II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teluk Bakau
Pulau Bintan merupakan salah satu bagian gugus pulau yang berada di wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Teluk Bakau terletak pada wilayah pesisir pantai
timur kabupaten Bintan, secara administratif merupakan bagian dari Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan. Desa ini memiliki panjang 112,12 km, dengan
batas – batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan Desa Malang Rapat Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Kawal
Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tuapana Sebelah timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan
Pulau Bintan termasuk daerah yang beriklim tropis basah; curah hujan rata-
rata ± 2.214 mmtahun,berkisar antara 2.000-2.500 mmth, dengan hari hujan ±110 hari. Curah hujan tertinggi pada bulan Desember 347 mm, terendah pada bulan
Agustus 101 mm. Suhu rata-rata bulanan selama 5 1996-2000 antara 22,5
o
C- 26,2
o
C , suhu terendah rata-rata 23,9
o
C dan tertinggi rata-rata 31,8
o
. Cuaca di daratan Pulau Bintan cukup terik dan panas pada siang hari, namun di wilayah
pantai cuaca cukup nyaman karena mendapat pengaruh dari angin laut yang dapat menyeimbangkan cuaca terik tersebut. Kelembapan udara berkisar antara 83-
89.
2.2. Padang Lamun
2.2.1. Klasifikasi Lamun
Lamun adalah kelompok tumbuhan berbunga yang dapat beradaptasi dengan lingkungan laut. Lamun hidup di perairan laut yang dangkal, mempunyai tunas
berdaun tegak, berbunga, berbuah dan menghasilkan biji Romimohtarto dan Juwana, 2005. Komunitas lamun berada diantara batas terendah daerah pasang
surut sampai kedalaman tertentu di mana cahaya matahari masih dapat mencapai dasar laut Sitania, 1998 in Wimbaningrum,2002. Lamun seagrass termasuk
dalam subkelas Monocotyledoneae dalam kelompok tumbuhan berbunga
Angiospermeae. Secara lengkap klasifikasi beberapa jenis lamun yang terdapat di perairan Indonesia Azkab, 1999, sebbagai berikut:
Divisi : Anthophyta Kelas : Angiospermeae
Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Helobiae
Famili: Hydrocharitaceae Genus : Enhalus
Spesies : Enhalus acoroides Genus : Halophila
Spesies : Halophila decipiens Halophila minor
Halophila ovalis Halophila spinulosa
Genus : Thalassia Spesies : Thalassia hemprichii
Famili: Potamogetonaceae Genus : Cymodocea
Spesies : Cymodocea rotundata Cymodocea serrulata
Genus : Halodule Spesies : Halodule pinifolia
Halodule uninervis Genus : Syringodium
Spesies : Syringodium isotifolium Genus : Thalassodendron
Lamun mempunyai beberapa sifat yang berasosiasi dengan lingkungan laut, yaitu mampu hidup di media air asin, mampu berfungsi normal dalam keadaan
terbenam, mempunyai system perakaran yang berkembang biak, mampu melakukan daur generative dalam keadaan terbenam dan mampu bersaing atau kompetisi
dengan organism lain di bawah kondisi lingkungan yang kurang stabil Argadi, 2003. Sebagian besar lamun mempunyai bentuk morfologi luar yang hampir sama.
Lamun mempunyai daun – daun panjang, tipis dan mirip pita yang mempunyai
saluran – saluran air, serta bentuk pertumbuhan monopidal. Lamun tumbuh dari
rhizome yang merambat. Bagian tubuh lamun dapat dibedakan ke dalam morfologi yang tampak seperti daun, bunga dan buah Nyabakken, 1992.
Padang lamun memiliki 3 tipe vegetasi padang lamun, yaitu 1. Padang lamun vegetasi tunggal
2. Padang lamun yang berasosiasi dengan dua atau tiga spesies padang lamun, tipe seperti ini sering dijumpai dibandingkan tipe tunggal
3. Padang lamun vegetasi campuran mixed seagrass beds, umumnya terdiri dari spesies-spesies Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata,
Cymodoceae serrulata, Syringodium isoetifolium, Halodule unniversis dan Halodule ovalis.
Padang lamun di perairan Indonesia umumnya termasuk padang vegetasi campuran Azkab, 1999. Ekosistem padang lamun di Indonesia sering di jumpai di
daerah pasang surut bawah inner intertidal dan subtidal atas upper subtidal. Dilihat dari pola zonasi lamun secra horizontal, ekosistem lamun terletak diantara
dua ekosistem penting yaitu ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang. Ekosistem lamun sangat berhubungan erat dan berinteraksi serta sebagai mata rantai
link dan sebagai penyangga buffer dengan mangrove di pantai dan terumbu karang ke arah laut.
2.2.2. Faktor - faktor Lingkungan