Uji Stasioneritas Data HASIL DAN PEMBAHASAN

bahan bakar minyak menjadi semakin tinggi. Hal ini berdampak pada pengurangan dan pengalihfungsian bahan bakar minyak BBM ke bahan bakar alternatif yang menggunakan bahan baku lebih murah dari bahan baku minyak mentah. Salah satu contohnya adalah pemanfaatan jagung untuk memproduksi bioetanol yang saat ini gencar dilakukan oleh dua negara penghasil jagung terbesar yaitu Amerika Serikat, Brazil dan China. Proporsi penggunaan jagung untuk bioeta nol di ketiga negara produsen utama jagung cukup besar yaitu hampir mencapai 20 sampai 35 persen dari total penggunaan jagung. Pemanfaatan jagung untuk memproduksi bioetanol di Indonesia masih sangat sedikit atau sekitar 2 persen di tahun 2005 sehingga hal ini perlu didukung oleh pemerintah sebagai substitusi BBM. Sumber: Departemen ESDM diolah Gambar 16. Perkembangan Harga Minyak Mentah Dunia Januari 2000 sd Desember 2005.

6.2. Uji Stasioneritas Data

Analisis regresi yang menggunakan data time series mempunyai asumsi bahwa data yang diamati bersifat stasioner, artinya data tersebut bersifat stabil atau mencapai keseimbangan dalam jangka panjang. Namun pada kenyataanya I ndex P M D U N 70 63 56 49 42 35 28 21 14 7 1 600000 500000 400000 300000 200000 100000 Acc uracy Measu res MA PE 21 MA D 59166 MSD 4816433774 Var iable A ctual F its Trend Analysi s Plot for PMDUN Linear Tr end Model Yt = 155074 + 3776.49 t data time series yang didapat biasanya memiliki masalah stasioneritas maka dari itu harus dilakukan uji unit root. Uji unit root merupakan langkah awal dalam metode VAR. Uji unit root yang digunakan adalah uji Augmented Dickey Fuller ADF. Uji ADF dilakukan dengan membandingkan t-statistik uji ADF dengan nilai critical value. Nilai t-statistik ADF didapat dari nilai SBC terkecil dari setiap variavel yang diuji. Apabila nilai mutlak t-statisik ADF lebih besar dari nilai critical value maka variabel akan dikategorikan sudah stasioner atau tidak memiliki unit root. Tabel 8. Hasil Uji Unit Root pada Tingkat Level. Variabel Nilai SBC Terkecil Nilai ADF Critical Value PJDUN -372,7340 -373,0166 -2,3407 -3,0051 -2,9048 -3,4769 PJDOM -351,7536 -353,7251 -2,1813 -2,0537 PDDOM -543,0398 -533,8189 -1,7041 -2,2628 PMDUN -193,7473 -194,3873 1,1982 -0,21826 TI -73,8879 -73,8565 -0,65409 -2,0204 Keterangan: - Nilai yang tidak dikurung adalah nilai dengan intercept tanpa linier trend - Nilai yang dalam kurung adalah nilai dengan intercept dan linier trend Berdasarkan Tabel 8 dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini dengan atau tanpa trend tidak stasioner pada tingkat level dengan lag yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan nilai mutlak ADF lebih kecil dari nilai mutlak critical value. Akibatnya hipotesis nol yang menyatakan bahwa masing- masing variabel memiliki unit root tidak dapat ditolak. Untuk menstasionerkan data tersebut perlu dilanjutkan dengan melakukan uji unit root pada tingkat first difference . Setelah melakukan uji unit root first difference, semua variabel DPJDUN, DPJDOM, DPDDOM, DPMDUN, DTI menjadi stasioner. Hal ini dikarenakan nilai mutlaf ADF lebih besar dari nilai mutlak critical value. Data pada variabel tersebut sudah dapat dimasukkan ke dalam metode VAR. Tabel 9. Hasil Uji Unit Root pada Tingkat First Difference. Variabel Nilai SBC Terkecil Nilai ADF Critical Value DPJDUN -367,8551 -369,8040 -4,9097 -4,9022 -2,9055 -3,4779 DPJDOM -349,5584 -351,2978 -3,6408 -3,7146 DPDDOM -537,6160 -539,7100 -7,4104 -7,3524 DPMDUN -189,9943 -189,3629 -5,2509 -5,8834 DTI -73,6377 -75,5713 -3,6332 -3,6483 Keterangan: - Nilai yang tidak dikurung adalah nilai dengan intercept tanpa linier trend - Nilai yang dalam kurung adalah nilai dengan intercept dan linier trend

6.3. Penentuan Ordo VAR