BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Ciburial, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara
sengaja purposive, berdasarkan pertimbangan luas lahan tanaman tembakau
terbesar di Kabupaten Garut. Penelitian dilakukan selama 2 bulan yaitu bulan Maret – Mei 2008.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam analisa sistem tataniaga adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui
wawancara dan pengamatan secara langsung di lapangan. Wawancara dilakukan berdasarkan kuisioner yang meliputi karakteristik petani, harga jual,
harga beli, dan jumlah produksi. Sedangkan data sekunder merupakan data-data pendukung melalui studi pustaka dari berbagai literatur dan instansi yang
berkaitan dengan penelitian seperti, Direktorat Jenderal Perkebunan, Badan Pusat Statistik, Dinas Holtikultura, Tanaman Pangan dan Perkebunan, serta
instansi-instansi terkait lainnya. 4.3
Metode Penentuan Responden
Responden penelitian ditentukan secara sengaja purposive dengan
menggunakan teknik snowball sampling, yaitu melakukan penelusuran saluran
tataniaga mulai dari tingkat petani sampai ke konsumen akhir. Penentuan responden diambil berdasarkan informasi dari responden sebelumnya sehingga
jalur tataniaga tidak terputus. Responden yang diambil adalah kelompok tani tembakau yang berjumlah 26 orang.
4.4 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan dengan pengamatan terhadap karakteristik
petani, fungsi-fungsi tataniaga, saluran tataniaga, struktur pasar, dan perilaku pasar. Sedangkan untuk analisis deskriptif kuantitatif dilakukan untuk melihat
keragaan pasar dengan pendekatan analisis marjin tataniaga, farmer share’s,
dan rasio keuntungan biaya.
4.4.1 Analisis Fungsi-fungsi Tataniaga
Fungsi-fungsi tataniaga dapat dilihat dari masing-masing fungsi yang dilakukan oleh lembaga tataniaga dalam menyalurkan tembakau dari produsen
sampai ke konsumen akhir. Fungsi-fungsi tataniaga tersebut dilakukan oleh lembaga tataniaga meliputi fungsi fisik, fungsi pertukaran, dan fungsi fasilitas.
Analisis fungsi-fungsi tataniaga diperlukan karena untuk mengetahui fungsi- fungsi yang dilakukan oleh setiap lembaga tataniaga yang terlibat, penghitungan
kebutuhan biaya dan fasilitas yang dibutuhkan. Dari analisis fungsi tataniaga dapat dihitung besarnya biaya marjin tataniaga.
4.4.2 Analisis Saluran Tataniaga
Metode analisis saluran tataniaga diperlukan untuk menelusuri saluran tataniaga tembakau dari produsen sampai ke konsumen akhir. Dari saluran
tataniaga yang ada, dapat digambarkan secara keseluruhan pola saluran tataniaga
.
4.4.3 Analisis Stuktur Pasar
Metode analisis ini diperlukan untuk mengetahui apakah struktur pasar yang ada cenderung mendekati pasar persaingan sempurna atau pasar
persaingan tidak sempurna dengan melihat komponen-komponen yang mengarahkan pasar ke suatu struktur pasar tertentu. Apabila semakin banyak
penjual dan pembeli dan semakin kecilnya jumlah yang diperjualbelikan oleh setiap lembaga tataniaga, maka struktur pasar tersebut masuk ke dalam Pasar
Persaingan Sempurna. Sedangkan adanya kesepakatan antar sesama pelaku tataniaga dapat menimbulkan struktur pasar yang cenderung tidak bersaing
sempurna.
4.4.4 Analisis Perilaku Pasar
Untuk mengetahui perilaku pasar tembakau dapat dianalisis dengan mengamati sistem penjualan dan pembelian, sistem penentuan harga dan
pembayaran serta kerjasama diantara lembaga tataniaga yang terbentuk.
4.4.5 Marjin Tataniaga
Analisis marjin tataniaga diperlukan untuk melihat efisiensi teknik tataniaga tembakau. Marjin tataniaga dihitung berdasarkan pengurangan harga
penjualan dengan harga pembelian pada setiap lembaga tataniaga. Besarnya marjin tataniaga pada dasarnya merupakan penjumlahan dari biaya-biaya
tataniaga dan keuntungan yang diperoleh oleh masing-masing lembaga tataniaga.
Secara matematik Limbong dan Sitorus 1985 merumuskan marjin tataniaga sebagai berikut :
M
i
= P
si
– P
bi
………………………...1 M
i
= C
i
– π
i
…………………………..2
Dimana: M
i
= Marjin tataniaga di tingkat ke-i P
si
= Harga jual di tingkat ke-i P
bi
= Harga beli di tingkat ke-i C
i
= Biaya tataniaga tingkat ke-i π
i
= Keuntungan lembaga tataniaga pasar tingkat ke-i Dengan menjumlahkan persamaan 1 dan 2 maka diperoleh:
P
si
– P
bi
= C
i
– π
i
…………………….3 Berdasarkan persamaan tersebut, maka keuntungan lembaga tataniaga pada
tingkat ke-I adalah: π
i
= P
si
– P
bi
– C
i
…………………….4
4.4.6 Metode Analisis
Farmer Share’s
Farmer’s Share merupakan perbandingan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen.
Farmer’s share memiliki korelasi yang negatif dengan marjin tataniaga, artinya semakin tinggi marjin
pemasaran maka bagian harga yang diterima petani semakin rendah. Farmer’s
share dirumuskan sebagai berikut:
100 X
Pk Pf
Fs =
………………….5 Dimana : Fs =
Farmer’s Share Pf = Harga di tingkat petani Rp.
Pk = Harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir Rp
4.4.7 Rasio Keuntungan dan Biaya
Penyebaran marjin tataniaga tembakau dapat pula dilihat berdasarkan persentase keuntungan terhadap biaya tataniaga pada masing-masing lembaga
tataniaga. Analisis rasio keuntungan dan biaya digunakan untuk mengetahui penyebaran keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga tataniaga.
Analisis rasio keuntungan dan biaya dirumuskan sebagai berikut: Rasio Biaya-Keuntungan =
100 X
Ci Li
…………………6 Dimana: L
i
= Keuntungan tataniaga lembaga ke-i C
i
= Biaya tataniaga lembaga ke-i
BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN