Penilaian Organoleptik Proses Fermentasi Moromi

48 1977 di dalam Steinkraus 1983, total N akan mencapai titik konstan setelah berumur 3 sampai 4 bulan. Hasil analisis total nitrogen terendah dimiliki oleh sampel berumur 0 bulan dan terus meningkat sampai sampel moromi berumur 3 dan 4 bulan, yaitu sebesar 1,0255 dan 1,1656. Sampel filtrat moromi berumur 0 bulan memiliki nilai total N terendah dibandingkan dengan sampel lainnya. Hal ini dikarenakan total nitrogen menunjukkan jumlah senyawa bernitrogen yang terdapat dalam suatu bahan.

4. Penilaian Organoleptik

Penilaian organoleptik moromi perlu dilakukan untuk menentukan kualitas filtrat. Selain komponen kimiawi yang terkandung dalam filtrat moromi, penilaian organoleptik sangat mempengaruhi kualitas produk akhir kecap. Penilaian organoleptik dilakukan dengan menggunakan metode skoring yang merepresentasikan penilaian warna, rasa dan aroma filtrat. Semakin besar skor yang diberikan pada sampel maka kualitas sampel akan semakin tinggi. Menurut Roling 1995, fermentasi pada dasarnya adalah pemecahan protein, lemak dan karbohidrat oleh kapang, khamir dan bakteri sehingga terdapat fraksi-fraksi yang sederhana, asam amino, asam lemak dan glukosa. Pada tahap fermentasi akan terbentuk aroma dan flavor dengan adanya campuran beberapa senyawa pembentuk flavor yang terbentuk selama proses fermentasi. Dalam kajian yang dilakukan Flegel 1988 di dalam Wood 1994 dikatakan bahwa ada dua macam enzim yang berperan untuk menghasilkan flavor kecap Jepang pada fermentasi kapang, yaitu kompleks enzim protease yang memberikan meaty flavor gurih dan enzim karbohidrase seperti α-amilase, amiloglukosidase dan maltase yang berperan pada rasa manis. Berikut ini adalah hasil analisis pengaruh lama fermentasi moromi terhadap penilaian organoleptik yang ditampilkan pada Gambar 8. 49 Gambar 8. Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Penilaian Organoleptik Berdasarkan grafik hasil analisis di atas, nilai organoleptik terendah berada pada sampel berumur 0, 1 dan 2 bulan. Pada umumnya sampel dengan umur tersebut belum menunjukan adanya tanda-tanda aroma dan rasa yang khas. Aroma kedelai dan masam masih lebih dominan daripada aroma tajam dan khas. Selain itu, rasa yang dihasilkan sangat asin tanpa ada rasa gurih akibat proses biokimiawi yang terjadi selama proses fermentasi. Aroma yang ditimbulkan berasal dari fermentasi alkohol yang terjadi setelah proses fermentasi asam laktat, sehingga sampel yang masih baru belum menghasilkan aroma yang khas. Perubahan organoleptik baik secara warna, aroma dan rasa mulai terjadi pada sampel berumur 3 bulan. Warna yang dihasilkan menjadi lebih pekat dibandingkan dengan sebelumnya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9. Selain itu, aroma dan rasa yang dihasilkan khas dan sedikit gurih dibandingkan sampel sebelumnya. Penilaian organoleptik terbesar dimiliki oleh sampel berumur 8 bulan. Sampel ini telah mengalami pematangan maturation sehingga rasa dan aroma yang khas telah muncul. Berdasarkan penelitian terdahulu, penilaian organoleptik dipercaya sangat mempengaruhi kualitas produk akhir kecap. 50 Gambar 9. Sampel Moromi Berumur 3 Bulan

C. Signifikansi Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kualitas Filtrat