Alasan petani menggunakan saluran ini adalah karena petani sudah berlangganan dengan pedagang pengecer tersebut. Sistem pembayaran yang
dilakukan antara petani dan pedagang pengecer adala tunai. Selanjutnya pedagang pengecer menjualnya langsung kepada konsumen akhir.
6.2 Fungsi-fungsi Tataniaga
Fungsi tataniaga diperlukan dalam kegiatan tataniaga untuk memindahkan barang dan jasa dari sektor produksi ke sektor konsumsi. Fungsi-
fungsi tataniaga terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi-fungsi tataniaga dari setiap lembaga tataniaga yang terlibat dalam
tataniaga tembakau mole di Desa Ciburial, Kecamatan Leles dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Fungsi-fungsi Tataniaga pada Setiap Lembaga yang Terlibat dalam Sistem Tataniaga Tembakau Mole Kualitas I di Desa
Ciburial,Kecamatan Leles, Kabupaten Garut MT 2007
Fungsi Tataniaga Lembaga Tataniaga
Petani Pedagang
Pengumpul Bandar
Supplier Pabrik
Guntingan Pedagang
Pengecer
Fungsi Pertukaran
Pembelian - √
√ √
√ Penjualan
√ √
√ √
√
Fungsi Fisik
Pengemasan √ - √
√ - Penyimpanan
√ √
√ Pengangkutan -
√ √
√ √
Pengolahan √ - - √ -
Fungsi Fasilitas
Sortasi Grading
√ √
√ √
Pembiayaan √
√ √
√ √
Penanggungan Resiko
√ √
√ √
√ Informasi Pasar
√ √
√ √
Keterangan : - : Kegiatan yang tidak dilakukan
: Kegiatan yang kadang-kadang dilakukan √ : Kegiatan yang dilakukan
6.2.1 Petani
Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh petani tembakau di Desa Ciburial meliputi fungsi pertukaran berupa fungsi penjualan, fungsi fisik berupa
pengolahan, pengemasan, dan penyimpanan, serta fungsi fasilitas berupa fungsi sortasi dan
grading, pembiayaan, penanggungan resiko dan informasi harga. a. Fungsi
Pertukaran Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh petani di Desa Ciburial adalah
penjualan. Petani yang menjual hasil produksinya langsung ke bandar sebanyak 69,23 persen dari total petani.
Penjualan tembakau mole terdapat dua saluran, yaitu saluran yang tidak terikat perjanjian modal dan saluran yang terikat perjanjian modal. Saluran yang
tidak terikat perjanjian modal dilakukan petani karena penentuan harga berdasarkan kesepakatan melalui proses tawar menawar, dan petani bebas
menjual hasil usahataninya kepada siapa saja. Sedangkan untuk saluran yang terikat perjanjian modal dilakukan petani karena telah meminjam modal kepada
pembeli, sudah saling mengenal, dan saling percaya. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh pedagang dilakukan dengan tunai dan dibayar kemudian.
Kualitas tembakau yang biasa di jual ke padagang adalah tembakau kelas I dan II. Hal tersebut dilakukan karena adanya permintaan dari industri
rokok. Sedangkan untuk tembakau rajangan kelas yang paling rendah biasanya dijual ke padagang pengecer yang berada di pinggir-pinggir jalan atau
dikonsumsi sendiri. b. Fungsi
Fisik Fungsi fisik yang dilakukan oleh petani diantaranya yaitu pengolahan,
pengemasan dan penyimpanan. Kegiatan pengolahan yang dilakukan oleh petani adalah memilih daun yang telah dipanen, memeramnya selama 3 – 5 hari,
digulung, kemudian dirajang pada malam hari menjelang subuh agar pagi hari dapat dijemur. Pada saat menjemur digunakan anyaman bambusasag. Setelah
kering tembakau yang sudah dirajang diembunkan beberapa malam agar tidak rapuh.
Kegiatan pengemasan dilakukan dengan memakai lembaran gedebog pisang yang kering. Untuk 150 kilogram tembakau mole digunakan 300 lembar
gedebog pisang dengan harga per lembar Rp 20,00. Biasanya petani mengemas tembakau mole per bal yang beratnya kurang lebih 6 kilogram.
Kegiatan penyimpanan kadang-kadang dilakukan oleh petani sampai pedagang datang untuk membelinya. Tetapi ada pula pedagang yang sudah
memesan terlebih dahulu kepada petani, sehingga petani tidak melakukan penyimpanan.
c. Fungsi Fasilitas
Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh petani adalah fungsi sortasi dan grading, pembiayaan, informasi harga, dan penanggungan resiko. Fungsi sortasi
dan grading dilakukan petani setelah panen, yaitu dengan memilih daun
tembakau berdasarkan posisi daun yang dapat meningkatkan kualitas tembakau mole tersebut.
Fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh petani pada umumnya yaitu dengan meminjam modal kepada pedagang yang memberi modal tersebut dan
untuk pembayarannya petani wajib menjual hasil produksinya kepada pembeli tersebut dengan harga yang telah ditentukan oleh pembeli. Modal pinjaman
tersebut digunakan petani untuk pembiayaan kegiatan usahataninya. Informasi harga petani biasanya diketahui dari petani lain dan lembaga
tataniaga atau harga telah ditentukan oleh pembeli. Sedangkan untuk penanggungan resiko, yang dialami petani adalah penurunan harga dari pembeli
sedangkan biaya untuk kegiatan usahatani makin meningkat. Resiko yang lain yaitu adanya perbedaan penentuan kualitas oleh pembeli.
6.2.2 Pedagang Pengumpul
Pedagang pengumpul dalam penelitian ini terdapat dua orang. Fungsi
tataniaga yang dilakukan oleh pedagang pengumpul yaitu fungsi pertukaran yang
berupa fungsi pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa fungsi pengangkutan dan fungsi fasilitas berupa sortasi dan
grading, pembiayaan, penanggungan resiko, dan informasi harga.
a. Fungsi Pertukaran Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah
fungsi pembelian dan penjualan. Fungsi pembelian yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah membeli tembakau mole dari petani dengan
mendatangi ke rumah-rumah petani. Satu orang pedagang pengumpul sudah berlangganan pada tiga orang petani, sedangkan satu orang pedagang
pengumpul lainnya sudah berlangganan dengan empat orang petani. Penentuan harga yang dilakukan dalam pembelian ini ditentukan setelah
melalui proses tawar menawar berdasarkan informasi harga yang telah diketahui sebelumnya. Pedagang pengumpul melakukan fungsi penjualan ke bandar dan
pabrik guntingan melalui proses tawar menawar dan kadang-kadang harga ditentukan oleh bandar.
b. Fungsi Fisik Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang pengumpul hanya melakukan
fungsi pengangkutan saja. Pedagang pengumpul membawa tembakau mole dengan menggunakan alat transportasi berupa mobil
pick up. Biaya pengangkutan tersebut adalah biaya sewa mobil sudah termasuk BBM dan biaya
tenaga kerja. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul pertama dan kedua berbeda karena tujuan penjualannya berbeda pula.
Pedagang pengumpul pertama mengeluarkan biaya pengangkutan lebih besar daripada pedagang kedua, karena pedagang pengumpul pertama menjual
tembakau molenya ke bandar yang berada di luar Desa Ciburial dan Kecamatan Leles. Sedangkan pedagang pengumpul kedua menjual tembakau molenya ke
pabrik guntingan yang lokasinya lebih dekat dan masih berada di Kecamatan Leles.
c. Fungsi Fasilitas Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah sortasi
dan grading, pembiayaan, penanggungan resiko, dan informasi harga. Untuk
sortasi dan grading, pedagang pengumpul mengklasifikasikan kualitas tembakau
mole yang dibeli dari petani. Sedangkan untuk pembiayaan, pedagang pengumpul melakukan pembiayaan untuk biaya pengangkutan dan tenaga kerja
dari petani dan pengangkutan ke bandar atau ke pabrik guntingan. Penanggungan resiko yang dialami pedagang pengumpul adalah adanya
penurunan harga dari bandar atau pabrik rokok, dan juga penentuan kualitas tembakau mole yang sering terjadi perbedaan dengan bandar. Untuk informasi
harga, pedagang pengumpul memperoleh informasi harga dari bandar dan pabrik rokok.
6.2.3 BandarSupplier
Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh dua orang bandar atau supplier ini diantaranya melakukan fungsi pertukaran berupa pembelian dan penjualan,
fungsi fisik meliputi fungsi penyimpanan, pengemasan, dan pengangkutan, serta fungsi fasilitas yang meliputi sortasi dan
grading, pembiayaan, penanggungan resiko, dan informasi harga. Untuk memenuhi permintaan industri rokok, bandar
ini mempunyai pasokan tidak hanya dari petani dan pedagang pengumpul yang berada di Desa Ciburial saja tetapi mereka peroleh dari luar wilayah Kabupaten
Garut seperti Kabupaten Sumedang yang terkenal dengan tembakau Tanjung Sari.
a. Fungsi Pertukaran Bandarsupplier pertama melakukan fungsi pembelian dengan membeli
tembakau mole langsung dari petani dan melakukan fungsi penjualan ke pabrik rokok PT Djarum. Sedangkan bandar kedua melakukan fungsi pembelian dari
pedagang pengumpul dan melakukan fungsi penjualan ke PT Sampoerna. Penentuan harga jual bandar ditentukan oleh pabrik rokok.
b. Fungsi Fisik Fungsi fisik yang dilakukan oleh bandar meliputi fungsi penyimpanan,
pengemasan dan pengangkutan. Fungsi penyimpanan yang dilakukan apabila bandar belum bisa memenuhi permintaan pabrik, dan masih mencari pasokan
tembakau dari daerah lain, maka tembakau mole yang sudah terkumpul disimpan di gudang.
Fungsi pengemasan dilakukan oleh bandar yaitu untuk mempermudah pengangkutan ke pabrik rokok yang lokasinya sangat jauh. Pengemasan yang
dilakukan oleh bandar yaitu dengan mengemas tembakau mole ke dalam kardus besar, satu kardus besar memuat sekitar 40 kilogram tembakau mole. Untuk satu
kardus besar bandar membeli dengan harga Rp 7.500,00. Setelah dimasukkan ke dalam kardus, kemudian diikat dengan menggunakan tali plastik dengan
harga satu roll tali plastik sebesar Rp 35.000,00, sedangkan untuk alat press bandar membeli dengan harga Rp 150.000,00. Dalam pengemasan, bandar juga
mengeluarkan biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp 25.000,00 per hari untuk satu orang tenaga kerja.
Fungsi pengangkutan yang dilakukan oleh bandar adalah mengangkut semua tembakau mole untuk dikirim ke pabrik rokok, yaitu ke PT Djarum dan PT
Sampoerna. Alat transportasi yang digunakan berupa truk toronton. Pengiriman biasanya dilakukan dari bulan Juli sampai Oktober, jika barang sedang banyak
atau petani sudah melakukan panen raya satu bulan bandar bisa mengirim 300 – 500 ton ke pabrik rokok.
c. Fungsi Fasilitas Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh bandarsupplier adalah sortasi dan
grading, pembiayaan, penanggungan resiko dan informasi harga. Bandarsupplier melakukan kembali sortasi dan grading, meskipun pedagang
pengumpul dan petani sudah melakukannya terlebih dahulu, tetapi seringkali terjadi perbedaan persepsi mengenai kualitas tembakau. Fungsi pembiayaan
yang dilakukan oleh bandar yaitu meminjam modal kepada bank untuk biaya pembelian dari pedagang pengumpul atau petani, biaya pengemasan, dan biaya
pengangkutan untuk dikirim ke pabrik rokok, serta menyediakan fasilitas peminjaman modal untuk petani.
Penanggungan resiko yang seringkali dialami oleh bandarsupplier adalah tidak terpenuhinya kebutuhan pabrik, adanya kecurangan yang dilakukan oleh
petani dengan memasukkan tembakau mole kualitas rendah kualitas 3 4 diantara tembakau mole dengan kualitas tinggi kualitas 1. Sedangkan untuk
informasi harga, bandarsupplier memperoleh informasi dengan mengamati perkembangan harga dari pabrik rokok untuk menentukan harga jual dan harga
beli, dimana dapat berkaitan dengan ketersediaan barang dan permintaan dari pabrik itu sendiri.
6.2.4 Pabrik Guntingan
Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh pabrik guntingan adalah : a. Fungsi Pertukaran
Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pabrik guntingan adalah fungsi pembelian dan penjualan. Fungsi pembelian dilakukan dengan membeli
tembakau dari pedagang pengumpul sebagai bahan baku rokok, serta
melakukan fungsi penjualan dengan menjual tembakau yang sudah diolah dan diberi saus kepada konsumen. Tembakau yang sudah diolah dan diberi saus
oleh pabrik rokok tersebut dikenal dengan ” bako samara”. Harga jualnya yaitu Rp
1.500,00 untuk harga pabrik, apabila dijual ke konsumen menjadi Rp 2.000,00 per bungkus.
b. Fungsi Fisik Fungsi fisik yang dilakukan oleh pabrik guntingan ini adalah fungsi
penyimpanan, pengolahan, pengemasan, dan pengangkutan. Untuk dijadikan bahan baku
bako samara, tembakau mole yang sudah dibeli dari pedagang pengumpul disimpan, tidak langsung diolah. Hal tersebut dilakukan untuk
memberikan aroma tembakau yang khas sebelum dilakukan pengolahan. Fungsi pengolahan yang dilakukan oleh pabrik guntingan adalah
merajang kembali tembakau mole menjadi lebih halus dan tembakau yang sudah dirajang tersebut diberikan saus untuk memberikan rasa dan aroma yang khas.
Sedangkan untuk pengemasan, bako samara dimasukan ke dalam pembungkus
plastik yang sudah diberi merk oleh pabrik rokok tersebut. Satu bungkus plastik tersebut berisi
bako samara sekitar 60 gram. Fungsi pengangkutan dilakukan untuk mendistribusikannya ke warung dan toko di wilayah Garut sampai ke luar
wilayah Kabupaten Garut, alat transportasi yang digunakan adalah truk. Dalam satu kali pengiriman, pabrik rokok lokal mengirim 2.400 pak. Satu pak berisi 20
bungkus. c. Fungsi Fasilitas
Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pabrik guntingan adalah sortasi dan grading, pembiayaan, penanggungan resiko, dan informasi harga. Untuk sortasi
dan grading kadang-kadang dilakukan. Fungsi pembiayaan yang dilakukan
dengan meminjam modal kepada bank untuk biaya pembelian tembakau, bahan-
bahan untuk membuat saus, biaya pengemasan, biaya tenaga kerja, pajak cukai rokok dan pengangkutan.
Penanggungan resiko yang dialami oleh pabrik guntingan tersebut yaitu kekurangan pasokan tembakau mole, naiknya pajak cukai rokok dan kenaikan
ongkos transportasi. Pabrik guntingan memperoleh informasi harga dari suatu perhimpunan pengusaha tembakau yang diberi nama Himpunan Pengusaha
Tembakau Priangan Timur HPTPT meliputi wilayah priangan timur.
6.2.5. Pedagang Pengecer
a. Fungsi Pertukaran Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pedagang pengecer adalah fungsi
pembelian dan penjualan. Fungsi pembelian terjadi ketika pedagang pengecer melakukan kegiatan pembelian tembakau mole kepada petani, pembelian yang
dilakukan oleh pedagang pengecer ini dalam skala kecil. Pedagang pengecer ini biasanya membeli sekitar 50 - 100 kilogram tembakau dari petani, dan dijual
langsung ke konsumen, dengan berat sekitar 1 - 5 ons. b. Fungsi Fisik
Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang pengecer ini hanya fungsi pengangkutan saja yaitu membeli tembakau dari petani kemudian menjualnya
langsung kepada konsumen. Alat transportasi yang digunakan adalah mobil pick
up. c. Fungsi Fasilitas
Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang pengecer adalah fungsi sortasi dan
grading, informasi, penanggungan resiko dan pembiayaan. Informasi harga diperoleh dengan mengetahui dari pedagang pengecer lain atau informasi
dari bandar. Sedangkan penanggungan resiko yang sering dialami adalah apabila tembakau mole tersebut tidak laku untuk dijual, dan disimpan untuk dijual
kembali keesokan harinya. Pembiayaan yang dilakukan hanya untuk biaya transportasi.
6.3 Struktur
Pasar 6.3.1 Petani
Struktur pasar yang dihadapi oleh petani tembakau di Desa Ciburial adalah struktur pasar oligopsoni. Jumlah penjual petani tembakau lebih banyak
dan pedagang sedikit, sehingga posisi antara petani dan pedagang tidak seimbang. Produknya bersifat homogen. Informasi pasar yang sering didapatkan
oleh petani kurang lengkap, petani hanya mengetahui informasi dari petani yang lainnya.
Pedagang lebih menguasai informasi mengenai harga, biaya dan kondisi pasar jika dibandingkan dengan petani
.
Untuk keluar masuk pasar sangat sulit, karena petani harus dapat memperoleh kepercayaan pembeli agar mau membeli
tembakau yang dihasilkannya.
6.3.2 Pedagang Pengumpul
Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul adalah oligopsoni. Produknya bersifat homogen. Informasi harga yang diperoleh pedagang
pengumpul dari bandarsupplier dan pedagang pengumpul lainnya. Penentuan harga ditentukan melalui proses tawar menawar, berdasarkan harga yang
berlaku di pasar dan informasi dari pabrik rokok.
6.3.3 BandarSupplier
Struktur pasar yang dihadapi oleh bandar adalah pasar oligopsoni, dimana hanya terdapat satu perusahaaan pabrik rokok untuk pembelian
tembakau mole, sehingga harga tembakau mole ditentukan oleh pihak pabrik rokok. Informasi harga yang diperoleh pabrik rokok tersebut. Sifat produk adalah
homogen. Terdapat hambatan untuk keluar masuk pasar yaitu penentuan kualitas tembakau.
6.3.4 Pabrik Guntingan
Struktur pasar yang dihadapi oleh pabrik guntingan adalah oligopsoni, karena jumlah penjual tembakau lebih banyak. Penentuan harga dilakukan oleh
pabrik guntingan. Hambatan yang dialami oleh pabrik guntingan ini adanya persaingan pasar dengan pabrik rokok lokal lain yang berada di luar wilayah
Garut.
6.3.5 Pedagang Pengecer
Struktur pasar yang dihadapi oleh pedagang pengecer yaitu struktur pasar oligopoli dari sudut penjual, karena terdapat banyak pembeli, sifat produk
adalah homogen, serta adanya tawar menawar antara pedagang pengecer dengan konsumen, sehingga penentuan harga berdasarkan atas dasar
kesepakatan. Berdasarkan pernyataan diatas struktur pasar yang terbentuk dalam
sistem tataniaga tembakau mole di Desa Ciburial merupakan pasar persaingan tidak sempurna dan lebih mengarah ke pasar oligopsoni. Hal tersebut terjadi
karena perdagangan dilakukan oleh sedikit pembeli dan banyak penjual sehingga posisi kedua belah pihak tidak seimbang. Pasar oligopsoni dalam
produksi tembakau dikendalikan oleh dua faktor, yakni kualitas dan kuantitas. Jika petani menjual tembakau dengan kualitas baik, maka kecil kemungkinan
pabrik mematok harga rendah. Menjaga kualitas saja tidak cukup. Pengaturan
volume produksi agar jangan sampai terjadi banjir tembakau di pasaran perlu pula dilakukan.
6.4. Perilaku Pasar