Kerangka Operasional KERANGKA PEMIKIRAN

3.1.6.2 Farmer Share’s

Kohls and Uhls 1990 menyatakan bahwa, farmer share’s adalah persentase harga yang diterima oleh petani sebagai imbalan dari kegiatan usaha tani yang dilakukannya dalam menghasilkan produk. Farmer share’s dapat dipengaruhi oleh tingkat pengolahan, keawetan produk, ukuran produk, jumlah produk, dan biaya transportasi. Saluran tataniaga yang efektif dan efisien adalah marjin dan biaya tataniaganya lebih rendah sehingga perbedaan harga diantara petani dan konsumen lebih kecil. Jika harga yang diterima petani lebih besar maka dapat meningkatkan nilai Farmer share’s. Begitu pun sebaliknya dengan saluran tataniaga yang tidak efektif dan efisien Sakinah, 2006. 3.1.6.3Rasio Keuntungan dan Biaya Rasio keuntungan dan biaya, mengukur tingkat efisiensi tataniaga. Semakin merata penyebaran rasio keuntungan dan biaya maka operasional sistem tataniaga akan semakin efisien.

3.2 Kerangka Operasional

Kabupaten Garut mempunyai potensi untuk mengembangkan komoditi tembakau sebagai salah satu komoditas unggulan. Tembakau lokal di Kabupaten Garut ini telah dikenal dengan nama tembakau mole rajangan halus, dan juga mempunyai ciri khas tersendiri. Sampai saat ini tembakau mole sudah terserap oleh industri rokok seperti PT Sampoerna dan PT Djarum Kudus, sebagai bahan dasar campuran untuk rokok kretek. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua APTI Garut, di Kabupaten Garut, terutama di Desa Ciburial Kecamatan Leles secara umum terdapat dua saluran tataniaga tembakau yaitu saluran tataniaga petani yang tidak terikat perjanjian modal dan saluran tataniaga petani yang terikat perjanjian modal. Pada saluran yang tidak terikat perjanjian modal, petani dapat menjual tembakaunya dengan bebas kepada lembaga tataniaga manapun karena tidak ada keterikatan dengan lembaga tataniaga, kesepakatan harga ditentukan melalui proses tawar menawar. Saluran yang terikat perjanjian modal dimana petani sebagai penerima harga karena adanya keterikatan modal dengan lembaga tataniaga, sehingga petani tidak bebas menjual tembakaunya kepada lembaga tataniaga yang lain, serta penentuan kualitas juga ditentukan oleh lembaga tataniaga yang telah memberikan modal. Terdapat 69,23 persen petani memasarkan hasil usahataninya melalui saluran ini. Maka dari itu perlu diketahui bagaimana sistem tataniaga tembakau mole pada kedua saluran tersebut. Parameter yang digunakan untuk menganalisis lebih lanjut mengenai pola tataniaga tembakau yaitu struktur pasar, perilaku pasar, lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat serta saluran tataniaga, dan fungsi-fungsi dari tataniaga tersebut. Sedangkan analisis yang digunakan dalam pembentukan harga yaitu marjin tataniaga, farmer’s share, dan rasio keuntungan biaya. Dari hasil analisis tersebut kemudian dilihat saluran manakah yang paling efisien. Gambar 3 . Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Analisis Kualitatif: 1. Analisis Lembaga dan Saluran Tataniaga; 2. Analisis Fungsi-Fungsi Tataniaga; 3. Analisis Struktur Pasar; 4. Analisis Perilaku Pasar; Analisis Kuantitatif: 1. Analisis Marjin Tataniaga 2. Analisis Bagian Harga yang Diterima Petani farmer’s share; 3. Analisis Rasio Keuntungan Biaya; Efisiensi Tataniaga saluran tataniaga petani yang terikat perjanjian modal saluran tataniaga petani yang tidak terikat perjanjian modal - Petani sebagai penerima harga - Adanya keterikatan modal - Penentuan kualitas dilakukan oleh lembaga tataniaga - Petani tidak bebas menjual tembakaunya - Petani melakukan tawar menawar harga dengan lembaga tataniaga - Tidak adanya keterikatan modal - Petani bebas menjual hasil tembakaunya Terdapat dua saluran tataniaga yang berada di Desa Ciburial, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut

BAB IV METODE PENELITIAN