Lamun mempunyai daun – daun panjang, tipis dan mirip pita yang mempunyai
saluran – saluran air, serta bentuk pertumbuhan monopidal. Lamun tumbuh dari
rhizome yang merambat. Bagian tubuh lamun dapat dibedakan ke dalam morfologi yang tampak seperti daun, bunga dan buah Nyabakken, 1992.
Padang lamun memiliki 3 tipe vegetasi padang lamun, yaitu 1. Padang lamun vegetasi tunggal
2. Padang lamun yang berasosiasi dengan dua atau tiga spesies padang lamun, tipe seperti ini sering dijumpai dibandingkan tipe tunggal
3. Padang lamun vegetasi campuran mixed seagrass beds, umumnya terdiri dari spesies-spesies Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata,
Cymodoceae serrulata, Syringodium isoetifolium, Halodule unniversis dan Halodule ovalis.
Padang lamun di perairan Indonesia umumnya termasuk padang vegetasi campuran Azkab, 1999. Ekosistem padang lamun di Indonesia sering di jumpai di
daerah pasang surut bawah inner intertidal dan subtidal atas upper subtidal. Dilihat dari pola zonasi lamun secra horizontal, ekosistem lamun terletak diantara
dua ekosistem penting yaitu ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang. Ekosistem lamun sangat berhubungan erat dan berinteraksi serta sebagai mata rantai
link dan sebagai penyangga buffer dengan mangrove di pantai dan terumbu karang ke arah laut.
2.2.2. Faktor - faktor Lingkungan
Kedalaman dan Kecerahan
Kecerahan perairan menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami, kecerahan sangat penting
karena erat kaitannya dengan proses fotosintesis. Semakin tinggi nilai kecerahan, semakin tinggi pula tingkat penetrasi cahaya ke kolom perairan. Nilai ini sangat
bergantung pada keadaan cuaca, waktu pengukuran dan padatan tersuspensi. Penetrasi cahaya matahari atau kecerahan sangat penting sekali, karena akan
mempengaruhi pertumbuhan lamun. Daya jangkau atau kemampuan tumbuh lamun untuk sampai pada kedalaman
tertentu sangat dipengaruhi oleh saturasi cahaya setiap individu lamun. Distribusi
padan lamun hanya terbatas pada perairan yang tidak terlalu dalam, namun pada perairan yang jernih lamun dapat ditemukan hingga kedalaman lebih dari 30 meter.
Distribusi kedalaman tergantung dari hubungan beberapa faktor, yaitu gelombang, arus, substrat, turbiditas dan penetrasi cahaya BTNKpS 2008.
Padatan tersuspensi total TSS
Pada tersuspensi total TSS adalah bahan – bahan tersuspensi diameter 1
µm yang tertahan pada saringan miliopore dengan diameter pori 0,45 µm. TSS terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasad
– jasad renik yang terutama disebabkan kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air Effendie
2003.
Arus
Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan oleh tiupan angin, perbedaan densitas air laut dan gerakan perodik jangka panjang.
Arus yang disebabkan oleh gerakan periodik jangka panjang adalah arus yang disebabkan oleh pasang surut. Arus yang disebabkan oleh pasang surut biasanya
banyak diamati di perairan teluk dan pantai Nontji 2007. Pergerakan air sangat menentukan pertumbuhan tanaman air, baik yang mengapung maupun yang
menancap di dasar perairan. Kecepatan arus yang sangat tinggi dan tubulensi dapat mengakibatkan naiknya padatan tersuspensi yang berlanjut pada reduksi penetrasi
cahaya ke dalam air atau turunnya kecerahan air. Kondisi ini dapat menyebabkan rendahnya laju produksi tumbuhan lamun Supriharyono 2009.
Hara Nitrogen dan Orthofosfat
Nutrient atau senyawa inorganic essensial terlarut berperan dalam fungsi metabolic biota laut, terutama untuk kehidupan dan pertumbuhan produktivitas
primer Sanusi 2006. Beberapa nutrient yang penting dalam perairan laut nitrogen dan fosfor.
Nitrogen ditemukan dalam jumlah yang melimpah di atmosfer, tetapi nitrogen tidak dapat dimanfaatkan secara langsung oleh makhluk hidup Dugan
1972 in Effendi 2003. Sumber utama nitrogen di perairan tidak terdapat dalam
bentuk gas. Di perairan, nitrogen berupa nitrogen anorganik dan nitrogen organik. Nitrogen anorganik terdiri atas ammonia, ammonium, nitrit, nitrat dan molekul
nitrogen dalam bentuk gas Effendi 2003. Ammonia dalam perairan berasal dari proses amonifikasi yaitu pemecahan
nitrogen organik dan nitrogen anorganik yang terdapat di dalam air dan tanah,yang berasal dari hasil dekomposisi bahan organik oleh mikroba dan jamur. Reduksi nitrat
pada kondisi anaerob juga menghasilkan gas amonia dan gas – gas lain, misalnya
N
2
O, NO
2
, NO dan N
2
Novotny dan Olem, 1994. Sumber amonia adalah reduksi gas nitrogen yang berasal dari difusi udara atmosfer, limbah industri, dan domestik.
Menurut Guldman dan Horne, 1983 in Gurning, 2005 amonia berada di ekosistem akuatik umumnya dalam bentuk ion terionisasi NH
4 +
amonium. Amonia jarang ditemukan pada perairan yang memiliki oksigen yang cukup.
Nitrit merupakan bentuk peralihan antara nitrat dan amonia nitrifikasi serta antara nitrat dan nitrogen denitrifikasi. Pada linkungan alami proses nitirifikasi
sangat penting karena nitrogen N
2
diserap oleh tanaman dalam bentuk nitrat. Nitrit biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit di perairan alami. Kadar nitrit
lebih kecil daripada nitrat, karena nitrit bersifat tidak stabil jika terdapat oksigen dan bersifat toksik Novotny dan Olem, 1994. Kadar nitrit lebih besar dari 0,05
mgldapat bersifat toksik bagi organisme perairan yang sangat sensitif. Nitrat NO
3
adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami dan sangat mudah larut dalam air serta bersifat stabil. Nitrat merupakan nutrien utama bagi
pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat tidak bersifat toksik terhadap organisme akuatik. Pada kondisi anerob, nitrat akan mengalami denitrifikasi menjadi amonia
Effendi 2003. Di perairan, unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai
elemen. Melainkan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut ortofosfat dan polifosfat dan senyawa organic yang berupa patikulat. Ortofosfat merupakan bentuk
fosfor yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan akuatik, sedangkan polifosfat harus mengalami hidrolisis membentuk ortofosfat terlebih dahulu,sebelum
dapat dimanfaatkan sebagai sumber fosfor Effendi, 2003. Sumber utama fosfat berasal dari daratan, yaitu melalui pelapukan batuan
aloton yang masuk ke dalam laut terutama melalui aliran sungai. Selain itu,
buangan limbah organik seperti deterjen yang masuk ke laut atau perairan estuary akan memberikan sumbangan fosfat dalam bentuk polifosfat Sanusi 2006.
2.2.3. Kriteria baku kerusakan padang lamun dan penyebab kerusakan