Penelitian Terdahulu tentang Jagung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu tentang Jagung

Analisis peramalan permintaan dan penawaran jagung nasional yang dilakukan oleh Aldillah 2006 dengan menggunakan ARIMA menghasilkan bahwa permintaan jagung akan selalu melebihi penawarannya. Prediksi permintaan jagung pada tahun 2006 sebesar 12.448.181 ton dan akan terus mengalami peningkatan sampai tahun 2015 menjadi sebesar 15.936.369 ton, sedangkan prediksi penawarannya pada tahun 2002 sebesar 11.588.001 ton dan pada tahun 2015 akan meningkat menjadi 15.269.407 ton. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi neraca jagung nasional akan selalu mengalami defisit hingga tahun 2015. Defisit tersebut disebabkan oleh semakin sedikitnya luas lahan produksi jagung sehingga produksi dan poduktivitas jagung domestik rendah, selain itu penghasilan petani jagung sangat rendah sehingga tidak mampu mensejahterakan kehidupannya. Permintaan jagung di Indonesia menurut Kariyasa dan Sinaga 2004 dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pasar jagung di Indonesia dengan menggunakan metode 2SLS, dibagi me njadi permintaan untuk pakan, konsumsi langsung, dan industri pangan. Pendugaan persamaan permintaan jagung untuk pakan lebih banyak dipengaruhi oleh harga input yang digunakan khususnya jagung tetapi kurang dipengaruhi oleh harga pakan itu sendiri. Permintaan jagung untuk konsumsi langsung memperlihatkan bahwa beras merupakan komoditas substitusi dari jagung yang ditunjukkan dengan elastisitas silang permintaan jagung terhadap beras yang bertanda positif 0,0903 dalam jangka pendek dan 0,2772 dalam jangka panjang, di sisi lain jagung merupakan barang inferior karena nilai elastisitasnya terhadap pendapatan per kapita bertanda negatif -1,0473 dalam jangka pendek dan -3,2141 dalam jangka panjang. Permintaan jagung untuk industri pangan memperlihatkan bahwa tepung terigu merupakan barang substitusi dari jagung sedangkan gula dan minyak goreng merupakan barang komplementer. Berdasarkan hasil pendugaan menunjukkan bahwa hasil olahan jagung merupakan barang normal yang terlihat dari nilai parameter dugaan pendapatan per kapita yang bertanda positif. Permintaan jagung untuk industri pangan dalam jangka pendek hanya responsif terhadap perubahan pendapatan per kapita, sedangkan dalam jangka panjang selain sangat responsif terhadap perubahan per kapita juga respon terhadap perubahan harga jagung dan minyak goreng sebagai inputnya, serta terhadap harga outputnya sendiri. Penawaran jagung di sentra produksi Jawa Tengah dan Jawa Timur dalam penelitian Puspadewi 1998 dipengaruhi oleh luas areal panen dan produktivitas jagung. Luas areal panen dipengaruhi oleh harga jagung, harga ubi kayu, harga pestisida, lag areal panen, variabel dummy perbedaan lokasi dan trend. Penurunan areal panen disebabkan oleh semakin terbatasnya lahan yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian jagung. Kecenderungan ini juga dapat disebabkan dengan adanya pembangunan irigasi yang semakin maju sehingga pengairan menjadi lancar. Hal ini menyebabkan lahan pertanian kurang subur yang pada awalnya ditanami jagung berubah fungsi menjadi areal tanaman padi atau tanaman lainnya. Produktivitas jagung dipengaruhi oleh harga jagung, lag produktivitas, dummy perbedaan lokasi, dan trend. Penawaran jagung di Jawa Tengah dan Jawa Timur lebih elastis pada jangka pendek dibandingkan dengan jangka panjangnya. Kondisi ini menggambarkan bahwa prospek penawaran jagung dalam jangka pendek lebih baik dibandingkan jangka panjang. Kesimpulan yang didapat berdasarkan studi terdahulu mengenai jagung yaitu penawaran jagung dipengaruhi oleh luas areal panen dan produktivitas jagung. Luas areal panen jagung terutama di sentra produksi Jawa Tengah dan Jawa Timur, cenderung mengalami penurunan selama periode 1977-1997 sehingga penawaran jagung di Indonesia juga mengalami penurunan. Penggunaan jagung di Indonesia dibagi menjadi permintaan konsumsi langsung, pakan dan industri pangan. Permintaan jagung untuk konsumsi langsung dan pakan lebih banyak dipengaruhi oleh harga jagung itu sendiri. Permintaan dan penawaran jagung diramalkan akan terus meningkat sampai tahun 2015 dimana peningkatan permintaan akan selalu lebih besar dibandingkan dengan penawarannya. Hal ini mengakibatkan neraca jagung Indonesia akan selalu defisit sehingga impor jagung akan terus terjadi sampai tahun 2015.

2.2. Penelitian Terdahulu tentang Harga Jagung