Profil Pasar Daging Ayam Ras Indonesia

berupa guaranted minimum price support and income transfer, begitu juga dengan petani jagung di Meksiko yang memperoleh marketing loan rate. Kebijakan pemerintah dengan memberlakukan tarif impor jagung untuk kebutuhan pakan sebesar lima persen mulai tahun 2004 jika dipandang dari sudut pandang industri memiliki kepentingan yang sangat kuat. Hal ini membuat industri unggas terutama ayam ras memiliki ketergantungan yang tinggi kepada industri pakan, dan industri pakan akan sangat bergantung sekali dengan bahan baku jagung.

5.4. Profil Pasar Daging Ayam Ras Indonesia

Perkembangan produksi daging ayam ras selalu mengikuti perkembangan populasi ayam ras. Artinya produksi daging ayam ras domestik lebih banyak berasal dari populasi ayam ras domestik. Apabila terjadi peningkatan populasi ayam ras maka daging ayam ras juga akan mengalami peningkatan, begitupun sebaliknya jika terjadi penurunan. Selama periode 1984-2006 perkembangan keduanya berfluktuatif dan cenderung meningkat dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 12,57 persen per tahun untuk ayam ras dan 14,43 persen per tahun untuk daging ayam ras. Perkembangan dari tahun 1984 sampai dengan 1996, populasi ayam ras dan produksi daging ayam ras terus meningkat namun pada saat krisis moneter 1998 terjadi penurunan yang sangat tajam yaitu 44,81 persen dan 44,69 persen dari produksi tahun sebelumnya. Penurunan ini terjadi karena depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar yang membuat harga jagung di pasar dunia meningkat sehingga mengakibatkan harga pakan melambung sangat tinggi. Tingginya harga pakan ternak membuat para peternak ayam ras tidak mampu membeli pakan ternak sehingga sebagian dari peternak ayam ras menutup usahanya. Mulai tahun 2000 sampai 2006 jumlah populasi ayam ras dan produksi daging ayam ras kembali meningkat walaupun di tahun 2003 dan 2005 sempat mengalami sedikit penurunan. Perkembangan populasi ayam ras dan produksi daging ayam ras disajikan pada Gambar 11. Daerah sentra produksi daging ayam ras lebih banyak berada di Pulau Jawa dibandingkan di luar Pulau Jawa. Hal ini terlihat selama periode 2002-2006, Propinsi Jawa Barat merupakan sentra produksi daging ayam ras terbesar di Indonesia dengan pangsa sebesar 32,76 persen kemudian diikuti oleh Jawa Timur 17,15 persen, DKI Jakarta 9,21 persen, Jawa Tengah 8,16 persen dan Banten 4,01 persen. Sementara di luar Pulau Jawa, propinsi sentra produksi daging ayam ras terbesar adalah Sumatera Utara dan Riau dengan pangsa sebesar 5,25 persen dan 3,11 persen. Sumber: Dirjen Peternakan, 2006 diolah Tahun 2006 angka sementara Gambar 11. Perkembangan Populasi Ayam Ras dan Produksi Daging Ayam Ras Tahun 1984-2006. Dilihat dari sisi konsumsi, tingkat konsumsi daging ayam ras lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi daging lainnya sapi, kambing, ayam buras. Hal ini dikarenakan harga daging ayam ras lebih terjangkau dibandingkan harga daging yang lain dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi. Menurut Pusdatin Deptan 2006, rata-rata konsumsi daging ayam ras selama periode 1981-2005 sebesar 1,548 kgkapitatahun atau sekitar 52,96 persen dari total konsumsi keempat jenis daging tersebut 2,924 kgkapitatahun. Rata-rata konsumsi daging sapi pada periode yang sama sebesar 0,555 kgkapitatahun, daging kambing sebesar 0,098 kgkapitatahun dan daging ayam buras sebesar 0,929 kgkapitatahun.

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN