Pengaruh Agitasi Terhadap Kualitas Filtrat Moromi

37

B. Proses Fermentasi Moromi

Fermentasi moromi merupakan campuran antara koji dengan larutan garam pada konsentrasi 22±2 dalam waktu minimal enam bulan. Pada fermentasi moromi terjadi dua tahapan fermentasi, yaitu fermentasi asam laktat oleh bakteri asam laktat BAL dan fermentasi alkohol oleh khamir. Selama proses fermentasi, terjadi perubahan mikrobiologis dan biokimiawi yang mempengaruhi kualitas filtrat. Kedua jenis mikroorganisme tersebut tumbuh secara spontan karena kondisi lingkungan yang mendukung dan selektif. Tujuan akhir dari kedua tahapan fermentasi tersebut adalah untuk menghasilkan filtrat dengan aroma dan cita rasa yang khas. Kedua tahap fermentasi tersebut akan berjalan dengan baik bila kondisi baik internal maupun eksternal mendukung. Kondisi internal mendukung yang dimaksudkan adalah kualitas koji. Bila kualitas koji yang digunakan untuk fermentasi moromi baik dan didukung dengan kondisi eksternal yang mendukung, maka kualitas filtrat moromi yang dihasilkan akan baik. Beberapa faktor eksternal yang turut berperan mempengaruhi kualitas filtrat antara lain suhu dan aerasi pengadukan. Suhu merupakan hal yang sangat penting dalam fermentasi moromi. Menurut beberapa peneliti di Jepang, kualitas moromi pada musim panas jauh lebih baik dibandingkan dengan musim dingin. Hal ini disebabkan oleh karakteristik mikroorganisme yang diharapkan hidup selama proses fermentasi moromi optimal hidup pada suhu 30-35°C.

1. Pengaruh Agitasi Terhadap Kualitas Filtrat Moromi

Jenis bakteri yang hidup selama fermentasi moromi adalah bakteri anaerob fakultatif, sehingga bakteri memerlukan aerasi pengadukan pada waktu-waktu tertentu. Menurut Hesseltine dan Wang 1980 di dalam Steinkraus 1983, pengadukan moromi bertujuan untuk memberikan aerasi yang cukup untuk pertumbuhan khamir, mengontrol keseragaman suhu, mencegah tumbuhnya mikroorganisme anaerobik yang tidak diinginkan dan untuk mengeluarkan karbondioksida. 38 Berdasarkan referensi di atas, faktor pengadukan aerasi diduga dapat mempengaruhi kualitas filtrat moromi. Berikut ini adalah hasil analisis filtrat moromi dengan perlakuan agitasi yang ditunjukkan pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Analisis Filtrat Moromi dengan Tiga Perlakuan Agitasi yang Berbeda Sampel NaCl pH Total Asam Formol Nitrogen Total Nitrogen Penilaian Organoleptik g100ml g100ml 1 25,11 4,95 1,87 0,13 1,25 5,0 2 24,70 5,22 1,74 0,16 1,54 6,0 3 25,30 5,20 1,43 0,17 1,26 6,7 Keterangan : e. Sampel 1 adalah tangki dengan waktu pengadukan mekanis berlebih f. Sampel 2 adalah tangki dengan pengadukan manual g. Sampel 3 adalah tangki dengan waktu pengadukan standar Ketiga jenis sampel ini mengalami perlakuan pengadukan yang berbeda. Waktu pengadukan standar dilakukan selama 2 sampai 5 menit sebanyak 3 kali sehari. Namun, sampel 1 mengalami waktu pengadukan mekanis berlebih yakni berkisar antara 30 menit sampai 1 jam sebanyak 3 kali sehari dan sampel 2 mengalami pengadukan secara manual oleh operator sehingga diduga terjadi homogenisasi yang tidak sempurna. Analisis yang dilakukan untuk mengamati pengaruh pengadukan terhadap kualitas filtrat adalah kadar NaCl, pH, total asam, formol nitrogen, total nitrogen dan penilaian organoleptik. Berdasarkan Tabel 8 hasil analisis di atas, ketiga jenis sampel memiliki perbedaan. Hasil analisis kadar NaCl pada sampel 3 25.30 lebih tinggi dibandingkan dengan sampel 1 25.11 dan sampel 2 24.70. Hal ini mengacu pada salah satu tujuan dari pengadukan, yaitu untuk menghomogenkan larutan garam karena garam cenderung kembali membentuk kristal bila tidak dilakukan pengadukan. Berdasarkan hasil analisis kadar garam di atas, diduga sampel yang dianalisis pada sampel 2 39 merupakan sampel dengan kandungan garam rendah karena pengadukan terjadi tidak sempurna tidak homogen. Analisis selanjutnya adalah analisis nilai pH. Nilai pH dipengaruhi oleh pertumbuhan mikroorganisme. Kedua tahapan fermentasi yang terjadi pada tahap fermentasi moromi cenderung menurunkan nilai pH. Bila aerasi dilakukan dengan baik maka mikroorganisme akan tumbuh dengan baik pula dan menghasilkan asam baik asam amino esensial dan asam organik. Kandungan asam inilah yang mempengaruhi nilai pH. Nilai pH merepresentasikan banyaknya mikroorganisme yang tumbuh dalam fermentasi moromi. Semakin banyak mikroorganisme BAL dan khamir maka nilai pH akan semakin rendah karena asam-asam yang dihasilkan semakin banyak. Hasil analisis pH pada sampel 1 lebih rendah dibandingkan dengan sampel 2 dan sampel 3. Hal ini terjadi karena waktu pengadukan yang berlebihan cenderung menyebabkan kandungan asam yang terdapat pada koji keluar melebur bersama larutan garam yang menjadi filtrat moromi sehingga menghasilkan asam lebih banyak dibandingkan dengan sampel lainnya. Sifat mikroorganisme yang anaerob fakultatif membuat mikroorganisme pada sampel 2 tidak tumbuh dengan subur karena garam cenderung membentuk lapisan film sehingga menutup kemungkinan oksigen dapat masuk ke dalamnya. Hasil analisis total asam dipengaruhi oleh nilai pH. Semakin rendah nilai pH maka total asam akan semakin tinggi. Dapat dilihat pada hasil analisis di atas bahwa nilai pH sampel 2 dan sampel 3 lebih tinggi dibandingkan dengan sampel 1 sehingga memiliki total asam lebih rendah. Adapun asam organik yang dominan dihasilkan adalah asam laktat, asam asetat, asam suksinat dan beberapa asam amino. Hasil analisis lain juga dilakukan terhadap kedua sampel filtrat tersebut adalah formol nitrogen dan total nitrogen. Kedua analisis tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Kandungan formol nitrogen menunjukkan aktivitas protease yang memecah protein menjadi senyawa- senyawa sederhana sehingga total nitrogen yang dihasilkan semakin meningkat. Namun, total nitrogen tidak hanya dipengaruhi oleh aktivitas 40 protease saja melainkan juga dipengaruhi oleh kandungan nitrogen dalam kedelai. Berdasarkan hasil analisis di atas, hasil analisis formol nitrogen pada sampel 1 0,13 g100 ml dan sampel 2 0,16 g100 ml lebih rendah dibandingkan dengan sampel 3 0,17 g100 ml. Namun, hasil analisis total nitrogen pada ketiga sampel menunjukkan sampel 2 1,54 g100 ml lebih tinggi dibandingkan dengan sampel 1 1,25 g100 ml dan sampel 3 1,26 g100 ml . Hasil penilaian organoleptik warna, aroma dan rasa pada ketiga sampel tersebut menunjukkan bahwa penilaian organoleptik pada sampel 3 dengan skor 6,7 lebih tinggi dibandingkan dengan sampel 1 yang memiliki skor 5 dan sampel 2 dengan skor 6. Bila dideskripsikan, sampel 1 memiliki warna lebih pekat daripada sampel 2 dan sampel 3 namun aroma dan rasa yang ditimbulkan lebih baik pada sampel 2 dan sampel 3 daripada hasil penilaian organoleptik pada sampel 1. Pengadukan yang berlebihan menyebabkan koji menjadi hancur sehingga warna filtrat yang dihasilkan menjadi lebih pekat. Selain itu, pengadukan yang berlebihan menyebabkan aroma filtrat hilang karena terlalu banyak kontak dengan udara. Hal ini disebabkan karena filtrat mengandung senyawa volatil dimana salah satu tahapan fermentasi yang terjadi adalah fermentasi alkohol yang dilakukan oleh khamir. Rasa gurih yang dihasilkan dipengaruhi oleh banyaknya asam organik yang dipecah menjadi komponen-komponen sederhana seperti asam glutamat. Jadi, semakin besar kadar formol nitrogen dan total nitrogen maka kemungkinan untuk menghasilkan rasa gurih juga semakin besar.

12. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kualitas Filtrat Moromi