Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia Suatu Analisis Simulasi

(1)

SUATU ANALISIS SIMULASI

ARISTO EDWARD

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan ini sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul:

Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia: Suatu Analisis Simulasi

merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri, dengan bimbingan ketua dan anggota komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Agustus 2008

Aristo Edward NRP. A.151040151


(3)

ARISTO EDWARD. 2008. Market Model of Corn, Feed and Chicken Meat in Indonesia: A Simulation Analysis (BONAR M. SINAGA as Chairman, and NUNUNG KUSNADI as Member of Advisory Committee).

Corn has an important role in the production of chicken meat; as it can be seen from its big proportion in chicken meat, amounting to 51.4 percent. An increased production of chicken meat will also raise the demand for feed and corn. In practice, the domestic production of corn and chicken meat cannot meet such demand. Therefore, the import of corn and chicken meat cannot be avoided, i.e. as a result of the gap or imbalance between the supply and demand for corn and chicken meat in Indonesia. The objectives of this research were (1) to analyze some influential factors and the interrelationship of corn, feed, and chicken meat markets in Indonesia, (2) to analyze the effect of internal and external factors on supply, demand, and the price of corn, feed, and chicken meat in Indonesia, and (3) to analyze the effect of internal and external factors on the producer and consumer’s surplus in corn, feed, and chicken meat as well as the government’s revenue. The research results showed a significant relationship between feed and chicken meat markets through the influence of chicken meat price on the demand for chicken feed, but a lack of relationship between the chicken feed and corn markets. The changes in the internal factors affected the market behavior of corn, feed, and chicken meat in Indonesia, but had only little effect on the world’s market of corns, and no effect on the world’s market of chicken meat. The internal changes had an impact on the increase in the welfare of producers and consumers in corn, feed and chicken meat markets, government’s revenue, and expenditure from the state’s reserve. The abolishment of import tariffs for corns and chicken meat as well as the depreciation of Indonesian currency rate has increased the welfare of producers and consumers in corn and feed markets, but reduced the welfare of producers and consumers in chicken meat market, government’s revenue and expenditure from the state’s reserve. The changes in the external factors affected the market behavior of corn, feed, and chicken meat in Indonesia as well as the world’s market of corns, but did not affect the world’s market behavior of chicken meat. The external changes had only a little impact on the market behavior of chicken meat in Indonesia and in the world and increased the welfare of people in general as well as the expenditure from the state’s reserve. Keywords: market, corn, feed, chicken meat, model.


(4)

RINGKASAN

Jagung mempunyai peranan yang besar dalam produksi daging ayam. Hal ini terlihat dari proporsi jagung dalam pakan ternak khususnya untuk pakan ayam ras yang mencapai 51.4 persen, lalu diikuti oleh bungkil kedelai 18.0 persen, dedak 15.0 persen, pollard 10.0 persen, tepung ikan 5.0 persen, dan feed suplement sebesar 0.6 persen.

Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat, telah meyebabkan produksi dan konsumsi daging ayam secara nasional terus meningkat. Selama periode 1980-2005 jumlah produksi daging ayam di Indonesia rata-rata mengalami peningkatan sebesar 7.91 persen per tahun dan konsumsi daging ayam di Indonesia meningkat sebesar 5.53 persen per tahun atau sebesar 3.2 persen per kapita per tahun.

Meningkatnya jumlah produksi daging ayam ras akan berdampak terhadap kenaikan permintaan pakan ayam ras. Permintaan pakan yang meningkat tersebut diikuti dengan peningkatan produksi pakan. Produksi pakan pada tahun 1996 sebesar 6.5 juta ton dan menurun menjadi 3.7 juta ton pada tahun 1999, kemudian kembali meningkat berturut-turut menjadi 5.1 juta ton pada tahun 2000 dan 6.5 juta ton pada tahun 2001. Hal ini menunjukkan bahwa peranan pakan dalam produksi daging ayam ras sangat besar.

Pertumbuhan produksi jagung di Indonesia masih relatif rendah akibat masih rendahnya produktivitas dan areal pertanaman, sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan permintaan dalam negeri. Impor jagung tidak dapat dihindarkan karena adanya kelebihan permintaan jagung dalam negeri.

Pada pasar pakan ternak ayam ras, penyediaan pakan yang belum sesuai harapan menjadi masalah karena ketergantungan pabrik pakan akan bahan baku impor masih tinggi. Pada pasar daging ayam ras, fenomena yang terjadi sekarang ini adalah produksi daging ayam ras dalam negeri belum mampu memenuhi permintaannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa impor daging ayam tidak dapat dihindarkan akibat tidak tercapainya keseimbangan antara penawaran dan permintaan daging ayam secara nasional.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dan keterkaitan pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia, (2) menganalisis dampak perubahan faktor internal dan faktor eksternal terhadap penawaran, permintaan dan harga jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia, dan (3) menganalisis dampak perubahan faktor internal dan faktor eksternal terhadap surplus produsen dan surplus konsumen jagung, pakan dan daging ayam ras serta penerimaan pemerintah di Indonesia.

Hasil pendugaan menunjukkan bahwa pasar pakan ayam ras memiliki keterkaitan yang kuat dengan pasar daging ayam ras melalui pengaruh harga daging ayam ras terhadap permintaan pakan ayam ras, sedangkan pasar pakan ayam ras kurang memiliki keterkaitan dengan pasar jagung. Karena kurangnya keterkaitan pasar jagung dengan pasar pakan, maka kebijakan pemerintah melalui peningkatan harga jagung, pakan dan daging ayam ras sebaiknya lebih banyak diarahkan pada pasar jagung dan pasar pakan untuk dapat meningkatkan kinerja kedua pasar tersebut. Hasil pendugaan juga menunjukkan bahwa luas areal panen


(5)

merupakan barang normal bagi masyarakat Indonesia, sedangkan telur, ikan dan daging sapi merupakan barang substitusi dari daging ayam.

Hasil simulasi menunjukkan bahwa ada perubahan faktor internal berupa penurunan tingkat suku bunga bank, depresiasi rupiah, peningkatan harga jagung, pakan, DOC dan daging ayam ras serta penghapusan tarif impor jagung dan daging ayam ras berdampak terhadap perilaku pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia. Perubahan faktor internal tersebut hanya berdampak kecil terhadap pasar jagung dunia dan tidak berdampak terhadap pasar daging ayam ras dunia.

Perubahan faktor internal berupa penurunan suku bunga dan depresiasi rupiah dapat meningkatkan surplus produsen di ketiga pasar. Oleh karena itu, kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga dan depresiasi rupiah dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan surplus produsen dan konsumen jagung, pakan dan daging ayam ras. Perubahan faktor internal berupa penghapusan tarif impor jagung dan daging ayam ras serta depresiasi rupiah berdampak pada peningkatan kesejahteraan produsen dan konsumen pasar jagung dan pakan, tetapi menurunkan kesejahteraan produsen dan konsumen pasar daging ayam ras, serta menurunkan penerimaan pemerintah dan pengeluaran devisa negara. Pemerintah sebaiknya mempertimbangkan kebijakan penghapusan tarif impor jagung dan daging ayam dalam era liberalisasi perdagangan, karena kebijakan penghapusan tarif impor hanya dapat meningkatkan produksi jagung saja, tetapi menurunkan produksi pakan dan daging ayam ras.

Perubahan faktor eksternal berupa peningkatan ekspor jagung USA dan peningkatan impor jagung Jepang berdampak terhadap perilaku pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dan pasar jagung dunia, tetapi tidak berdampak terhadap perilaku pasar daging ayam dunia. Perubahan faktor eksternal berupa peningkatan ekspor daging ayam USA dan peningkatan impor daging ayam Cina dan Jepang hanya berdampak kecil terhadap perilaku pasar daging ayam ras di Indonesia dan perilaku pasar daging ayam ras dunia. Perubahan faktor eksternal berupa peningkatan impor daging ayam ras Cina dan Jepang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dan peningkatan pengeluaran devisa negara.


(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2008

Hak Cipta dilindungi Undang Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(7)

SUATU ANALISIS SIMULASI

ARISTO EDWARD

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(8)

(9)

Nama Mahasiswa : Aristo Edward Nomor Pokok : A151040151

Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Ekonomi Pertanian

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 9 Nopember 1979, sebagai anak ke empat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Djamal Eka Pinem dan Ibu Betsheba Ginting (Alm).

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar, pendidikan menengah pertama, serta pendidikan sekolah menengah umum pada tahun 1993, 1995, dan 1997 di Perguruan Kristen Immanuel Medan. Pada tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikan sarjana (SP) pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.


(11)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karunia-Nya, sehingga karya ilmiah dengan judul: "Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia: Suatu Analisis Simulasi", dapat diselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA., sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS., sebagai anggota, yang telah begitu banyak mencurahkan segala waktu dan pikirannya serta saran-saran dalam membimbing penulis hingga tesis ini selesai.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. W. H. Limbong, MS. sebagai dosen penguji luar komisi pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan tesis ini.

2. Rektor Institut Pertanian Bogor, Dekan Sekolah Pascasarjana, dan Ketua Program Studi serta segenap dosen pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk memperdalam ilmu pengetahuan.

3. Rekan-rekan EPN 2004: Yuhka Sundaya, M. Ilham Riyadh, Herny Kartika Wati, Ria Kusumaningrum, Adi Hadianto, Handayani Boa, dan khususnya kepada Iwan Hermawan dan Meilia Rotua yang telah banyak memberikan semangat dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.


(12)

4. Staff Program Studi EPN: Ruby, Santi, Yani, dan Aam yang telah banyak memberikan bantuan administrasi kepada penulis dari awal perkuliahan hingga tesis ini selesai.

5. Bapak D. E. Pinem dan Ibu B. Ginting (Alm) sebagai orang tua, serta abang dan kakak atas doa dan dorongan yang tak henti-hentinya kepada penulis.

Akhirnya penulis tetap menyadari bahwa karya ilmiah ini tidak luput dari kekurangan, namun demikian penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Agustus 2008


(13)

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Profil Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras ... 9

2.1.1 Profil Pasar Jagung... 9

2.1.2. Profil Pasar Pakan ... 17

2.1.3. Profil Pasar Daging Ayam Ras ... 19

2.2. Kebijakan Pemerintah dalam Kelembagaan Usaha Ternak Ayam Ras ... 24

2.3. Beberapa Studi Terdahulu... 28

2.3.1. Pasar Jagung... 28

2.3.2. Pasar Pakan ... 31

2.3.3. Pasar Daging Ayam Ras... 33

III. KERANGKA TEORI ... 37

3.1. Produksi dan Penawaran Jagung... 39

3.2. Permintaan Jagung dan Penawaran Pakan Ternak... 41

3.3. Permintaan Pakan Ternak dan Penawaran Daging Ayam... 42

3.4. Permintaan Daging Ayam ... 43

3.5. Penggunaan Peubah Lag ... 44

3.6. Elastisitas ... 45


(14)

3.8. Tarif Impor ... 49

3.9. Ekspor Impor Jagung dan Daging Ayam ... 52

IV. METODOLOGI PENELITIAN ... 55

4.1. Perumusan Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia ... 55

4.2. Persamaan Pasar Jagung ... 58

4.2.1. Produksi Jagung ... 58

4.2.2. Penawaran Jagung... 58

4.2.3. Permintaan Jagung Industri Pakan ... 59

4.2.4. Permintaan Jagung ... 59

4.2.5. Harga Jagung Domestik ... 60

4.2.6. Impor Jagung... 60

4.2.7. Ekspor dan Impor Jagung Dunia... 61

4.2.8. Harga Jagung Dunia... 62

4.3. Persamaan Pasar Pakan Ayam Ras ... 63

4.3.1. Produksi Pakan Ayam Ras ... 63

4.3.2. Permintaan Pakan Ayam Ras ... 63

4.3.3. Penawaran Pakan Ayam Ras... 64

4.3.4. Harga Pakan Ayam Ras Domestik... 64

4.4. Persamaan Pasar Daging Ayam Ras ... 65

4.4.1. Produksi Daging Ayam Ras ... 65

4.4.2. Permintaan Daging Ayam Ras ... 65

4.4.3. Penawaran Daging Ras Ayam... 66

4.4.4. Harga Daging Ayam Ras Domestik... 66

4.4.5. Impor Daging Ayam Ras ... 67

4.4.6. Ekspor Daging Ayam Ras... 68

4.4.7. Harga Daging Ayam Ras Impor... 69

4.4.8. Ekspor dan Impor Daging Ayam Ras Dunia ... 69

4.4.9. Harga Daging Ayam Ras Dunia... 70

4.5. Prosedur Analisis ... 71

4.5.1. Jenis dan Sumber Data ... 71

4.5.2. Identifikasi Model ... 71


(15)

4.5.5. Simulasi Model ... 74

4.5.5.1. Simulasi Faktor Internal... 74

4.5.5.2. Simulasi Faktor Eksternal ... 76

4.5.5.3. Analisis Surplus Produsen dan SurplusKosumen ... 76

V. ANALISIS PASAR JAGUNG, PAKAN DAN DAGING AYAM RAS DI INDONESIA... 78

5.1. Hasil Pendugaan Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia ... 78

5.2. Persamaan Pasar Jagung ... 79

5.2.1. Produksi Jagung ... 79

5.2.2. Permintaan Jagung Industri Pakan ... 81

5.2.3. Harga Riil Jagung Domestik ... 82

5.2.4. Impor Jagung... 83

5.2.5. Harga Riil Jagung Dunia... 84

5.3. Persamaan Pasar Pakan Ayam Ras ... 85

5.3.1. Produksi Pakan Ayam Ras ... 85

5.3.2. Permintaan Pakan Ayam Ras ... 86

5.3.3. Harga Riil Pakan Ayam Ras Domestik... 88

5.4. Persamaan Pasar Daging Ayam Ras ... 89

5.4.1. Produksi Daging Ayam Ras ... 89

5.4.2. Permintaan Daging Ayam Ras ... 90

5.4.3. Harga Riil Daging Ayam Ras Domestik... 92

5.4.4. Impor Daging Ayam Ras ... 93

5.4.5. Ekspor Daging Ayam Ras... 94

5.4.6. Harga Riil Daging Ayam Ras Impor... 96

5.4.7. Harga Riil Daging Ayam Ras Dunia... 97

VI. EVALUASI FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL ... 98

6.1. Validasi Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia ... 98


(16)

6.2. Hasil Simulasi Faktor Internal ... 100

6.2.1. Penurunan Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia Sebesar 30 Persen dan Depresiasi Rupiah Sebesar 20 Persen ... 100

6.2.2. Peningkatan Harga DOC Sebesar 25 Persen dan Penurunan Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia Sebesar 30 Persen... 101

6.2.3. Peningkatan Harga Pakan dan DOC Masing-Masing Sebesar 25 Persen... 103

6.2.4. Peningkatan Harga Jagung, Pakan, dan Daging Ayam Ras Masing-Masing Sebesar 25 Persen... 104

6.2.5. Penghapusan Tarif Impor Jagung dan Daging Ayam, serta Depresiasi Rupiah Sebesar 20 Persen ... 106

6.3. Hasil Simulasi Faktor Eksternal... 107

6.3.1. Peningkatan Ekspor Jagung USA Sebesar 30 Persen ... 107

6.3.2. Peningkatan Impor Jagung Jepang Sebesar 30 Persen ... 119

6.3.3. Peningkatan Ekspor Daging Ayam Ras USA Sebesar 30 Persen... 110

6.3.4. Peningkatan Impor Daging Ayam Ras China dan Jepang Masing-Masing Sebesar 30 Persen ... 112

6.4. Dampak Alternatif Simulasi Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kesejahteraan Masyarakat ... 113

VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN... 122

7.1. Simpulan ... 122

7.2. Implikasi Kebijakan ... 126

7.3. Saran Penelitian Lanjutan ... 127

DAFTAR PUSTAKA... 128

LAMPIRAN ... 133


(17)

Nomor Halaman 1. Perkembangan Luas Areal, Produktivitas dan Produksi Jagung di

Indonesia, Tahun 1990-2005... 9 2. Perkembangan Ekspor, Impor dan Penawaran Jagung Indonesia,

Tahun 1990-2005 ... 11 3. Perkembangan Penggunaan Jagung di Indonesia, Tahun

1990-2005... 12 4. Komposisi Penggunaan Jagung Impor dan Domestik dalam

Pembuatan Pakan Ternak di Indonesia, Tahun 1990-2005... 13 5. Perkembangan Produksi Jagung pada Lima Negara Produsen

Utama Dunia, Tahun 1990-2005... 14 6. Perkembangan Ekspor Jagung pada Beberapa Negara Eksportir

Utama Dunia, Tahun 1990-2005... 15 7. Perkembangan Impor Jagung pada Beberapa Negara Importir

Utama Dunia, Tahun 1990-2005... 16 8. Perkembangan Produksi Pakan dan Penggunaannya di Indonesia,

Tahun 1990-2005 ... 17 9. Perkembangan Ekspor-Impor Komponen Pakan Indonesia dan

Dunia, Tahun 1980-2001 ... 18 10. Perkembangan Populasi, Produksi dan Konsumsi Daging Ayam

Ras di Indonesia, Tahun 1990-2005 ... 19 11. Perkembangan Ekspor dan Impor Daging Ayam Ras Indonesia

Tahun 1990-2005. ... 20 12. Perkembangan Produksi Daging Ayam Ras pada Beberapa

Negara Produsen Utama Dunia, Tahun 1990-2005 ... 21

13. Perkembangan Ekspor Daging Ayam Ras pada Beberapa Negara Eksportir Dunia, Tahun 1990-2005 ... 23

14. Perkembangan Impor Daging Ayam Ras pada Beberapa Negara

ImportirUtama Dunia, Tahun 1990-2005 ... 24 15. Hasil Pendugaan Parameter Produksi Jagung (PJI) ... 79 16. Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Jagung Industri

Pakan (DJP)... 81 17. Hasil Pendugaan Parameter Harga Rill Jagung Domestik

(HJDR) ... 82 18. Hasil Pendugaan Parameter Impor Jagung (MJI) ... 83 19. Hasil Pendugaan Parameter Harga Riil Jagung Dunia (HJWR) .... 84


(18)

20. Hasil Pendugaan Parameter Produksi Pakan (PPD)... 86 21 Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Pakan Ayam Ras (DPI).. 87 22. Hasil Pendugaan Parameter Harga Riil Pakan Ayam Ras

Domestik (HPDR)... 88 23. Hasil Pendugaan Parameter Produksi Daging Ayam Ras (PDD) .. 89 24. Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Daging Ayam Ras

(DDD) ... 90 25. Hasil Pendugaan Parameter Harga Riil Daging Ayam Ras

Domestik (HDDR) ... 92 26. Hasil Pendugaan Parameter Impor Daging Ayam (MDI)... 94 27. Hasil Pendugaan Parameter Ekspor Daging Ayam Ras (XDI)... 95 28. Hasil Pendugaan Parameter Harga Riil Daging Ayam Ras

Impor (HDMR) ... 96 29. Hasil Pendugaan Parameter Harga Riil Daging Ayam Ras

Dunia (HDWR) ... 97 30. Hasil Pengujian Validasi Model Pasar Jagung, Pakan dan

Daging Ayam Ras di Indonesia, Tahun 2000-2005 ... 99 31. Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kebijakan Penurunan

Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia 30 Persen dan Depresiasi

Rupiah 20 Persen, Tahun 2000-2005 ... 100 32. Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kebijakan Peningkatan

Harga DOC 25 Persen dan Penurunan Tingkat Suku Bunga Bank

Indonesia 30 Persen, Tahun 2000-2005 ... 102 33. Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kebijakan Peningkatan

Harga Pakan dan DOC 25 Persen, Tahun 2000-2005... 103 34. Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kebijakan Peningkatan

Harga Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras 25 Persen,

Tahun 2000-2005 ... 105 35. Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kebijakan Penghapusan

Tarif Impor Jagung dan Daging Ayam, serta Depresiasi Rupiah

20 Persen, Tahun 2000-2005... 106 36. Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kebijakan Peningkatan

Ekspor Jagung AS 30 Persen, Tahun 2000-2005... 108 37. Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kebijakan Peningkatan

Impor Jagung Jepang 30 Persen, Tahun 2000-2005 ... 110 38. Perubahan Nilai Rata-Rata Simulasi Kebijakan Peningkatan

Ekspor Daging Ayam AS 30 Persen, Tahun 2000-2005... 111


(19)

40. Dampak Perubahan Faktor Internal Terhadap Kesejahteraan Para Pelaku Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras

di Indonesia, Tahun 2000-2005 ... 114 41. Dampak Perubahan Faktor Eksternal Terhadap Kesejahteraan

Para Pelaku Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras

di Indonesia, Tahun 2000-2005 ... 118


(20)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras

di Indonesia ... 38 2. Distribusi Surplus Konsumen dan Produsen... 47 3. Dampak Penerapan Tarif Impor Terhadap Surplus Konsumen,

Surplus Produsen, Penerimaan Pemerintah dan Biaya Proteksi. ... 51 4. Mekanisme Penawaran dan Permintaan Jagung dan Daging Ayam

antar Negara Eksportir dan Importir di Pasar Dunia... 54 5. Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras


(21)

Nomor Halaman 1. Data Aktual Peubah Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam

Ras di Indonesia, Tahun 1980-2005 ... 134 2. Program Pendugaan Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam

Ras di Indonesia, Tahun 1980-2005. ... 139 3. Hasil Pengolahan Data Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging

Ayam Ras di Indonesia,Tahun 1980-2005... 143 4. Program Validasi dan Simulasi Historis Model Pasar Jagung,

Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia, Tahun 2000-2005 ... 158 5. Hasil Validasi Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras

di Indonesia, Tahun 2000-2005 ... 163 6. Dampak Perubahan Faktor Internal dan Eksternal Terhadap

Perubahan Nilai Rata-Rata Endogen, Tahun 2000-2005 ... 166 7. Dampak Perubahan Faktor Internal dan Eksternal Terhadap


(22)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jagung adalah salah satu komoditas tanaman palawija yang memiliki berbagai macam kegunaan. Pada awalnya, jagung diproduksi hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga, namun dalam perkembangannya jagung juga menjadi komoditas pangan yang penting dalam perdagangan produk pertanian.

Permintaan jagung di pasar domestik maupun pasar dunia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena komoditas jagung memiliki keunggulan yang bersifat multiguna, baik untuk konsumsi langsung maupun sebagai bahan baku berbagai aneka industri pengolahan. Keunggulan komoditas jagung sebagai bahan baku utama pakan ternak sampai saat ini belum dapat digantikan oleh produk pertanian lainnya. Selain itu, kontribusi jagung dalam PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia mengalami peningkatan sebesar 3.15 persen selama sepuluh tahun terakhir (Deptan, 2001). Hal ini menunjukkan bahwa komoditas jagung mempunyai peranan yang cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Jagung juga mempunyai peranan yang besar dalam produksi daging ayam ras. Hal ini terlihat dari proporsi jagung dalam pakan ternak khususnya untuk pakan ayam ras yang mencapai 51.4 persen, lalu diikuti oleh bungkil kedelai 18.0 persen, dedak 15.0 persen, pollard 10.0 persen, tepung ikan 5.0 persen dan feed suplement sebesar 0.6 persen (Tangendjaja et al, 2002 dan Deptan, 2002).

Sejak adanya pencanangan Pembangunan Industri Peternakan Unggas Nasional (1971), ternak unggas telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat.


(23)

Pertumbuhan tersebut juga ditandai dengan perkembangan yang kuat dari sektor industri pendukung yakni industri pabrik pakan, pembibitan, farmasi dan industri RPA (Rumah Potong Ayam). Proporsi daging unggas, khususnya pada komoditas daging ayam ras, mempunyai kontribusi sebesar 57.67 persen dari total produksi daging nasional (Ditjen Peternakan, 2005). Hal ini menunjukkan bahwa komoditas daging ayam ras mempunyai peranan yang besar di dalam penyediaan daging di Indonesia.

Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan produksi dan konsumsi daging ayam ras secara nasional terus meningkat. Selama periode 1980-2005 jumlah produksi daging ayam ras di Indonesia rata-rata mengalami peningkatan sebesar 7.91 persen per tahun dan konsumsi daging ayam ras di Indonesia meningkat sebesar 5.53 persen per tahun atau sebesar 3.2 persen per kapita per tahun (Statistik Peternakan, 2005).

Meningkatnya jumlah produksi daging ayam ras akan berdampak terhadap kenaikan permintaan pakan ayam ras. Permintaan pakan yang meningkat tersebut diikuti dengan peningkatan produksi pakan. Produksi pakan pada tahun 1996 sebesar 6.5 juta ton dan menurun menjadi 3.7 juta ton pada tahun 1999, kemudian kembali meningkat berturut-turut menjadi 5.1 juta ton pada tahun 2000 dan 6.5 juta ton pada tahun 2001 (Deptan, 2002). Selain itu, pakan juga merupakan bagian terbesar dari biaya produksi, yaitu mencapai 70 persen (Yusdja dan Pasandaran, 1998), sedangkan pangsa biaya lainnya seperti DOC (Day Old Chicken) hanya sebesar 13 persen (Rusastra dan Siregar, 2002). Hal ini menunjukkan bahwa peranan pakan dalam produksi daging ayam ras sangat besar.


(24)

3

1.2. Perumusan Masalah

Seiring dengan berkembangnya sektor peternakan yang didukung oleh berkembangnya industri pakan dan pangan yang menggunakan bahan baku jagung, menyebabkan permintaan jagung dalam negeri terus meningkat. Di sisi lain, pertumbuhan produksi jagung di Indonesia masih relatif rendah akibat masih rendahnya produktivitas dan areal pertanaman, sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan permintaan dalam negeri. Untuk mengatasi kelebihan permintaan tersebut, pemerintah melakukan impor jagung yang setiap tahunnya meningkat, dan bahkan mulai tahun 1990-an status Indonesia telah berubah menjadi negara net importer jagung (Kasryno, 2002 dalam Kariyasa, 2003). Pada tahun 1991 jumlah impor jagung Indonesia sebesar 323.18 ribu ton (5.16 persen dari total produksi jagung nasional) dan pada tahun 2000 telah menjadi 1.26 juta ton (13.53 persen dari total produksi jagung nasional), atau selama periode tersebut meningkat sebesar 20.35 persen (Deptan, 2002). Dari uraian tersebut sangat menarik untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku pasar jagung tesebut dan bagaimana dampaknya jika terjadi perubahan pada pasar pakan dan daging ayam ras.

Pada pasar pakan ayam ras, fenomena yang terjadi selama ini adalah laju kenaikan harga pakan melebihi laju kenaikan harga jagung dan kedelai. Hal ini dapat dilihat dari semakin lebarnya rasio harga jagung terhadap pakan ternak ayam ras, yaitu dari 0.78 pada tahun 1980 menjadi 0.22 pada tahun 1996 (Purba, 1999). Dari uraian tersebut perlu dikaji faktor-fakor apa saja yang mempengaruhi pasar pakan tersebut dan bagaimana dampaknya jika terjadi perubahan pada pasar jagung dan daging ayam ras. Selain itu, penyediaan pakan yang belum sesuai


(25)

dengan harapan juga menjadi masalah karena ketergantungan pabrik pakan akan bahan baku impor masih tinggi.

Volume perdagangan jagung di pasar dunia mengalami peningkatan yang besar dalam periode 1960-1980. Puncaknya terjadi di tahun 1980 dimana volumenya mencapai 82 juta ton atau sekitar 20.0 persen dari produksi jagung dunia (Kasryno, 2002). Setelah periode tersebut volume perdagangan jagung dunia terus menurun, walaupun produksi meningkat. Pada tahun 2000 dan 2001, volume ekspor jagung menjadi 80 juta dan 79 juta ton atau 13.4 persen dan 12.85 persen dari total produksi dunia. Setelah tahun 1980 ketergantungan negara berkembang pada impor jagung semakin meningkat dikarenakan semakin berkembangnya industri peternakan. Kondisi pasar jagung dunia yang bersifat tipis diduga kurang menguntungkan bagi pengembangan pabrik pakan dan usaha peternakan dalam negeri, karena adanya keterkaitan antara pasar jagung domestik dan dunia.

Pada pasar daging ayam ras, fenomena yang terjadi sekarang ini adalah produksi daging ayam ras dalam negeri belum mampu memenuhi permintaannya. Walaupun dalam periode 1980-2005 laju peningkatan produksi daging ayam ras dalam negeri lebih tinggi laju konsumsinya (7.91 persen berbanding 5.53 persen), namun demikian Indonesia tetap berstatus sebagai negara net importer (BPS, 2005). Kenyataan menunjukkan bahwa impor daging ayam ras tidak dapat dihindarkan akibat tidak tercapainya keseimbangan antara penawaran dan permintaan daging ayam secara nasional. Peningkatan selera konsumen dan perbedaan harga daging ayam impor yang lebih murah dibandingkan dengan harga daging ayam domestik akan mendorong masuknya produk daging impor ke


(26)

5

pasar domestik. Dari uraian tersebut sangat menarik untuk diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku pasar daging ayam ras dan bagaimana dampaknya apabila terjadi perubahan pada pasar jagung dan pakan ayam ras.

Produksi daging ayam dunia dalam periode 1990-2004 mengalami peningkatan sebesar 4.93 persen per tahun (FAO, 2004). Sedangkan rata-rata volume daging ayam ras yang diperdagangkan selama periode tersebut sebesar 9.50 persen dari total produksi dunia, dengan laju peningkatan sebesar 10.71 persen per tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar daging ayam dunia bersifat tipis (thin market) sama halnya seperti yang terjadi pada pasar beras. Sementara itu, laju impor daging ayam dunia sebesar 9.70 persen per tahun. Dengan demikian, walaupun pangsa impor Indonesia relatif kecil (0.06 persen), mengingat jumlah dan pertumbuhan penduduk Indonesia masih tinggi maka potensi peningkatan pangsa dimungkinkan bisa terjadi.

Krisis moneter yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1998 mengakibatkan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar cenderung melemah. Kondisi tersebut diduga akan berpengaruh terhadap produksi pakan dan daging ayam nasional, karena komponen bahan bakunya mayoritas diperoleh dari impor, sehingga perlu diketahui sampai sejauh mana dampak perubahan nilai tukar terhadap pasar pakan dan daging ayam ras.

Jumlah produksi jagung dan daging ayam ras serta kelangsungan industri pakan domestik sangat ditentukan oleh adanya kondisi sarana dan fasilitas penunjang seperti tingkat suku bunga kredit yang kondusif, kebijakan harga pupuk dan lain sebagainya. Sehingga perlu diketahui dampak dari perubahan-perubahan tersebut terhadap pasar jagung, pakan dan daging ayam ras.


(27)

Perubahan lingkungan strategis internasional akan berimplikasi terhadap penurunan subsidi dan proteksi serta akan membuat pasar domestik semakin terintegrasi dengan pasar dunia. Besarnya tarif impor jagung dan daging ayam pada saat ini adalah sebesar 5 persen (Depkeu, 2001). Oleh sebab itu perlu diketahui bagaimana pengaruh perubahan tarif impor terhadap pasar jagung, pakan, dan daging ayam ras.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dan keterkaitan pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia.

2. Menganalisis dampak perubahan faktor internal dan faktor eksternal terhadap penawaran, permintaan dan harga jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia.

3. Menganalisis dampak perubahan faktor internal dan faktor eksternal terhadap surplus produsen dan surplus konsumen jagung, pakan dan daging ayam ras serta penerimaan pemerintah di Indonesia.

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia melalui pendugaan respon penawaran dan permintaan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya. Respon tersebut merupakan cerminan perilaku produsen dan konsumen.

Penawaran jagung domestik merupakan penjumlahan dari produksi jagung domestik dengan selisih volume ekspor dan impor jagung. Oleh karena itu, dari sisi penawaran jagung domestik dilakukan pendugaan penawaran jagung yang


(28)

7

berasal dari produksi domestik maupun dari impor. Dari sisi permintaan dilakukan pendugaan yang meliputi: (1) permintaan jagung untuk industri pakan, (2) permintaan jagung untuk konsumsi langsung dan (3) permintaan jagung untuk industri pangan. Sehingga total permintaan jagung merupakan penjumlahan dari ketiga jenis permintaan tersebut.

Pada pasar pakan ayam ras pendugaan dilakukan pada: (1) produksi pakan ayam ras, (2) permintaan pakan ayam ras dan (3) harga pakan ayam ras domestik. Pada pasar daging ayam ras pendugaan dilakukan pada: (1) produksi daging ayam ras, (2) permintaan daging ayam ras, (3) penawaran daging ayam ras, yang merupakan penjumlahan dari produksi daging ayam ras dengan selisih ekspor impor daging ayam ras. Oleh sebab itu, dari sisi penawaran daging ayam ras dilakukan pendugaan penawaran daging ayam ras yang berasal dari ekspor maupun impor, (4) harga daging ayam ras domestik, (5) ekspor impor daging ayam ras, (6) harga daging ayam ras impor dan (7) harga daging ayam ras dunia.

Model yang dibangun kemudian divalidasi untuk simulasi faktor-faktor internal dan eksternal, dengan tujuan untuk melihat dampak dari perubahan faktor-faktor internal dan eksternal terhadap pasar jagung, pakan dan daging ayam ras serta sejauh mana pengaruhnya terhadap perubahan surplus produsen, surplus konsumen dan penerimaan pemerintah.

Keterbatasan dari penelitian ini adalah: (1) tidak memasukkan pasar bibit ayam (DOC) di dalam model. Mengingat adanya keterbatasan ketersediaan data DOC, hanya variabel harga saja yang dapat dimasukkan dalam model. Selain itu pangsa DOC dalam biaya produksi daging ayam relatif rendah, yaitu hanya sekitar 13 persen, (2) tidak mendisagregasi pola pemeliharaan ayam yaitu dari peternakan


(29)

rakyat dan swasta, karena data daging ayam yang ada tidak dapat dipisahkan menurut pola pemeliharaannya, (3) tidak mendisagregasi daging ayam menurut jenisnya yaitu daging ayam ras dan buras, karena ketersediaan data untuk daging ayam buras sangat terbatas, (4) hanya mengkaji pasar pakan untuk ternak ayam ras, serta tidak mempelajari perilaku ekspor dan impor negara eksportir dan importir utama dunia dan (5) tidak mempelajari pasar pakan dunia, mengingat dalam pasar dunia komoditas yang diperdagangkan belum dalam bentuk pakan, melainkan masih dalam bentuk komponen pakan.


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Profil Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras 2.1.1. Profil Pasar Jagung

Perkembangan luas areal, produktivitas dan produksi jagung di Indonesia periode 1990-2005 disajikan pada Tabel 1. Rata-rata luas areal tanaman jagung di Indonesia sekitar 3.74 juta hektar dengan peningkatan sebesar 1.13 persen per tahun. Kalau dibandingkan dengan tanaman pesaingnya, luas pertanaman jagung selama periode 1990-2005 hanya sekitar 0.31 dari luas pertanaman padi, sebaliknya sekitar 2.49 kali dari luas pertanaman kedelai.

Tabel 1. Perkembangan Luas Areal, Produktivitas dan Produksi Jagung di Indonesia, Tahun 1990-2005

Tahun Luas Areal

(000 ha)

Produktivitas (ton/ha)

Produksi (000ton)

1990 3 158 2.13 6 734

1991 4 158 2.15 6 255

1992 5 158 2.20 7 995

1993 6 158 2.20 6 459

1994 3 109 2.21 6 869

1995 3 651 2.26 8 245

1996 3 744 2.49 9 307

1997 3 355 2.61 8 771

1998 3 456 2.94 10 169

1999 3 848 2.39 9 204

2000 3 500 2.76 9 677

2001 3 286 2.79 9 165

2002 3 298 2.86 9 422

2003 3 310 2.93 9 685

2004 3 322 3.00 9 957

2005 3 334 3.07 10 235

Total 59 844 41 138 149

Rataan 3 740 2.56 8 634

r(%/thn) 1.13 2.85 3.75

Sumber: BPS, 2005 (diolah)

Dari aspek produktivitas, tampaknya produktivitas jagung di Indonesia masih sangat rendah dan baru mencapai 2.56 ton per hektar, walaupun cenderung meningkat sebesar 2.85 persen per tahun. Masih rendahnya produktivitas


(31)

menggambarkan bahwa penggunaan benih jagung hibrida di tingkat petani masih rendah, disamping cara pemeliharaannya belum intensif. Keadaan ini sangat kontradiktif dengan pengembangan benih jagung hibrida yang telah dilakukan oleh pemerintah secara resmi pada tahun 1983 berdasarkan SK Menteri Pertanian pada tanggal 4 Juni 1983, melalui jagung hibrida C-1 yang bertujuan untuk meningkatkan produksi jagung dalam negeri, yang pada akhirnya dapat diharapkan dapat meningkatkan petani jagung di Indonesia. Dalam periode 1990-2005 rata-rata produksi jagung di Indonesia sebesar 8.63 juta ton dan cenderung meningkat sebesar 3.75 persen per tahun. Kalau dilihat lebih jauh, tampaknya peningkatan produksi jagung di Indonesia lebih banyak ditentukan oleh adanya perbaikan produktivitas dari pada peningkatan luas tanam. Fenomena ini menunjukkan bahwa perluasan penggunaan benih hibrida di tingkat petani diduga secara signifikan akan mampu meningkatkan produksi jagung, mengingat varietas jagung ini bisa berproduksi 6-8 ton per hektar.

Kalau dikaitkan dengan kebutuhan jagung dalam negeri yang menunjukkan bahwa produksi jagung di Indonesia secara umum dalam periode 1990-2005 belum mampu memenuhi kebutuhannya. Kondisi ini ditunjukkan selama periode tersebut, kecuali pada tahun 1993 dan 1998 status Indonesia dalam perdagangan jagung dunia adalah sebagai net importer (Tabel 2). Rata-rata impor jagung Indonesia sebesar 830 ribu ton dan mengalami peningkatan yang cukup tajam yaitu 11.28 persen per tahun, namun tanpa ada upaya untuk memacu produksi jagung dalam negeri, volume impor jagung mempunyai potensi untuk terus meningkat, mengingat peningkatan kebutuhan dalam negeri lebih cepat dari peningkatan produksinya.


(32)

11

Tabel 2. Perkembangan Ekspor, Impor dan Penawaran Jagung Indonesia, Tahun 1990-2005

Ekspora Impora

Tahun Volume

(000 ton) Pangsac (%) Volume (000 ton) Pangsad (%) Net (X-M) (000 ton) Kebutuhanb (000 ton)

1990 141.80 2.10 90.10 1.40 51.70 6 682

1991 33.20 0.53 323.30 5.20 -290.10 6 545

1992 149.70 1.87 55.70 0.70 94.00 7 901

1993 60.80 0.94 494.50 7.60 -433.70 6 893

1994 37.40 0.54 1 118.30 14.80 -1 080.90 7 950

1995 79.10 0.96 969.20 11.20 -890.10 9 135

1996 26.80 0.29 616.90 6.60 -590.10 9 897

1997 18.90 0.22 1 098.40 11.70 -1 079.50 9 851

1998 632.50 6.22 313.50 3.40 319.00 9 850

1999 90.60 0.98 618.10 6.70 -527.50 9 732

2000 28.10 0.29 1 264.60 12.20 -1 236.50 10 914

2001 90.50 0.99 1 035.80 10.80 -945.30 10 110

2002 86.81 0.92 1 154.06 11.00 -1 067.25 10 489

2003 83.26 0.86 1 345.45 12.29 -1 262.19 10 948

2004 79.86 0.80 1 354.51 12.06 -1 274.65 11 231

2005 76.60 0.75 1 427.70 12.32 -1 351.10 11 586

Rataan 107.25 1.20 830.01 8.75 -722.76 9 357.08

r(%/thn) 5.20 1.10 11.28 7.89 11.04 4.41

Sumber: a FAO, 2005 (diolah)

b Produksi + Impor – Ekspor (diolah)

Keterangan: c persentase terhadap produksi dalam negeri

d persentase terhadap kebutuhan dalam negeri

Secara umum penggunaan jagung di Indonesia dapat dikelompokkan

menjadi empat yaitu: (1) konsumsi langsung, (2) bahan baku pakan ternak, (3) bahan baku industri pangan dan (4) kebutuhan lainnya. Perkembangan penggunaan jagung di Indonesia periode 1990-2005 disajikan pada Tabel 3. Rata-rata penggunaan jagung untuk konsumsi langsung relatif sedikit yaitu 647.7 ribu ton per tahun atau hanya 8.04 persen dari total penggunaan jagung, bahkan cenderung mengalami penurunan masing-masing 4.86 persen dan 7.43 persen per tahun menurut volume dan pangsa. Penggunaan jagung terbesar adalah untuk kebutuhan industri pangan. Penggunaan jagung untuk industri pangan sekitar 4.9 juta ton atau 54.64 persen per tahun dan meningkat masing-masing 9.04 persen dan 3.78 persen per tahun menurut volume dan pangsa. Sementara itu,


(33)

penggunaan jagung untuk kebutuhan pakan periode 1990-2005 sekitar 2.3 juta ton atau 27.68 persen dari total penggunaan jagung. Baik dari segi volume maupun pangsa, penggunaan jagung untuk bahan baku pakan mengalami peningkatan masing-masing 5.60 persen dan 1.84 persen per tahun.

Tabel 3. Perkembangan Penggunaan Jagung di Indonesia, Tahun 1990-2005

Konsumsia Pakanb Industri Pangan Lainnya Tahun Volume

(000 ton) Pangsa (%) Volume (000 ton) Pangsa (%) Volume (000 ton) Pangsa (%) Volume (000 ton) Pangsa (%) Total

1990 1 112 17.72 2 112 33.66 2 593 41.32 458 7.29 6 275 1991 1 034 16.82 2 174 35.37 2 498 40.64 441 7.17 6 147 1992 948 12.7 2 236 29.95 3 639 48.75 642 8.60 7 465 1993 864 13.45 2 298 35.77 2 772 43.16 489 7.62 6 423 1994 723 9.67 2 359 31.56 3 733 49.95 659 8.81 7 474 1995 567 6.6 2 420 28.18 4 761 55.44 840 9.78 8 588 1996 416 4.47 3 315 35.61 4 741 50.93 837 8.99 9 309 1997 460 4.96 3 075 33.16 4 877 52.60 861 9.28 9 273 1998 516 5.57 1 294 13.96 6 342 68.40 1 119 12.07 9 271 1999 563 6.15 1 717 18.77 5 838 63.81 1 030 11.26 9 148 2000 573 5.57 2 285 22.23 6 308 61.37 1 113 10.83 10 279 2001 582 6.12 2 518 26.47 5 452 57.30 962 10.11 9 514 2002 548 5.50 2 558 25.70 5 820 58.47 1 027 10.32 9 953 2003 516 4.95 2 599 24.94 6 213 59.60 1 096 10.52 10 424 2004 485 4.44 2 641 24.16 6 632 60.69 1 170 10.71 10 929 2005 457 3.98 2 683 23.39 7 080 61.73 1 249 10.89 11 469 Rataan 647.71 8.04 2 392.77 27.68 4 956.19 54.64 874.61 9.64 8 871.27 r(%/thn) -4.86 -7.43 5.6 1.84 9.04 3.78 9.04 3.78 8.76

Sumber: a SUSENAS (diolah)

b Statistik Peternakan berbagai series (diolah)

Tujuan utama dilakukan impor jagung adalah dalam upaya untuk memenuhi kekurangan kebutuhan jagung dalam negeri khususnya untuk bahan baku pakan. Sementara itu, penggunaan jagung impor untuk bahan baku industri makanan dan non makanan masih relatif terbatas, diperkirakan hanya sekitar 15 persen. Pada Tabel 4 disajikan perkembangan komposisi penggunaan jagung impor dan produksi domestik periode 1990-2005. Pada tahun 1991 dari total jagung yang digunakan dalam pembuatan pakan ternak, pangsa penggunaan jagung impor masih sangat kecil yaitu hanya 3.63 persen. Artinya hampir sekitar 96.37 persen masih menggunakan jagung domestik, sehingga dapat dikatakan


(34)

13

bahwa jagung impor hanya sebagai pelengkap saja. Mulai tahun 1994, ketergantungan pabrik pakan Indonesia terhadap jagung impor sangat tinggi, dimana pada tahun tersebut sekitar 40.29 persen dipenuhi dari jagung impor, bahkan tahun 2003 penggunaan jagung impor dan jagung domestik dalam pembuatan pakan ternak hampir berimbang (50.85 persen dan 51.12 persen).

Pada Tabel 4 terlihat bahwa selama periode 1990-2005 pangsa penggunaan jagung impor mengalami peningkatan yang cukup tajam yaitu 11.81 persen per tahun, sebaliknya pangsa penggunaan jagung produksi domestik mengalami penurunan sebesar 3.77 persen per tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa ketergantungan pabrik pakan yang semakin tinggi terhadap jagung impor kurang menguntungkan bagi perkembangan industri pakan dan peternakan di Indonesia (Kasryno, 2002).

Tabel 4. Komposisi Penggunaan Jagung Impor dan Domestik dalam Pembuatan Pakan Ternak di Indonesia, Tahun 1990-2005

Komposisi Jagung Tahun

Impor (%) Domestik (%)

1990 3.63 96.37

1991 12.64 87.36

1992 2.12 97.88

1993 18.29 81.71

1994 40.29 59.71

1995 34.04 65.96

1996 15.82 84.18

1997 30.36 69.64

1998 20.59 79.41

1999 30.60 69.40

2000 47.04 52.96

2001 34.97 65.03

2002 42.17 57.66

2003 50.85 51.12

2004 61.32 45.32

2005 73.95 40.18

Total 228.30 194.28

Rataan 57.07 48.57

r(%/thn) 11.81 -3.77


(35)

Pada tingkat dunia, produsen jagung utama adalah negara Amerika Serikat. Dalam periode 1990-2005, rata-rata pangsa produksi jagung Amerika Serikat sebesar 40.22 persen terhadap produksi dunia, dimana jumlah produksinya cenderung meningkat 4.38 persen per tahun (Tabel 5). Produsen jagung terbesar kedua adalah China dengan pangsa sebesar 19.79 persen dan produksinya juga cenderung meningkat 2.30 persen. Produsen jagung terbesar berikutnya masing-masing Brazil dan Mexico, dengan pangsa masing-masing 5.61 persen dan 3.17 persen. Sementara itu, pangsa produksi Indonesia terhadap produksi jagung dunia pada periode yang sama hanya sebesar 1.48 persen.

Tabel 5. Perkembangan Produksi Jagung pada Lima Negara Produsen Utama Dunia, Tahun 1990-2005

(000 ton) Negara

Tahun

AS Cina Brazil Mexico Indonesia Dunia

1990 201 532 97 214 21 348 15 664 6 734 483 329

1991 189 866 99 148 23 624 16 530 6 431 494 359

1992 240 719 95 773 30 506 17 245 7 995 533 526

1993 160 985 103 110 30 056 18 631 7 197 476 681

1994 255 293 99 674 32 488 19 141 6 869 569 212

1995 187 969 112 362 36 267 17 005 8 246 517 068

1996 234 527 127 865 32 185 16 000 9 307 589 174

1997 233 867 104 648 32 948 18 922 8 771 584 920

1998 247 882 133 198 29 602 16 934 10 169 615 460

1999 239 549 128 287 32 038 17 788 9 134 606 946

2000 251 854 106 180 31 879 19 000 9 677 592 501

2001 241 485 114 254 41 439 19 000 9 347 614 234

2002 245 445 114 265 43 934 19 333 10 035 627 563

2003 249 471 114 277 46 578 19 671 10 029 641 181

2004 253 562 114 288 49 382 20 015 10 496 655 095

2005 257 720 114 300 52 355 20 365 10 640 669 310

Rataan 230 733 111 178 35 414 18 203 8 817 579 410

Share 40.22 19.79 5.61 3.17 1.48 100.00

r(%/thn) 4.38 2.30 6.97 2.11 3.75 2.56 Sumber: FAO, 2005 (diolah)

Negara produsen jagung utama dunia tampaknya tidak secara otomatis menjadi negara eksportir jagung utama dunia, terkecuali Amerika Serikat. (Tabel 6). Hal ini mungkin disebabkan karena kebutuhan jagung di dalam


(36)

15

negerinya cukup besar, sehingga kegiatan memproduksi jagung diorientasikan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Negara eksportir jagung utama dunia adalah Amerika Serikat. Dalam periode 1990-2005, pangsa Amerika Serikat dalam perdagangan jagung dunia sangat besar yaitu mencapai sekitar 63.42 persen. Dengan demikian, volume perdagangan jagung dunia sangat tergantung dari produksi, kebutuhan serta kebijakan Amerika dalam perdagangan jagung dunia. Negara yang termasuk eksportir utama berikutnya adalah Argentina dan China dengan pangsa masing-masing 9.90 persen dan 8.59 persen. Sedangkan pangsa ekspor Indonesia terhadap ekspor dunia hanya sebesar 0.16 persen.

Tabel 6. Perkembangan Ekspor Jagung pada Beberapa Negara Eksportir Utama Dunia, Tahun 1990-2005

(000 ton)

Negara Dunia Tahun

AS Argentina Cina Hungaria Indonesia Jumlah %

1990 52 172 2 998 3 405 156 142 72 039 14.90

1991 44 558 3 898 7 783 494 33 66 161 13.38

1992 43 236 6 093 10 340 2 525 150 73 842 13.84

1993 40 365 4 871 11 098 169 61 67 817 14.23

1994 35 877 4 154 8 740 181 37 65 147 11.45

1995 60 240 6 001 113 601 79 78 222 15.13

1996 52 410 6 425 159 129 27 71 754 12.18

1997 41 792 10 979 6 617 1 192 19 73 066 12.49

1998 42 125 12 442 4 687 2 109 633 76 095 12.36

1999 51 975 7 890 4 305 1 708 91 78 903 13.00

2000 47 971 10 847 10 466 1 007 28 82 124 13.86

2001 47 944 10 910 5 998 1 569 90 78 910 12.85

2002 47 173 12 191 6 306 1 898 86 79 557 12.68

2003 46 497 13 622 6 630 2 296 83 80 209 12.51

2004 45 809 15 221 6 971 2 778 79 80 867 12.34

2005 45 122 17 008 7 330 3 361 76 81 530 12.17

Rataan 46 579 9 097 6 309 1 386 107 75 390 12.43

Share 63.42 9.90 8.34 1.34 0.16 100.00 -

r(%/thn) 0.48 10.59 1.02 -2.83 5.20 1.49 -0.87

Sumber: FAO, 2005 (diolah)

Keterangan: a persentase terhadap total produksi dunia

Pada Tabel 6 juga tampak bahwa rata-rata volume jagung yang diperdagangkan di pasar dunia periode 1990-2005 hanya 75.3 juta ton atau 12.43 persen dari total produksi dunia, dimana volume tersebut cenderung


(37)

menurun sebesar 0.87 persen per tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar jagung dunia relatif bersifat tipis (thin market).

Perkembangan impor dunia periode 1990-2005 disajikan pada Tabel 7. Dalam periode tersebut, rata-rata impor dunia sebesar 75.8 juta ton dan cenderung meningkat sekitar 1.45 persen per tahun. Negara importir jagung utama dunia adalah Jepang. Pangsa impor jagung Jepang periode 1990-2005 sekitar 22.29 persen, disusul Korea Selatan dengan pangsa impor 10.11 persen, Taiwan 7.20 persen, Mexico dan Malaysia masing-masing 4.92 persen dan 2.78 persen. Sementara pangsa impor jagung Indonesia terhadap impor dunia relatif masih kecil (0.9 persen).

Tabel 7. Perkembangan Impor Jagung pada Beberapa Negara Importir Utama Dunia, Tahun 1990-2005

(000 ton) Negara

Tahun

Jepang Korsel Mexico Malaysia Indonesia Dunia

1990 16 008 6 158 4 104 1 480 9 73 632

1991 16 646 5 477 1 422 1 464 323 65 831

1992 16 382 6 612 1 306 1 816 56 72 304

1993 16 863 6 207 211 2 058 495 68 951

1994 15 930 5 749 2 747 1 969 1 118 63 212

1995 16 580 9 035 2 687 2 383 969 76 964

1996 16 004 8 679 5 843 2 227 617 71 103

1997 16 097 8 313 2 519 2 745 1 098 72 358

1998 16 049 7 111 5 212 1 841 314 72 845

1999 16 606 8 115 5 546 2 200 618 75 912

2000 16 111 8 715 5 348 2 249 1 265 81 896

2001 16 222 8 482 6 174 1 975 1 036 82 079

2002 16 390 8 729 6 403 2 027 1 154 82 883

2003 16 542 8 983 6 641 2 080 1 345 83 696

2004 16 699 9 244 6 887 2 134 1 355 84 516

2005 16 854 9 513 7 142 2 190 1 428 85 344

Rataan 16 374 7 820 4 387 2 052 825 75 845

Share 22.29 10.11 4.92 2.78 0.90 100.00

r(%/thn) -0.11 3.65 11.22 2.80 11.28 1.45


(38)

17

2.1.2. Profil Pasar Pakan

Perkembangan produksi pakan dan penggunaannya di Indonesia periode 1990-2005 menunjukkan bahwa selama periode tersebut rata-rata produksi pakan di Indonesia mencapai 4 juta ton, dimana setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan sebesar 7.25 persen (Tabel 8). Dari segi penggunaannya, tampak bahwa pada tahun 1990-1993 lebih dari 94 persen dari total produksi pakan digunakan untuk memenuhi permintaan peternak ayam ras, sisanya sekitar 6 persen untuk memenuhi permintaan lainnya. Dalam periode 1990-2005 rata-rata penggunaan pakan untuk ternak ayam ras 2.4 juta ton atau sekitar 48.2 persen. Tabel 8. Perkembangan Produksi Pakan dan Penggunaannya di Indonesia, Tahun

1990-2005

Kebutuhan Ternak Ayam Ras

Tahun Produksi

(000 ton)

Jumlah Pangsa (%)

Lainnyaa (%)

1990 1 598 1 545 96.68 3.32

1991 1 887 1 792 94.97 5.03

1992 1 806 1 774 98.23 1.77

1993 1 916 2 409 94.99 5.01

1994 3 340 2 841 85.06 19.94

1995 3 550 3 145 93.88 6.12

1996 4 296 3 448 80.26 19.74

1997 4 445 3 017 67.87 32.13

1998 2 086 1 665 79.82 20.18

1999 2 774 1 526 55.01 44.99

2000 4 497 2 497 55.53 44.47

2001 4 991 2 466 54.89 45.11

2002 5 511 2 571 52.07 40.53

2003 6 860 2 680 49.39 40.93

2004 7 180 2 794 46.85 41.41

2005 7 462 2 913 44.45 42.03

Rataan 4 012 2 443 48.19 41.23

r(%/thn) 7.25 1.77 -4.36 16.99

Keterangan: a Termasuk untuk kebutuhan selain ternak ayam ras dan stok

Walaupun dari segi jumlah permintaan pakan dari peternak ayam ras mengalami peningkatan sebesar 1.77 persen per tahun, namun dari sisi pangsanya terhadap total penawaran mengalami penurunan sebesar 4.36 persen per tahun.


(39)

Sementara itu, pangsa permintaan lainnya (peternakan lainnya dan stok) mengalami peningkatan hampir sekitar 16.99 persen per tahun.

Dalam perdagangan komponen pakan dunia, selama periode 1980-2001 jumlah yang diperdagangkan rata-rata 186.5 juta ton dengan peningkatan relatif lamban, hanya 0.01 persen per tahun (Tabel 9). Dari sisi ekspor, Indonesia melakukan ekspor komponen pakan hanya pada tahun 1989, 1991, 1992 dan 1995. Secara keseluruhan, pangsa ekspor Indonesia terhadap dunia sangat kecil, yaitu hanya sekitar 0.01 persen.

Tabel 9. Perkembangan Ekspor dan Impor Komponen Pakan Indonesia dan Dunia, Tahun 1980-2001

(000 ton)

Ekspor Impor Tahun

Indonesia Dunia Indonesia Dunia

1980 0 292 017 0 162 666

1981 0 215 977 90 161 111

1982 0 225 504 88 177 230

1983 0 181 758 1 253 631

1984 0 190 807 19 225 363

1985 0 123 925 389 198 054

1986 0 153 592 922 168 668

1987 0 316 958 196 174 345

1988 0 365 980 175 102 469

1989 162 312 072 230 102 859

1990 0 278 771 161 131 610

1991 44 129 213 137 71 105

1992 208 135 286 320 98 710

1993 0 114 466 433 74 937

1994 35 154 047 670 66 148

1995 253 161 297 3 886 40 400

1996 0 112 633 0 39 198

1997 0 202 150 0 58 861

1998 0 181 906 0 56 942

1999 0 136 417 0 57 402

2000 0 163 191 0 50 058

2001 0 191 838 0 44 326

Rataan 22 186 554 241 91 230

Share (%) 0.01 100 0.26 100

R (%/thn) - 0.1 - 0.31


(40)

19

Pada periode yang sama jumlah impor komponen pakan dunia rata-rata 91.2 ribu ton dengan peningkatan sekitar 0.31 persen. Dalam impor komponen pakan pada pasar dunia, kontribusi Indonesia juga masih sangat kecil yaitu 0.26 persen. Indonesia mulai mengimpor komponen pakan mulai tahun 1981 seiring mulai berkembangnya industri peternakan ayam ras di Indonesia.

2.1.3. Profil Pasar Daging Ayam Ras

Pada periode 1990-2005, rata-rata populasi ayam ras di Indonesia mencapai 601 juta ekor dan cenderung meningkat sebesar 1.18 persen per tahun (Tabel 10). Sementara itu, rata-rata produksi ayam ras pada periode yang sama mencapai 520 ribu ton, dengan peningkatan 2.76 persen per tahun. Kalau dari jumlah ekor dikonversi dalam bentuk daging, maka diperoleh rata-rata satu ekor ayam ras mampu menghasilkan daging sekitar 0.87 kg.

Tabel 10. Perkembangan Populasi, Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Ras di Indonesia, Tahun 1990-2005

Produksi

Tahun Populasi

a

(000 ekor) Jumlaha

(000 ton)

Pangsac (%)

Konsumsib (kg perkapita/thn)

1990 326 612 261.40 51.39 0.766

1991 407 908 326.40 55.94 0.973

1992 459 097 267.40 56.88 1.07

1993 528 159 422.70 60.51 1.18

1994 622 965 498.50 60.59 1.37

1995 689 467 551.80 63.01 1.51

1996 755 956 605.00 63.89 1.64

1997 641 374 515.30 57.35 1.41

1998 354 004 285.00 45.88 0.780

1999 324 347 294.50 47.24 0.780

2000 530 874 515.00 62.98 1.36

2001 621 870 537.00 62.88 1.56

2002 865 075 751.90 64.03 1.66

2003 847 744 771.10 65.20 1.77

2004 778 970 846.10 66.40 1.88

2005 864 246 883.40 67.61 2.00

Rataan 601 167 520.78 59.49 1.53

r(%/thn) 1.18 2.76 0.25 2.46

Sumber : a Statistik Peternakan, 1990-2005 (diolah)

b Neraca Bahan Makanan Indonesia, 2005 (diolah)


(41)

Pangsa produksi daging ayam ras terhadap produksi daging Indonesia selama periode 1990-2005 berkisar 45.88-67.61 persen, dengan rata-rata 59.49 persen per tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa peranan daging ayam ras dalam penyediaan daging nasional sangat besar, apalagi dikaitkan dengan pangsanya yang cenderung meningkat sebesar 0.25 persen per tahun. Dari sisi konsumsi menunjukkan bahwa pada periode yang sama rata-rata konsumsi daging ayam ras di Indonesia sebanyak 1.53 kg/kapita/tahun dan mengalami peningkatan 2.46 persen per tahun.

Tabel 11. Perkembangan Ekspor dan Impor Daging Ayam Ras Indonesia, Tahun 1990-2005

(000 ton)

Tahun Ekspor (X) Impor (M) Net (X-M)

1990 0.89 0.12 0.77

1991 0.60 0.17 0.43

1992 1.21 1.18 0.03

1993 0.63 0.48 0.15

1994 1.10 2.00 -0.90

1995 1.00 1.48 -0.48

1996 2.18 0.49 1.69

1997 0.00 0.45 -0.45

1998 3.99 0.35 3.64

1999 2.87 8.14 -5.27

2000 5.54 14.02 -8.48

2001 1.84 14.54 -12.70

2002 3.08 9.49 -6.41

2003 3.72 17.55 -13.83

2004 0.12 18.05 -17.93

2005 0.46 18.79 -18.33

Total 29.23 107.29 -78.06

Rataan 1.83 6.71 -4.88

r(%/thn) 16.54 24.80 30.27

Sumber : FAO, 2005 (diolah)

Dengan rata-rata pertumbuhan penduduk yang masih tinggi (1.62 persen per tahun) dan didukung oleh semakin terjangkaunya harga daging

ayam, maka dapat diperkirakan bahwa permintaan daging ayam ras pada masa mendatang akan mengalami peningkatan yang cukup tajam. Artinya dalam upaya mengurangi ketergantungan pada pasar daging ayam dunia, maka peningkatan


(42)

21

produksi daging ayam ras dalam negeri masih sangat potensial, mengingat sampai saat Indonesia lebih banyak berstatus sebagai negara net importir, seperti yang disajikan pada Tabel 11.

Dalam periode 1990-2005 dalam perdagangan daging ayam ras dunia, dari sisi volume Indonesia hanya pada tahun 1990, 1991, 1992, 1993 dan 1998 mengalami surplus perdagangan. Selama periode tersebut rata-rata volume ekspor dan impor daging ayam ras Indonesia berturut-turut 1.83 ribu ton dan 6.71 ribu ton atau defisit sekitar 4.9 ribu ton, dengan laju peningkatan berturut-turut 16.54 persen, 24.80 persen dan 30.27 persen per tahun.

Perkembangan produksi daging ayam ras pada negara produsen utama dunia disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Perkembangan Produksi Daging Ayam Ras pada Beberapa Negara Produsen Utama Dunia, Tahun 1990-2005

(000) ton Negara

Tahun

AS Cina Brazil Jepang Perancis Indonesia Dunia

1990 8 667 2 663 2 356 1 391 1 049 261 35 511

1991 9 194 3 171 2 628 1 357 1 101 326 37 270

1992 9 801 3 590 2 872 1 365 1 110 267 38 916

1993 10 219 4 572 3 143 1 318 1 145 423 41 382

1994 10 965 5 155 3 412 1 256 1 240 499 43 757

1995 11 468 6 056 4 050 1 252 1 232 552 46 638

1996 12 072 6 159 4 052 1 236 1 354 605 47 882

1997 12 497 7 244 4 461 1 234 1 342 515 50 907

1998 12 763 7 954 4 854 1 212 1 342 285 53 078

1999 13 618 8 369 5 526 1 211 1 275 295 55 957

2000 13 944 9 025 5 981 1 195 1 242 515 58 518

2001 14 267 9 310 6 223 1 184 1 208 537 60 269

2002 14 913 10 369 6 772 1 167 1 223 752 63 162

2003 15 589 11 547 7 369 1 150 1 239 771 66 194

2004 16 295 12 860 8 019 1 133 1 255 846 69 371

2005 17 033 14 323 8 726 1 116 1 271 883 72 701

Total 203 305 122 367 80 445 19 777 19 629 8 333 841 512

Rataan 12 707 7 648 5028 1 236 1 227 521 52 595

Share 24.47 12.85 8.69 2.67 2.57 1.50 100.00

r(%/thn) 4.65 12.69 9.33 -1.44 1.39 5.95 4.93


(43)

Rata-rata produksi daging ayam dunia adalah 52.6 juta ton, dimana sebanyak 24.47 persen dihasilkan oleh Amerika Serikat. Pangsa Amerika Serikat diduga akan terus naik, mengingat produksi daging ayamnya mengalami peningkatan sebesar 4.65 persen per tahun. Sementara produsen daging ayam utama berikutnya adalah Cina dan Brazil dengan pangsa masing-masing 12.85 persen dan 8.69 persen. Kedua negara tersebut juga diperkirakan pangsa produksinya terus meningkat, karena peningkatan produksi daging ayam ras di kedua negara tersebut cukup besar yaitu masing-masing 12.29 persen dan 9.33 persen per tahun. Kontribusi Jepang sebagai produsen daging ayam ras dunia diperkirakan akan turun, mengingat produksi daging ayam ras di negara ini cenderung menurun sebesar 1.44 persen per tahun. Sementara itu, pangsa produksi daging ayam ras Indonesia terhadap dunia hanya sekitar 1.50 persen.

Dalam pasar daging ayam ras dunia, negara Amerika Serikat merupakan eksportir utama dunia. Selama periode 1990-2005, rata-rata pangsa ekspornya sekitar 35.96 persen dan cenderung mengalami peningkatan yang cukup tajam yaitu 13.29 persen per tahun (Tabel 13). Eksportir utama berikutnya adalah Brazil dan Perancis dengan pangsa masing-masing 12.25 persen dan 9.26 persen. Pangsa ekspor Amerika, Brazil, Belanda dan Cina diperkirakan akan terus meningkat, karena negara-negara tersebut mengalami peningkatan volume ekspor yang cukup tajam yaitu berkisar 7.93-17.76 persen per tahun. Sementara itu, pangsa ekspor Perancis diperkirakan relatif tidak banyak berubah, karena negara ini mengalami peningkatan volume ekspor hanya sebesar 1.12 persen per tahun. Dalam perdagangan daging ayam ras dunia, pangsa ekspor Indonesia relatif sangat rendah, yaitu 0.02 persen, walaupun mengalami peningkatan yang cukup tajam


(44)

23

akibat jumlahnya sangat fluktuatif. Secara umum volume perdagangan daging ayam ras dunia hanya sebesar 9.50 persen dari total produksi dunia, dengan peningkatan sebesar 6.34 persen per tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar daging ayam ras dunia juga bersifat tipis.

Tabel 13. Perkembangan Ekspor Daging Ayam Ras pada Beberapa Negara Eksportir Dunia, Tahun 1990-2001

(000 ton)

Negara Dunia Tahun

AS Brazil Perancis Belanda Cina Indonesia Jumlah %a

1990 529.14 292.20 340.0 248.0 73.4 0.89 2 201.10 6.20 1991 582.93 313.80 382.8 274.5 95.0 0.60 2 337.40 6.27 1992 698.33 370.70 396.6 302.9 106.0 1.21 2 689.00 6.91 1993 917.07 511.40 444.6 316.7 164.8 0.63 3 198.40 7.73 1994 1 347.54 485.20 446.8 356.4 200.0 1.10 3 785.30 8.65 1995 1 811.95 429.00 479.6 381.5 319.9 1.00 4 554.20 9.76 1996 2 129.91 558.60 499.3 433.7 520.6 2.18 5 358.50 11.19 1997 2 224.23 373.80 469.8 447.2 529.8 0.00 5 430.00 10.67 1998 2 249.96 612.50 500.7 467.3 551.2 3.99 5 958.30 11.23 1999 2 284.37 770.60 453.1 561.3 707.9 2.87 6 302.80 11.26 2000 2 613.62 906.80 415.1 581.1 775.0 5.54 6 889.40 11.77 2001 2 794.69 1 249.30 370.1 586.6 660.6 1.84 7 424.00 12.32 2002 2 335.88 1 599.92 372.95 632.47 792.52 3.08 8 244.35 13.09 2003 2 448.71 1 922.04 375.82 681.93 950.79 3.72 9 155.35 13.91 2004 2 343.29 2 424.52 378.72 735.26 1 140.66 0.12 10 167.02 14.77 2005 2 648.19 2 799.50 381.63 792.76 1 368.45 0.46 11 290.48 15.70 Rataan 1 872.49 976.24 377.28 710.60 1 063.11 1.83 5 936.60 9.50 Share(%) 35.96 12.25 9.26 8.83 8.38 0.02 100.00 -

r(%/thn) 13.29 8.61 1.12 7.93 17.76 16.54 10.71 6.34

Sumber : FAO, 2005 (diolah)

Keterangan : a Persentase terhadap total produksi dunia

Dari sisi permintaan (impor), dalam periode 1990-2005 Rusia merupakan importir daging ayam ras dunia (Tabel 14). Pangsa impor negara ini sebesar 14.76 persen dan cenderung meningkat sebesar 17.27 persen per tahun. Negara importir utama berikutnya adalah Cina dan Jepang dengan pangsa yang hampir sama yaitu berkisar 11.26 -11.10 persen. Pangsa impor daging ayam ras Jerman dan Saudi Arabia juga hampir sama yaitu berkisar 5.57-5.71 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa pangsa impor daging ayam ras hampir terdistribusi merata pada banyak negara. Pangsa impor daging ayam ras Indonesia sama halnya


(45)

dengan pangsa ekspornya relatif masih sangat rendah terhadap volume impor dunia, sehingga dapat dipastikan adanya perubahan impor daging ayam ras Indonesia tidak berpengaruh banyak terhadap harga daging ayam ras dunia.

Tabel 14. Perkembangan Impor Daging Ayam Ras pada Beberapa Negara Importir Utama Dunia, Tahun 1990-2005

(000) ton Negara

Tahun

Cina Jepang Rusia Jerman Saudi

Arabia Indonesia

Dunia

1990 162.93 291.23 0.00 213.6 210.1 0.12 2 182.60

1991 206.32 347.31 0.00 246.9 244.2 0.17 2 326.70

1992 276.98 393.96 45.7 253.3 174.0 1.18 2 596.30

1993 339.13 390.32 73.9 213.8 168.4 0.48 2 766.00

1994 467.47 444.11 500.6 227.6 140.7 2.00 3 418.80

1995 647.15 535.96 825.4 214.1 262.8 1.48 4 277.00

1996 710.34 546.57 752.0 264.9 230.3 0.49 4 526.00

1997 772.44 496.14 759.6 239.5 209.8 0.45 4 668.70

1998 802.78 497.25 617.3 256.1 272.5 0.35 5 008.70

1999 1 061.03 551.36 131.9 203.6 362.0 8.14 5 546.90

2000 993.78 568.27 580.1 195.4 266.4 14.02 5 971.50

2001 879.85 523.09 1 219.30 232.9 290.3 14.54 6 353.00

2002 498.70 524.44 1 664.10 234.72 298.81 9.49 6 969.88

2003 565.08 466.11 2 271.16 236.55 307.56 17.55 7 646.65

2004 180.73 353.79 3 099.69 238.39 316.57 18.05 8 389.14

2005 121.86 308.74 4 230.45 240.25 325.85 18.79 9 203.73

Total 8 686.57 7 238.65 12 484.70 949.91 1 248.79 107.29 81 851.60

Rataan 542.91 452.42 1783.53 237.48 312.20 6.71 5 115.72

Share (%) 11.26 11.10 14.76 5.57 5.71 0.06 100.00

r(%/thn) 13.62 4.76 17.27 -0.46 4.58 24.56 9.70

Sumber: FAO, 2005 (diolah)

2.2. Kebijakan Pemerintah dalam Kelembagaan Usaha Ternak Ayam Ras

Era sebelum diterbitkan Keppres nomor 22 Tahun 1991 telah diimplementasikan (1) Program Bimmas, (2) Pola Pembinaan Usaha melalui Keppres 50/1981 dan (3) Pola PIR Perunggasan. Ketiga pola tersebut diatas ternyata perkembangannya tidak seperti apa yang diharapkan semula.

Misi dari Keppres 50 pada dasarnya hendak memberikan ruang dan peluang yang lebih baik kepada usaha ternak skala kecil yang sudah ada untuk tetap hidup dan anggota masyarakat yang memiliki modal terbatas yang berminat


(46)

25

pada lapangan usaha ini, dapat memasukinya dengan nyaman karena dapat memberikan keuntungan yang memadai dalam meningkatkan pendapatan. Namun harapan ini tidak terpenuhi karena para peternak skala kecil belum dapat mengatasi gejolak harga sarana produksi ternak (terutama pakan) dan gejolak harga produk ayam ras, serta tidak dapat memperbaiki bargaining position mereka yang lemah. Di lain pihak, koperasi/KUD yang diharapkan tampil untuk mengatasi kendala yang dialami para peternak kecil, ternyata juga tidak berkembang dalam memberikan pelayanan, baik dalam hal pengadaan sapronak maupun penyaluran produk ayam ras (Pusat Penelitian Agro Ekonomi dan Fapet UNPAD, 1983).

Sebagai kelanjutan dari penataan usaha ternak ayam ras, pada tahun 1984 pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan melalui Keputusan Menteri Pertanian No. TN 330/342/KPTS/5/1984 tentang Petunjuk Pelaksanaan Usaha Peternakan Ayam Keppres 50/1981, yang lebih dikenal dengan pola usaha Perusahaan Inti Rakyat (PIR) perunggasan. Dari kebijaksanaan ini diharapkan usaha ternak skala kecil akan didukung oleh pihak yang memiliki kemampuan yang lebih besar, baik dalam permodalan, pengetahuan, teknologi serta manajemen, sehingga usaha ternak ayam ras skala kecil akan lebih berkembang dan dapat memperoleh keuntungan yang seimbang antara unsur yang berkaitan dengan pola tersebut.

Setelah tiga sampai empat tahun pola PIR dilaksanakan, ternyata masih ditemukan berbagai kendala dan masalah yang dihadapi Inti. Poultry shop yang bertindak sebagai Inti tidak aktif dalam pembinaan plasmanya. Hal ini terjadi karena pola PIR membawa konsekuensi perubahan pola usaha (manajemen dan permodalan) dari usaha dagang yang bergerak di bidang produksi, dimana mereka


(1)

Lampiran 4. Lanjutan

h0 2987.553761 h1 -128.383428 h2 -909.287129 h3 614.278855 h4 -51.911479 h5 0.106664

i0 -38.289540 i1 0.165130 i2 -0.015905 i3 -0.019706 i4 0.000586 i5 -2.290469 i6 5.732866 i7 0.238137

j0 -342.567306 j1 -0.013649 j2 0.018018 j3 0.037836 j4 0.012256 j5 0.079196 j6 -171.398868 j7 0.536641

k0 4257.191096 k1 -3.974155 k2 1.753426 k3 0.174710 k4 59.048662 k5 0.465083

l0 -2.770036 l1 -0.000080466 l2 0.000298 l3 0.803216 l4 2.874758 l5 0.008137 l6 -0.173100 l7 0.000382 l8 0.642445

m0 -4.322071 m1 1.656166 m2 -0.009334 m3 0.000255 m4 -0.002410 m5 0.867969 m6 0.077706 m7 0.118256

n0 7179.470110 n1 0.638696 n2 0.553845 n3 -351.923771 n4 0.364121 o0 12904 o1 -0.895827 o2 0.807346 o3 -0.000535 o4 785.171515 o5 0.181727;

PJI = a0 + a1*(HJDR-LHJDR) + a2*LAJ + a3*HPKR + a4*WR + a5*SBR + a6*D + a7*T + a8*LPJI;

DJP = b0 + b1*HJDR + b2*(LHPDR/LHJDR) + b3*(HKDR/LHKDR) + b4*LDJP; HJDR = c0 + c1*(SJI/LSJI) + c2*DJI + c3*HJWR + c4*LHJDR;

MJI = d0 + d1*LHJDR + d2*HJWR + d3*NTR + d4*POP + d5*(PDBR/LPDBR) + d6*(LTJ-TJ) + d7*LMJI;

HJWR = e0 + e1*(XJW/LXJW) + e2*MJW + e3*T + e4*LHJWR;

PPD = f0 + f1*LHPDR + f2*LHJDR + f3*LHKIR + f4*LSBR + f5*T + f6*LPPD; DPI = g0 + g1*HPDR + g2*HDDR + g3*PA + g4*LDPI;

HPDR = h0 + h1*(SPI/DPI) + h2*HJWR + h3*D + h4*T + h5*LHPDR;

PDD = i0 + i1*(HDDR/(HDDR-LHDDR)) + i2*(HDOCR-LHDOCR) + i3*(HPDR-LHPDR) + i4*PA + i5*(SBR/LSBR) + i6*T + i7*LPDD;

DDD = j0 + j1*LHDDR + j2*LHTR + j3*LHIR + j4*HSDR + j5*PPK + j6*D + j7*LDDD; HDDR = k0 + k1*SDD + k2*DDD + k3*LHDWR + k4*D + k5*LHDDR;

MDI = l0 + l1*(HDMR-LHDMR) + l2*HDDR + l3*(DDD/LDDD) + l4*(PDBR/LPDBR) + l5*(POP/(POP-LPOP)) + l6*LTA + l7*NT + l8*LMDI;

XDI = m0 + m1*(PDD/LPDD) + m2*(HDDR/(HDDR-LHDDR)) + m3*HDWR + m4*(NTR/(NTR-LNTR)) + m5*D + m6*T + m7*LXDI;

HDMR = n0 + n1*(HDWR-LHDWR) + n2*NTR + n3*T + n4*LHDMR; HDWR = o0 + o1*XDW + o2*LMDW + o3*PDW + o4*T + o5*LHDWR; SJI = PJI + MJI - XJI;

DJI = DJP + DJM + DJIP; MJW = MJI + MJJ + MJRW; XJW = XJUS + XJI + XJRW; SPI = PPD + STP;

XDW = XDUS + XDB + XDI + XDRW; MDW = MDC + MDJ + MDI + MDRW; SDD = PDD + MDI - XDI;

RANGE TAHUN = 2000 TO 2005; RUN;


(2)

163

Lampiran 5. Hasil Validasi Model Pasar Jagung, Pakan, dan Daging Ayam Ras di

Indonesia

The SAS System 21:03 Wednesday, March 19, 1997 1

SIMNLIN Procedure

Model Summary

Model Variables 23

Endogenous 23

Parameters 100

RANGE Variable TAHUN Equations 23

Number of Statements 47 Program Lag Length 1

The SAS System 21:03 Wednesday, March 19, 1997 2 SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Solution Summary Dataset Option Dataset DATA= AYAM00 OUT= DAGING Variables Solved 23

Simulation Lag Length 1

Solution RANGE TAHUN First 2000

Last 2005

Solution Method NEWTON CONVERGE= 1E-8 Maximum CC 1.67731E-9 Maximum Iterations 3

Total Iterations 17

Average Iterations 2.83 Observations Processed Read 7

Lagged 1

Solved 6

First 21

Last 26

Variables Solved For: PJI SJI DJI DJP HJDR MJI MJW XJW HJWR PPD PDD SDD HPDR SPI DPI HDDR DDD MDI XDI HDMR MDW XDW HDWR


(3)

Lampiran 5. Lanjutan

The SAS System 21:03 Wednesday, March 19, 1997 3

SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Solution Range TAHUN = 2000 To 2005

Descriptive Statistics

Actual Predicted

Variable Nobs N Mean Std Mean Std Label

PJI 6 6 10037 485.7923 10063 474.7914 produksi jagung SJI 6 6 11227 611.8310 11250 738.6768 penawaran jagung DJI 6 6 10275 737.0817 9999 586.4419 permintaan jagung

DJP 6 6 2607 191.4687 2331 153.9033 permintaan jagung industri pakan HJDR 6 6 1218 133.2180 1392 65.6967 harga riil jagung domestik MJI 6 6 1264 145.4549 1260 289.0095 impor jagung

MJW 6 6 82251 253.2192 82248 426.0481 impor jagung dunia XJW 6 6 93432 2322 93505 2314 ekspor jagung dunia HJWR 6 6 0.1051 0.0156 0.1234 0.0493 harga riil jagung dunia PPD 6 6 6084 1244 4727 991.6056 produksi pakan

PDD 6 6 717.4167 156.0151 682.5898 130.1020 produksi daging ayam ras SDD 6 6 730.3633 159.0169 695.9339 132.1225 penawaran daging ayam ras

HPDR 6 6 2082 172.8443 2166 82.1801 harga riil pakan ayam ras domestik SPI 6 6 8613 1453 7256 1205 penawaran pakan ayam ras

DPI 6 6 2606 134.2943 2736 366.2664 permintaan pakan ayam ras

HDDR 6 6 7376 1644 8077 1581 harga riil daging ayam ras domestik DDD 6 6 552.0500 35.5044 515.7026 34.2578 permintaan daging ayam ras MDI 6 6 15.4067 3.4845 15.6414 1.2453 impor daging ayam ras XDI 6 6 2.4600 2.0649 2.2973 1.5030 ekspor daging ayam ras

HDMR 6 6 4533 1017 4410 1688 harga riil daging ayam ras impor MDW 6 6 6472 295.8810 6472 295.0492 impor daging ayam ras dunia XDW 6 6 9252 1072 9252 1073 ekspor daging ayam ras dunia HDWR 6 6 7463 1357 7566 923.9555 harga riil daging ayam ras dunia

Statistics of Fit

Mean Mean % Mean Abs Mean Abs % RMS RMS %

Variable N Error Error Error Error Error Error R-Square

PJI 6 26.0649 0.2925 179.2005 1.84288 228.8145 2.3969 0.7338 SJI 6 22.8722 0.1876 233.8366 2.11916 302.7729 2.7659 0.7061 DJI 6 -275.8581 -2.5763 393.7114 3.78793 408.2607 3.8779 0.6318 DJP 6 -275.8581 -9.8325 393.7114 14.99015 408.2607 15.3878 -4.4558 HJDR 6 174.7944 14.9789 174.7944 14.97885 186.4390 16.2414 -1.3503 MJI 6 -3.1927 -1.0840 133.0111 10.43450 161.2000 12.6187 -0.4739 MJW 6 -3.1927 -0.004413 133.0111 0.16178 161.2000 0.1962 0.5137 XJW 6 73.6667 0.0790 73.6667 0.07905 76.5789 0.0822 0.9987 HJWR 6 0.0183 14.3184 0.0346 32.37711 0.0378 35.1630 -6.0655 PPD 6 -1357 -22.3203 1357 22.32027 1389 22.4602 -0.4945 PDD 6 -34.8269 -4.1538 55.3629 7.52550 66.7204 8.5509 0.7805 SDD 6 -34.4294 -4.0075 54.7022 7.26176 67.5328 8.4221 0.7836 HPDR 6 84.0209 4.3711 110.9974 5.52145 125.2867 6.3363 0.3695 SPI 6 -1357 -15.6877 1357 15.68775 1389 15.8050 -0.0958 DPI 6 129.6775 4.8112 261.4345 10.09367 300.7543 11.7036 -5.0185 HDDR 6 700.7640 9.9842 700.7640 9.98419 840.8154 11.6597 0.6860 DDD 6 -36.3474 -6.4684 37.1643 6.62613 46.2854 8.2575 -1.0394 MDI 6 0.2348 6.4726 1.9622 16.23011 2.7894 27.5268 0.2310 XDI 6 -0.1627 -29.1992 1.0175 160.12373 1.1343 248.6564 0.6379 HDMR 6 -123.2570 -5.7835 605.3132 15.12027 678.6368 18.6838 0.4652 MDW 6 0.2348 0.004103 1.9622 0.03019 2.7894 0.0432 0.9999 XDW 6 -0.1627 -0.002479 1.0175 0.01114 1.1343 0.0126 1.0000 HDWR 6 103.1214 2.4845 621.2180 7.86758 769.0854 9.0971 0.6148


(4)

165

Lampiran 5. Lanjutan

The SAS System 21:03 Wednesday, March 19, 1997 5

SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Solution Range TAHUN = 2000 To 2005

Theil Forecast Error Statistics

MSE Decomposition Proportions Inequality Coef Variable N MSE Corr Bias Reg Dist Var Covar U1 U (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC)

PJI 6 52356 0.866 0.013 0.047 0.940 0.002 0.985 0.0228 0.0114 SJI 6 91671 0.897 0.006 0.328 0.666 0.146 0.848 0.0269 0.0134 DJI 6 166677 0.901 0.457 0.030 0.514 0.113 0.430 0.0396 0.0201 DJP 6 166677 -.820 0.457 0.484 0.060 0.007 0.536 0.1563 0.0825 HJDR 6 34760 0.972 0.879 0.098 0.023 0.109 0.012 0.1524 0.0712 MJI 6 25985 0.874 0.000 0.840 0.160 0.661 0.339 0.1269 0.0630 MJW 6 25985 0.994 0.000 0.975 0.025 0.958 0.042 0.0020 0.0010 XJW 6 5864 1.000 0.925 0.008 0.067 0.008 0.067 0.0008 0.0004 HJWR 6 0.00143 0.887 0.234 0.736 0.030 0.665 0.101 0.3563 0.1592 PPD 6 1928864 0.983 0.954 0.023 0.023 0.028 0.018 0.2244 0.1262 PDD 6 4452 0.921 0.272 0.034 0.693 0.126 0.602 0.0912 0.0468 SDD 6 4561 0.921 0.260 0.037 0.703 0.132 0.608 0.0907 0.0465 HPDR 6 15697 0.925 0.450 0.320 0.230 0.436 0.114 0.0600 0.0294 SPI 6 1928864 0.987 0.954 0.023 0.023 0.027 0.019 0.1594 0.0865 DPI 6 90453 0.649 0.186 0.718 0.096 0.496 0.318 0.1153 0.0561 HDDR 6 706971 0.951 0.695 0.000 0.305 0.005 0.301 0.1117 0.0534 DDD 6 2142 0.596 0.617 0.067 0.316 0.001 0.383 0.0837 0.0433 MDI 6 7.78052 0.510 0.007 0.030 0.963 0.537 0.456 0.1773 0.0888 XDI 6 1.28653 0.807 0.021 0.017 0.962 0.204 0.775 0.3660 0.1964 HDMR 6 460548 0.976 0.033 0.878 0.089 0.817 0.150 0.1467 0.0730 MDW 6 7.78052 1.000 0.007 0.072 0.921 0.074 0.919 0.0004 0.0002 XDW 6 1.28653 1.000 0.021 0.298 0.681 0.298 0.681 0.0001 0.0001 HDWR 6 591492 0.797 0.018 0.035 0.947 0.265 0.717 0.1017 0.0507

Theil Relative Change Forecast Error Statistics

Relative Change MSE Decomposition Proportions Inequality Coef

Variable N MSE Corr Bias Reg Dist Var Covar U1 U (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC)

PJI 6 0.0005775 0.803 0.009 0.144 0.847 0.468 0.524 0.5275 0.2971 SJI 6 0.0008965 0.910 0.000 0.364 0.635 0.603 0.396 0.4332 0.2477 DJI 6 0.00166 0.949 0.407 0.344 0.249 0.256 0.337 0.5075 0.2422 DJP 6 0.02818 0.992 0.318 0.675 0.007 0.667 0.015 1.1714 0.4297 HJDR 6 0.02368 0.669 0.846 0.138 0.016 0.099 0.055 2.4000 0.8756 MJI 6 0.04135 0.898 0.045 0.231 0.723 0.460 0.495 0.4604 0.2741 MJW 6 4.17184E-6 0.999 0.002 0.582 0.416 0.605 0.393 0.0634 0.0324 XJW 6 6.57784E-7 1.000 0.920 0.079 0.001 0.079 0.001 0.0242 0.0121 HJWR 6 0.10745 -.654 0.149 0.846 0.005 0.586 0.264 4.5589 0.9104 PPD 6 0.07638 0.984 0.946 0.037 0.017 0.042 0.012 0.9850 0.6222 PDD 6 0.01077 0.946 0.290 0.013 0.698 0.063 0.647 0.2966 0.1609 SDD 6 0.01032 0.944 0.275 0.006 0.720 0.048 0.677 0.2939 0.1585 HPDR 6 0.00366 0.035 0.470 0.370 0.159 0.050 0.480 1.3545 0.7330 SPI 6 0.03319 0.977 0.969 0.011 0.020 0.015 0.017 0.9901 0.6279 DPI 6 0.02016 0.843 0.061 0.188 0.751 0.471 0.468 0.5435 0.3026 HDDR 6 0.00968 0.810 0.775 0.016 0.209 0.000 0.224 0.7367 0.4652 DDD 6 0.01322 0.980 0.521 0.264 0.215 0.315 0.164 0.3769 0.2224 MDI 6 0.03753 0.898 0.003 0.079 0.918 0.253 0.744 0.4058 0.2208 XDI 6 28.04429 0.884 0.141 0.847 0.012 0.797 0.061 3.9521 0.6780 HDMR 6 0.02649 0.672 0.091 0.761 0.148 0.492 0.417 1.3816 0.4573 MDW 6 1.90306E-7 1.000 0.008 0.028 0.964 0.030 0.962 0.0087 0.0044 XDW 6 1.89027E-8 1.000 0.036 0.013 0.951 0.012 0.951 0.0017 0.0008 HDWR 6 0.00881 0.552 0.026 0.001 0.973 0.250 0.724 0.7268 0.4450


(5)

Sim 1 Sim 2 Sim 3 Sim 4 Sim 5 Sim 6 Sim 7 Sim 8 Sim 9

PJI (Produksi Jagung) -0.1590 -0.1590 0.0199 -0.6956 0.0099 0.0000 0.0497 0.0000 0.0000

SJI (Penawaran Jagung) -2.4889 -0.1422 0.0444 1.0044 -2.3556 0.0089 -0.0711 0.0000 0.0000

DJI (Permintaan Jagung) -0.0900 0.0100 3.7104 -0.7301 -0.1000 0.0600 -0.3900 -0.0100 0.0000 DJP (Permintaan Jagung Industri Pakan) -0.3861 0.0000 15.9159 -3.1746 -0.4290 0.2574 -1.6731 -0.0429 0.0000 HJDR (Harga Riil Jagung Domestik) 0.3592 0.0718 0.3592 25.0000 0.3592 -0.0718 0.9339 0.0000 0.0000

MJI (Impor Jagung) -20.8799 0.0794 0.2381 14.6032 -21.0273 0.0794 -0.9524 0.0000 0.0000

MJW (Impor Jagung Dunia) -0.3210 0.0000 0.0036 0.2225 -0.3234 0.0012 5.9929 0.0000 0.0000 XJW (Expor Jagung Dunia) 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 15.0003 0.0000 0.0000 0.0000 HJWR (Harga Riil Jagung Dunia) -2.0259 0.0000 0.0000 1.4587 -2.0259 -3.3225 36.8720 0.0000 0.0000 PPD (Produksi Pakan Ayam Ras) -1.4174 -0.9943 0.3385 -19.4415 -0.4231 0.1269 -0.6981 0.0000 0.0000 SPI (Penawaran Pakan Ayam Ras) -0.9234 -0.6477 0.2205 -12.6516 -0.2756 0.0827 -0.4548 0.0000 0.0000 DPI (Permintaan Pakan Ayam Ras) -0.1096 -0.1096 -7.8947 -1.0234 -0.1462 -0.0731 0.6944 -0.9503 0.3289 HPDR (Harga Riil Pakan Ayam Ras Domestik) 0.2308 0.0923 25.0000 25.0000 0.1385 0.1385 -1.8929 -0.1847 0.0462 PDD (Produksi Daging Ayam Ras) -0.0034 0.2354 0.4133 0.0774 -0.0014 -0.0002 0.0304 0.0232 -0.0075 SDD (Penawaran Daging Ayam Ras) -0.0090 0.2295 0.4032 0.1676 0.4018 -0.0001 0.0296 0.0434 -0.0141 DDD (Permintaan Daging Ayam Ras) -0.0021 0.0373 0.0608 -7.3252 0.0601 -0.0005 0.0063 0.5392 -0.1676 HDDR (Harga Riil Daging Ayam Ras Domestik) 0.0124 -0.1238 -0.2105 25.0000 -0.2105 0.0000 -0.0124 -2.1419 0.7552 MDI (Impor Daging Ayam Ras) -0.2545 -0.0371 -0.0614 4.3033 17.9428 0.0006 -0.0058 -0.5716 0.1956 XDI (Ekspor Daging Ayam Ras) -0.0044 0.1524 0.2220 1.5366 0.0174 0.0000 0.0131 -10.1206 3.3953 HDMR (Harga Riil Daging Ayam Ras Impor) 26.3265 0.0000 0.0000 0.0000 26.3265 0.0000 0.0000 -3.1293 0.8844 MDW (Impor Daging Ayam Ras Dunia) 0.0000 0.0000 0.0000 0.0155 0.0464 0.0000 0.0000 0.0000 4.6354 XDW (Ekspor Daging Ayam Ras Dunia) 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 8.2036 0.0000 HDWR (Harga Riil Daging Ayam Ras Dunia) 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0264 0.0000 0.0000 -10.5736 3.5289 Keterangan:

Sim 1 : Penurunan Tingkat Suku Bunga Bank 30% dan Depresiasi Rupiah 20% Sim 2 : Peningkatan Harga DOC 25% dan Penurunan Tingkat Suku Bunga Bank 30% Sim 3 : Peningkatan Harga Pakan dan DOC 25%

Sim 4 : Peningkatan Harga Jagung, Pakan, dan Daging Ayam Ras 25%

Sim 5 : Penghapusan Tarif Impor Jagung dan Daging Ayam & Depresiasi Rupiah 20%

Sim 6 : Peningkatan Ekspor Jagung USA 30%

166

Sim 7 : Peningkatan Impor Jagung Jepang 30% Sim 8 : Peningkatan Ekspor Daging Ayam USA 30%


(6)

Lampiran 7. Dampak Perubahan Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Indikator Kesejahteraan Ekonomi, Tahun 2000-2005

Perubahan Indikator Kesejahteraan

Simulasi Faktor Internal Simulsi Faktor Eksternal

No Indikator Satuan

Sim 1 Sim 2 Sim 3 Sim 4 Sim 5 Sim 6 Sim 7 Sim 8 Sim 9 1 Perubahan Surplus Produsen

a. Jagung Rp Miliar 55.5500 11.2420 56.2625 3934.6620 55.5875 -11.2505 146.1980 0.0000 0.0000 b. Pakan Rp Miliar 36.1125 14.4650 3933.4560 3680.5755 21.7380 21.7770 -296.8195 -29.0240 7.2560 c. Daging Ayam Ras Rp Miliar 0.6959 -6.9673 -11.8547 1406.4420 -11.8546 0.0000 -0.6960 -120.4227 42.4490 Total Rp Miliar 92.3584 18.7397 3977.8638 9021.6795 65.4709 10.5265 -151.3175 -149.4467 49.7050 2 Perubahan Surplus Konsumen

a. Jagung Rp Miliar 49.9725 9.9995 50.9225 3466.9500 49.9700 -10.0020 129.7335 0.0000 0.0000 b. Pakan Rp Miliar 13.6725 5.4690 1423.0620 1473.9630 8.2020 8.2050 -112.5655 -10.8920 2.7405 c. Daging Ayam Ras Rp Miliar 0.5157 -5.1580 -8.7696 1003.1926 -8.7696 0.0000 -0.5157 -89.4571 31.4315 Total Rp Miliar 64.1607 10.3105 1465.2149 5944.1056 49.4024 -1.7970 16.6523 -100.3491 34.1720 3 Perubahan Penerimaan Pemerintah dariTarif Impor

a. Jagung Rp Miliar -5.2818 0.0186 0.0559 3.8234 -23.4926 -0.7625 8.3559 0.0000 0.0000 b. Daging Ayam Ras Rp Miliar -0.0176 -0.0026 -0.0042 0.2969 -6.8994 0.0000 -0.0004 -0.7648 0.2574 Total Rp Miliar -5.2994 0.0161 0.0517 4.1203 -30.3920 -0.7625 8.3555 -0.7648 0.2574 4 Net Surplus Rp Miliar 151.2197 29.0663 5443.1304 14969.9053 84.4813 7.9670 -126.3097 -250.5605 84.1344 5 Perubahan Pengeluaran Devisa

a. Jagung Rp Miliar -318.1804 319.3036 2.2464 226.9547 -550.5484 274.2890 549.3048 -503.3697 0.0000 b. Daging Ayam Ras Rp Miliar 17.9379 -17.9635 -0.0168 3.0107 30.8263 -33.7942 -0.0044 -2.5365 3.2866 Total Rp Miliar -300.2424 301.3401 2.2296 229.9654 -519.7221 240.4948 549.3004 -505.9062 3.2866 Keterangan:

Sim 1 : Penurunan Tingkat Suku Bunga Bank 30% dan Depresiasi Rupiah 20% Sim 2 : Peningkatan Harga DOC 25% dan Penurunan Tingkat Suku Bunga Bank 30% Sim 3 : Peningkatan Harga Pakan dan DOC 25%

Sim 4 : Peningkatan Harga Jagung, Pakan, dan Daging Ayam Ras 25%

Sim 5 : Penghapusan Tarif Impor Jagung dan Daging Ayam & Depresiasi Rupiah 20% Sim 6 : Peningkatan Ekspor Jagung USA 30%

Sim 7 : Peningkatan Impor Jagung Jepang 30%

Sim 8 : Peningkatan Ekspor Daging Ayam USA 30%

167