elastisitas 0,104 pada jangka pendek dan 0,158 pada jangka panjang. Hal ini menandakan begitu kuatnya pengaruh pasar jagung dunia terhadap harga jagung
impor yang sampai ke Indonesia. Berdasarkan penelitian terdahulu tentang harga jagung di atas dapat
disimpulkan bahwa harga jagung domestik lebih dipengaruhi oleh harga jagung impor. Harga jagung impor dipengaruhi oleh harga jagung dunia dan kurs rupiah.
Harga jagung dunia dipengaruhi oleh besarnya permintaan dan penawaran jagung di pasar dunia. Kondisi di atas menunjukkan bahwa terdapat transmisi harga pada
harga jagung dunia dengan dometsik, dimana harga jagung dunia berpengaruh terhadap harga jagung impor dan harga jagung impor juga berpengaruh terhadap
harga jagung domestik. Kondisi ini juga membuktikan bahwa peranan Indonesia dalam perdagangan jagung dunia hanya bertindak sebagai negara kecil atau price
taker .
2.3. Penelitian Terdahulu tentang Tarif Impor
Erwidodo, Hermanto dan Pudjihastuti 2003 melakukan analisis impor jagung: perlukah tarif impor diberlakukan? dengan menggunakan analisis
simulasi. Hasil penelitian menunjukkan pengenaan tarif impor sebesar 5 persen Rp 60kg, cateris paribus nilai tukar Rp 9.000 dan harga CIF jagung US
122ton, menyebabkan harga perdagangan besar jagung meningkat sebesar 3,75 persen, harga jual petani meningkat 3,1 persen, total permintaan menurun 3,95
persen, produksi meningkat 0,39 persen, surplus konsume n menurun Rp 427,3 milyartahun, surplus produsen meningkat Rp 309,5 milyartahun, biaya sosial
bersih net social welfare loss sebesar Rp 68 milyartahun, dan penerimaan pemerintah dari tarif sebesar Rp 49,7 milyartahun. Semakin tinggi tarif impor
yang diterapkan maka akan semakin tinggi beban biaya sosial yang harus ditanggung oleh konsumen.
Analisis simulasi peningkatan tarif impor jagung juga dilakukan oleh Kariyasa 2003 dengan menggunakan regresi 2SLS. Simulasi yang digunakan
dalam analisis ini yaitu dengan meningkatkan tarif impor jagung menjadi 25 persen. Adapun hasil dari analisis ini yaitu berdampak pada menurunnya impor
jagung Indonesia dan dunia sebesar 26,23 persen dan 0,14 persen. Meningkatnya harga jagung impor menyebabkan harga jagung dalam negeri dan di empat
provinsi kajian Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan meningkat sebesar 10,36 persen dan 3,07-12,35 persen. Harga jagung yang
membaik di empat provinsi kajian merangsang petani untuk meningkatkan produktivitas dan luas areal jagung. Di sisi permintaan, peningkatan harga jagung
menyebabkan turunnya permintaan untuk semua jenis kebutuhan jagung termasuk permintaan untuk pakan.
Dampak terhadap produksi di pasar pakan yaitu terjadi penurunan sekitar 12,61 persen sehingga berdampak juga pada peningkatan harga pakan sebesar
9,64 persen. Bagi konsumen pakan, adanya kenaikan harga pakan menyebabkan permintaan terhadap pakan menurun sebesar 3,54 persen.
Berdasarkan kedua analisis simulasi peningkatan tarif di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya kenaikan tarif impor jagung berdampak pada
naiknya harga impor jagung sehingga menurunkan volume impor jagung Indonesia dan merangsang pertumbuhan produksi jagung Indonesia. Kenaikan
tarif impor yang akan diterapkan sebaiknya jangan terlalu tinggi karena akan
menyebabkan biaya beban sosial yang ditanggung konsumen akan semakin tinggi dan permintaan pakan akan semakin menurun.
2.4. Penelitian Terdahulu tentang Keterkaitan Pasar Jagung