isotifolium, Thalassia hemprchii dan Thalassodendron ciliatum. Pada stasiun 4 dan 5, jenis lamun yang dominan adalah Thalassia hemprichii. Karena Thalassia
hemprichii merupakan jenis lamun yang sebaran vertikalnya dapat mencapai kedalaman 25 meter. Selain itu, jenis lamun ini dapat hidup di berbagai jenis
substrat mulai dari pasir lumpur, pasir berukuran sedang dan kasar sampai pecahan –
pecahan karang. Potensi sumberdaya lamun di perairan Desa Teluk Bakau dilihat dari jenis
yang ditemukan tergolong beranekaragam jenisnya, karena memiliki 10 jenis lamun yang ditemukan di perairan Desa Teluk Bakau. Di lokasi penelitian tumbuh 10 jenis
sumberdaya lamun antara lain Enhalus acoroides, Cymodocea serrulata, Thalassia hemprchii, Halodule uninervis, Halophila minor, Cymodocea rotundata, Halodule
pinifolia, Syringodium isotifolium, Thalassodendron ciliatum, Halophila. Sp. Sumberdaya lamun yang paling mendominasi di lokasi penelitian adalah Enhalus
acoroides. Hal ini dikarenakan tipe substrat di lokasi penelitian dominan pasir berlumpur yang merupakan habitat yang paling cocok untuk Enhalus acoroides
Bengen 2001. Selain itu, Enhalus acoroides dapat hidup di daerah yang berturbasi tinggi dan seringkali tumbuh bersama
– sama dengan Thalassia hemprchii Hutomo
4.2. Kondisi Lingkungan
4.2.1. Bentang alam
Berdasarkan hasil pengamatan bentang alam di Teluk Bakau dibagi menjadi 5 zona. Setiap zona memiliki karakteristik bentang alam yang berbeda
– beda. Zona 1, kondisi wilayahnya memiliki kondisi pasir pantai yang berwarna coklat dan
substrat perairannya pasir berlumpur serta terdapat aliran sungai. Pada zona 2, kondisi wilayahnya memiliki kondisi pasir pantai yang berwarna putih dan substrat
perairannya pasir berlumpur serta terdapat pondok – pondok yang disewakan kepada
wisatawan yang sedang berkunjung.
Gambar 4. Karakteristik Teluk Bakau Zona 3, kondisi wilayahnya memiliki kondisi pasir pantai yang berwarna
putih dan substrat perairannya pasir berlumpur serta terdapat hotel resort yang disewakan kepada wisatawan yang sedang berkunjung untuk menginap. Zona 4,
kondisi wilayahnya memiliki kondisi pasir pantai yang berwarna putih dan substrat perairannya pasir serta terdapat rumah penduduk asli setempat yang dibangun di atas
sumberdaya lamun. Selain itu, pada zona 4 terdapat teluk yang berbukit. Zona 5, kondisi wilayahnya memiliki kondisi pasir pantai yang berwarna putih dan substrat
perairannya pasir berkarang ruble. Dari kelima zona yang memiliki kondisi yang masih alami dan belum
adanya aktivitas pembangunan adalah zona 1 dan zona 5. Namun untuk kondisi sumberdaya lamun yang paling baik dan kondisi lingkungan yang masih baik adalah
zona 5. Sedangkan zona 1 kondisi lamunnya kurang beranekaragan dan kondisi lingkungannya kurang bagus. Ini dikarenakan pada zona 1 terdapat aliran sungai
yang membawa unsur hara yang berasal dari daratan.
4.2.2. Kualitas perairan
Pengkajian kondisi biofisik perairan yang mencakup kualitas perairan fisika dan kimia dilakukan dengan tujuan untuk melihat keseimbangan ekosistem perairan
dan menentukan kondisi perairan yang terkait dengan kelayakan habitat bagi sumberdaya lamun, perikanan dan pariwisata. Parameter kualitas perairan yang
diamati adalah kecerahan, TSS, TDS, nitrat, nitrit dan amoniak. Parameter –
parameter tersebut dapat mempengaruhi kondisi suatu perairan. Parameter parameter tersebut dapat dipengaruhi oleh aktifitas wisata seperti jet sky, banana boot dan
parazeling maupun kegiatan manusia seperti pembuangan limbah rumag tangga, tambat kapal dan pencemaran hasil pertananian.
Pengambilan contoh air dilakukan pada 5 stasiun di perairan pantai Trikora, desa Teluk Bakau. Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan tabel 6.
Tabel 6. Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan
No Parameter
Baku Mutu
Stasiun 1
2 3
4 5
Fisika
1 Kecerahan
100 100
100 100
100 2
TSS mgL 20
75 25
5 10
3 Kedalamancm
1.12 0.82
0.77 1.06
1.59 4
Kecepatan Aruscms 5.52
5.74 7.76
3,96 9.65
Kimia
1 Nitrat mgL
0,008 0.0268
0.0441 0.039
0.0316 0.0194
2 Amonia
0,3 0.4874
0.0729 0.0551
0.1273 0.0264
3 Orthoposfat
0,014 0.0042
0.0088 0.0017
Kecerahan
Kecerahan perairan menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalam tertentu. Kegiatan wisata memerlukan kecerahan perairan
yang baik karena kondisi kecerahan perairan yang kurang baik dapat mengganggu wisatawan. Pada pengukuran nilai kecerahan menggunakan alat bantu secchi disk
dan menggunakan menggunakan metode visualisasi dengan kedalaman melebihi 1 meter. Kecerahan pada perairan pantai Trikora, Desa Teluk Bakau setiap stasiun
mencapai 100. Ini berarti penetrasi cahaya hingga ke dasar perairan. Sehingga
nilai tersebut menunjukkan bahwa perairan pantai Trikora, Desa Teluk Bakau memiliki kecerahan yang sangat baik dan cocok untuk kegiatan wisata.
Padatan Tersuspensi Total TSS
Padatan tersuspensi total TSS adalah bahan – bahan tersuspensi diameter
1 µm yang tertahan pada saringan miliopore dengan diameter pori 0,45 µm. TSS terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasad
– jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air Effendi
2003. Kisaran nilai TSS pada stasiun 1 yaitu 75 mgl, stasiun 2 sebesar 25 mgl, stasiun 3 sebesar 5 mgl, stasiun 4 sebesar 0 mgl, dan stasiun 5 sebesar 10 mgl.
Kadar maksimum TSS dalam air laut untuk kegiatan wisata bahari yang ditetapkan Menteri Negara Lingkungan Hidup adalah 20 mgl. Perairan Teluk Bakau pada
stasiun 3, stasiun 4 dan stasiun 5 tidak melebihi baku mutu sehingga perairan cocok untuk dijadikan tempat wisata. Kadar TSS di bawah nilai baku mutu menunjukkan
bahwa perairan Teluk Bakau memiliki tingkat kekeruhan yang rendah. Akan tetapi, pada stasiun 1 dan stasiun 2 memiliki kadar TSS yang tinggi daripada baku mutu.
Hal ini disebabkan pada stasiun 1 dan stasiun 2 terdapat aliran sungai sehingga mendapat sedimen yang berasal dari daratan. Selain itu disebabkan pada waktu
pengukuran,gelombang yang terjadi tidak cukup besar, sehingga mempengaruhi kekeruhan perairan.
Kecepatan arus
Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan oleh tiupanangin, perbedaan densitas air laut dan gerakan periodic jangka panjang
Nontji 2007. Kecepatan arus yang terukur pada stasiun 1 sebesar 5.52 ms, stasiun 2 sebesar 5.74 ms, stasiun 3 sebesar 7.76 ms, stasiun 4 sebesar 3.96 ms, dan
stasiun 5 sebesar 9.65 ms. Faktor yang cukup dominan mempengaruhi kecepatan arus di perairan tersebut adalah angin. Selain itu, dangkalnya perairan dan
keberadaan lamun juga memberikan pengaruh yang cukup besar dalam memperlambat pergerakan arus. Pergerakan arus ini berpengaruh terhadap
pertumbuhan lamun yang terkait dengan suplai unsur hara dan persediaan gas – gas
terlarut yang dibutuhkan oleh lamun serta laju produksi lamun tidak terhambat.
Kecepatan arus yang relative tenang dalam padang lamun member kondisi alami yang sangat disenangi oleh ikan
– ikan kecil dan invertebrate kecil seperti beberapa jenis udang, kuda laut, bivalva, Gastropoda dan Echinodermata Supriharyono
2009.
Kedalaman
Daya jangkau atau kemampuan tumbuh lamun untuk sampai pada kedalaman tertentu sangat dipengaruhi oleh saturasi cahaya setiap individu lamun. Distribusi
padang lamun hanya terbatas pada perairan yang tidak terlalu dalam, namun pada perairan yang sangat jernih lamun dapat ditemukan hingga kedalaman 40 m.
Distribusi kedalaman tergantung dari hubungan beberapa faktor, yaitu gelombang, arus, substrat, turbiditas dan penetrasi cahaya Meinar 2009. Kedalaman pada
stasiun 1 sebesar 1.12 m, stasiun 2 sebesar 0.82 m, stasiun 3 sebesar 0.77 m, stasiun 4 sebesar 1.06 m, stasiun 5 sebesar 1.59 m. Kedalaman dari ke lima stasiun melebihi
1 m tetapi tidak mencapai kedalaman hingga 3 m adalah stasiun 1, stasiun 4 dan stasiun 5 stasiun . Ini berarti perairan tersebut termasuk kedalam perairan dangkal
sehingga dengan mudah penetrasi cahaya masuk ke perairan yang menyebabkan kecerahan perairan disetiap stasiun sebesar100.
Ammonia
Ammonia dalam perairan berasal dari proses amonifikasi yaitu pemecahan nitrogen organik dan nitrogen anorganik yang terdapat di dalam air dan tanah,yang
berasal dari hasil dekomposisi bahan organik oleh mikroba dan jamur. Kadar ammonia pada perairan Teluk Bakau pada stasiun 1 antara 0.4874 mgl, stasiun 2
antara 0.0729 mgl, stasiun 3 antara 0.0551 mgl, stasiun 4 antara 0.1273 mgl, stasiun 5 antara 0.0264 mgl. Berdasarkan Keputusan Mentri Negara Lingkungan
Hidup No. 51 Tahun 2004, nilai baku mutu untuk kadar ammonia pada ekosistem lamun adalah 0,3 mgl. Pada kelima stasiun kadar ammonia di perairan Teluk Bakau
memiliki kadar ammonia dibawah baku mutu adalah stasiun 2, stasiun 3, stasiun 4 dan stasiun 5. Sedangkan pada stasiun 1 memiliki kadar di atas nilai baku mutu. Ini
disebabkan perairan di Teluk Bakau tersebut terdapat masukkan air dari darat melalui aliran sungai yang membawa bahan organik.
Nitrat
Nitrat NO
3
adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami dan sangat mudah larut dalam air serta bersifat stabil. Nitrat merupakan nutrien utama bagi
pertumbuhan tanaman dan algae. Kadar nitrat pada perairan Desa Teluk Bakau pada stasiun 1 sebesar 0.0268 mgl, stasiun 2 sebesar 0.0441 mgl, stasiun 3 sebesar
0.0390 mgl, stasiun 4 sebesar 0.0316 mgl, stasiun 5 sebesar 0.0194 mgl. Berdasarkan Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004, nilai
baku mutu untuk kadar nitrat pada ekosistem lamun adalah 0,008 mgl.
Orthofosfat
Ortofosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan akuatik, sedangkan polifosfat harus mengalami hidrolisis
membentuk ortofosfat terlebih dahulu,sebelum dapat dimanfaatkan sebagai sumber fosfor. Kadar orthofosfat pada perairan Desa Teluk Bakau pada stasiun 1 sebesar
0.0042 mgl, stasiun 2 sebesar 0 mgl, stasiun 3 sebesar 0.0088 mgl, stasiun 4 sebesar 0.0017 mgl, stasiun 5 sebesar 0 mgl. Berdasarkan Keputusan Mentri
Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004, nilai baku mutu untuk kadar nitrat pada ekosistem lamun adalah 0,014 mgl.
Pencemaran
Pencemaran adalah masukya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan komponen lain ke dalam air. Pencemaran bias berarti berubahnya komposisi air
oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air menjadi menurun fungsinya.
Pencemaran pada stasiun 1 berasal dari masukan air sungai yang berasal dari hutan mangrove. Di mana aliran sungai membawa bahan
– bahan organik dan anorganik yang berasal dari daratan. Selain itu, adanya pengerukan pasir yang dapat
merubah warna perairan menjadi keruh. Pada stasiun 2, sumber pencemaran berasal dari kegiatan manusia sampah dari wisatawan dan limpasan air sungai yang berasal
dari stasiun 1. Pencemaran tersebut dapat mengurangi estetika dari tempat wisata tersebut. Pada stasiun 3, sumber pencemaran berasal dari kegiatan wisatawan dan
hotel atau resort yang tidak mmemiliki pengolahan limbah yang tidak memadai.
Sumber pencemaran yang berasal dari kegiatan wisatawan dapat berupa buangan sampah wisata baik sampah organik dan anorganik dan wahana permainan, seperti
speedboat. Kegiatan tersebut dapat menyebabkan eutrofikasi atau penyuburan berlebihan dapat mengganggu pertumbuhan lamun. Pada stasiun 4, sumber
pencemaran lebih banyak berasal dari limbah rumah tangga. Ini dikarenakan pada stasiun 4 terdapat pemukiman warga yang berada di atas air. Di mana limbah yang
berasal dari rumah tangga menyebabkan eutrofikasi atau penyuburan yang berlebihan yang dapat mengganggu pertumbuhan lamun. Selain itu, sampah
– sampah plastik yang dibuang oleh warga setempat akan mengotori kondisi perairan
dan pantai yang dapat mengurangi nilai estetika tempat tersebut. Pada stasiun 5, sumber pencemaran berasal dari sampah wisatawan berupa sampah organik dan
anorganik. Dilihat dari kelima stasiun tersebut, stasiun yang memiliki tingkat
pencemaran yang paling rendah terdapat pada stasiun 5. Ini dikarenakan pada stasiun 5 belum ada aktivitas hotel atau resort. Dan pencemaran yang paling tinggi
terdapat pada stasiun 1. Karena pada stasiun 1 terdapat aliran sungai yang membawa limbah rumah tangga dan domestic yang berasal dari daratan.
Pencemaran di Teluk Bakau secara umum disebabkan oleh limbah rumah tangga, kegiatan pembangunan kontruksi pantai yang dapat menyebabkan kekeruhan
perairan, masukkan air sungai yang berasal dari hutan mangrove dan kegiatan hotel atau resort tanpa pengolahan limbah yang memadai. Limbah rumah tangga dan
perhotelan atau resort dapat menyebabkan eutorfikasi atau penyuburan berlebihan pada perairan yang dapat mengganggu pertumbuhan lamun. Untuk mengurangi
terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas perhotelan resort dan aktivitas kegiatan manusia maka diperlukan pengendalian terhadap
pencemaran lingkungan.
4.3. Kesesuaian Perairan untuk Ekowisata dan Daya Dukung Kawasan