merek (Brand Extention) Pada Vaseline Hand & Body Lotion (Studi Kasus Mahasiswi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara)

2 79 103

Pengaruh Perceived Quality dan Brand Association Terhadap Brand Loyalty Mie Instan Merek Indomie (Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

1 42 105

Pengaruh Penempatan Posisi (Positioning) Terhadap Citra Merek (Brand Image) Pada Clear Men Shampoo (Studi Kasus : Mahasiswa S-1 Reguler Fakultas Ekonomi USU Medan)

2 65 105

Analisis pengaruh Brand Awareness, Perceived Quality, Brand Association, Dan Brand Loyalty terhadap keputusan pembelian pada produk pasta gigi 'Pepsodent (studi kasus pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

6 41 167