Kerangka Pemikiran Teoritis KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Konsep Tataniaga

Limbong dan Sitorus 1985 menyatakan bahwa tataniaga pertanian adalah mencakup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik barang-barang hasil pertanian dan barang-barang kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen, termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari barang yang ditujukan untuk lebih mempermudah penyalurannya dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumennya. Menurut Sa’id dan Intan 2001 menyimpulkan bahwa tataniaga pertanian dapat didefinisikan sebagai sejumlah kegiatan bisnis yang ditujukan untuk memberi kepuasan dari barang atau jasa yang dipertukarkan kepada konsumen atau pemakai dalam bidang pertanian, baik input maupun produk pertanian. Pendekatan analisis tataniaga pertanian terdapat 4 pendekatan, yaitu : 1. Pendekatan Fungsi Functional Approach; merupakan pendekatan yang mempelajari fungsi-fungsi yang ada dalam lembaga tataniaga yang terlibat dalam tataniaga suatu komoditi. Pendekatan fungsi terdiri dari : fungsi pertukaran yang meliputi pembelian dan penjualan; fungsi fisik meliputi penyimpanan, pengolahan dan pengangkutan; dan fungsi fasilitas meliputi standarisasi grading, penanggungan resiko, pembiayaan dan informasi pasar. 2. Pendekatan Kelembagaan Institutional Approach. Pendekatan kelembagaan ini berguna untuk mempelajari atau mengamati peranan masing-masing lembaga tataniaga dalam kegiatan tataniaga, misalnya produsen, konsumen, bandar, pengecer, dan lain-lain. 3. Pendekatan Barang Commodity Approach, merupakan pendekatan yang melibatkan studi tentang bagaimana barang-barang tertentu berpindah dari titik produksi ke konsumen, dan memperlajari masalah-masalah yang terjadi dalam komoditi tersebut. 4. Pendekatan Teori Ekonomi Economic Approach, fokus terhadap masalah- masalah penawaran, permintaan, harga, bentuk-bentuk pasar, dan lain-lain. Pendekatan Ekonomi sering disebut dengan pendekatan sistem. Sistem adalah suatu kumpulan komponen-komponen yang bekerja secara bersamaan dalam suatu cara yang terorganisasi.

3.1.2 Lembaga Tataniaga dan Saluran Tataniaga

Tataniaga suatu barang atau jasa terlibat beberapa badan mulai dari produsen, lembaga-lembaga perantara dan konsumen. Diantara produsen yang menghasilkan barang atau jasa dengan konsumen terdapat jarak, maka fungsi perantara sangat dibutuhkan. Badan-badan perantara ini bisa dalam bentuk perseorangan, perserikatan ataupun perseroan. Lembaga-lembaga tataniaga tersebut yang akan melakukan fungsi-fungsi tataniaga seperti fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Lembaga-lembaga ini melakukan pengangkutan barang dari produsen dan dibawa ke konsumen, juga berfungsi sebagai penghubung informasi mengenai suatu barang atau jasa. Lembaga tataniaga berusaha meningkatkan nilai guna dari suatu barang atau jasa baik nilai guna bentuk, tempat, waktu dan pemilikan. Limbong dan Sitorus, 1985. Saluran tataniaga menurut Limbong dan Sitorus 1985 dapat didefinisikan sebagai himpunan perusahaan dan perorangan yang mengambil alih hak, atau membantu dalam pengalihan hak atas barang atau jasa tertentu selama barang atau jasa tertentu berpindah dari produsen ke konsumen. Komoditi pertanian mempunyai sifat mudah rusak perisable, mudah busuk dan mempunyai volume yang besar bulky, sehingga dibutuhkan penanganan yang khusus agar komoditi tersebut sampai di konsumen sesuai dengan keinginannya. Maka sistem salurannya harus mampu memberikan perlindungan dan keamanan terhadap komoditi tersebut. Dengan barang tertentu maka akan melalui saluran tertentu pula. Gambar 1. Jalur Distribusi Pemasaran Komoditi Pertanian Kohls dan Downey,1985

3.1.3 Fungsi-fungsi Tataniaga

Sa’id dan Intan 2001 mendefinisikan fungsi tataniaga sebagai serangkaian kegiatan fungsional yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga, baik aktivitas proses fisik maupun aktivitas jasa, yang ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen sesuai dengan kebutuhan dan Petani Agen Perantara Pedagang desa di pasar lokal Agen Processor Bandar Pedagang Pengecer Konsumen keinginannya melalui penciptaan atau penambahan kegunaan bentuk, waktu, tempat, dan kepemilikan terhadap suatu produk. Fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga terkait atau terlibat dalam proses tataniaga suatu komoditas, yang membentuk rantai tataniaga atau sering disebut sebagai sistem tataniaga. Limbong dan Sitorus 1985 menyatakan bahwa proses penyampaian barang dari tingkat produsen ke tingkat konsumen diperlukan tindakan-tindakan yang dapat memperlancar kegiatan tersebut, kegiatan itu dinamakan fungsi- fungsi tataniaga. Fungsi-fungsi tataniaga dapat dikelompokkan menjadi 3 fungsi yaitu : 1. Fungsi Pertukaran yaitu kegiatan untuk memperlancar pemindahan hak milik atas barang dan jasa dari penjualan kepada pembeli. Fungsi pertukaran terdiri dari fungsi penjualan, dan fungsi pembelian. 2. Fungsi Fisik yaitu semua tindakan yang langsung berhubungan dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, kegunaan bentuk dan kegunaan waktu. Fungsi fisik meliputi fungsi penyimpanan, fungsi pengangkutan, dan fungsi pengolahan. 3. Fungsi Fasilitas yaitu semua tindakan yang memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggungan resiko, fungsi pembiayaan, dan fungsi informasi pasar.

3.1.4 Struktur Pasar

Struktur pasar adalah karakteristik dari produk maupun institusi yang terlibat pada pasar tersebut yang mempengaruhi perilaku pasar dan keragaan pasar. Menurut Limbong dan Sitorus 1985, terdapat empat faktor penentu struktur pasar, yaitu : 1. Jumlah atau ukuran perusahaan. 2. Kondisi atau keadaan produk : produk homogen atau diferensiasi. 3. Mudah atau sulit untuk keluar masuk pasar. 4. Tingkat informasi yang dimiliki oleh partisipan, misalnya informasi mengenai harga dan kondisi pasar. Struktur pasar dapat dibedakan dari dua sisi, yaitu sisi pembeli dan sisi penjual. Dari sisi pembeli terdiri dari 1 pasar persaingan sempurna, banyak pembeli dengan produk homogen terstandarisasi; 2 persaingan oligopsonistik, banyak pembeli dengan produk berbeda corak; 3 oligopsoni, sedikit pembeli dengan produk homogen terstandarisasi atau berbeda corak; dan 4 monopsoni terdapat satu pembeli dengan produk unik. Sedangkan dari sisi penjual terdiri dari pasar persaingan monopolistik, oligopoli dan monopoli disebut sebagai pasar persaingan tidak sempurna Sudiyono, 2002. Tabel 5. Karakteristik struktur pasar dipandang dari sudut pembeli dan penjual No. Karakteristik Pasar Struktur Pasar Jumlah Penjual dan Pembeli Sifat Produk Sudut Penjual Sudut Pembeli 1 Banyak StandarHomogen Persaingan Sempurna Persaingan Sempurna 2 Banyak Differensiasi Persaingan Monopolistik Persaingan Monopsoni 3 Sedikit Standar Oligopoli Murni Oligopsoni Murni 4 Sedikit Differensiasi Oligopoli Differensiasi Oligopsoni Differensiasi 5 Sedikit Unik Monopoli Monopsoni Sumber : Dahl dan Hammond, 1977. 3.1.5 Perilaku Pasar Dahl dan Hammond 1977 menyatakan bahwa secara umum perilaku pasar dapat diketahui dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga, sistem penentuan harga, kemampuan pasar untuk menerima sejumlah komoditi yang dijual, stabilitas pasar, sistem pembayaran, dan kerjasama diantara berbagai lembaga tataniaga . 3.1.6 Efisiensi Tataniaga Tataniaga disebut efisiensi, apabila tercipta keadaan dimana pihak produsen, lembaga tataniaga dan konsumen memperoleh kepuasan dengan adanya aktivitas tataniaga tersebut. Untuk meningkatkan efisiensi sistem tataniaga, unsur-unsur produsen, lembaga tataniaga, konsumen serta pemerintah dapat memberikan sumbangan Limbong dan Sitorus, 1985. Sudiyono 2002 menyatakan bahwa indikator-indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan efisiensi tataniaga adalah marjin tataniaga, harga di tingkat konsumen, tersedianya fasilitas fisik tataniaga dan intensitas persaingan pasar.

3.1.6.1 Marjin Tataniaga

Limbong dan Sitorus 1985 mengungkapkan, bahwa marjin tataniaga merupakan selisih harga permintaan di tingkat pengecer dari harga permintaan di tingkat petani, maka besaran tersebut merupakan penjumlahan dari marjin-marjin yang diperoleh pada tiap-tiap lembaga perantara diantara petani dan pengecer. Marjin tataniaga berbeda-beda antara satu komoditi hasil pertanian dengan komoditi lainnya. Hal ini disebabkan karena perbedaan jasa yang diberikan pada berbagai komoditi mulai dari petani sampai ke konsumen akhir. Tetapi tingginya marjin tataniaga belum mencerminkan efisiensi jasa yang diberikan oleh sistem tataniaga tersebut. Salah satu indikator yang berguna adalah memperbandingkan bagian yang diterima farmer’s share oleh petani. Marjin tataniaga produk hasil pertanian cenderung akan naik dalam jangka panjang dengan menurunnya bagian harga yang diterima petani, dengan alasan : 1 Pengolahan dan jasa-jasa tataniaga mempergunakan padat karya, dan 2 Bertambah tinggi pendapatan masyarakat akibat kemajuan pembangunan ekonomi, biasanya konsumen lebih menginginkan kualitas produk hasil pertanian. Stabilnya marjin tataniaga dalam jangka pendek adalah disebabkan dominannya faktor upah dan tingkat keuntungan yang diambil oleh lembaga tataniaga yang relatif konstan persentasenya dibandingkan dengan berfluktuasinya harga-harga produk hasil pertanian tersebut. Banyak sedikitnya lembaga perantara yang terlibat dalam tataniaga suatu komoditi akan tergantung dari sifat komoditi yang akan dipasarkan. Ada komoditi yang sangat memerlukan keterlibatan perantara yang banyak dan ada yang hanya membutuhkan sedikit. Keterlibatan perantara tersebut akan mempengaruhi ” share” atau bagian yang akan diterima dari harga terakhir yang dibayar konsumen. Gambar 2 . Kurva Marjin Tataniaga Keterangan : Pf : Harga di tingkat petani Pr : Harga di tingkat pengecer retailer Sf : Penawaran dari petani primary supply Sr : Penawaran di tingkat retailer derived supply Df : Permintaan output di tingkat retailer atau perantara derived demand Dr : Permintaan output dari konsumen akhir primary demand Qr,f : Jumlah output yang ditransaksikan oleh petani dan retailer Q r,f D f D S f S r P r P f P Q

3.1.6.2 Farmer Share’s

Kohls and Uhls 1990 menyatakan bahwa, farmer share’s adalah persentase harga yang diterima oleh petani sebagai imbalan dari kegiatan usaha tani yang dilakukannya dalam menghasilkan produk. Farmer share’s dapat dipengaruhi oleh tingkat pengolahan, keawetan produk, ukuran produk, jumlah produk, dan biaya transportasi. Saluran tataniaga yang efektif dan efisien adalah marjin dan biaya tataniaganya lebih rendah sehingga perbedaan harga diantara petani dan konsumen lebih kecil. Jika harga yang diterima petani lebih besar maka dapat meningkatkan nilai Farmer share’s. Begitu pun sebaliknya dengan saluran tataniaga yang tidak efektif dan efisien Sakinah, 2006. 3.1.6.3Rasio Keuntungan dan Biaya Rasio keuntungan dan biaya, mengukur tingkat efisiensi tataniaga. Semakin merata penyebaran rasio keuntungan dan biaya maka operasional sistem tataniaga akan semakin efisien.

3.2 Kerangka Operasional