Kesesuaian untuk wisata lamun

Sumber pencemaran yang berasal dari kegiatan wisatawan dapat berupa buangan sampah wisata baik sampah organik dan anorganik dan wahana permainan, seperti speedboat. Kegiatan tersebut dapat menyebabkan eutrofikasi atau penyuburan berlebihan dapat mengganggu pertumbuhan lamun. Pada stasiun 4, sumber pencemaran lebih banyak berasal dari limbah rumah tangga. Ini dikarenakan pada stasiun 4 terdapat pemukiman warga yang berada di atas air. Di mana limbah yang berasal dari rumah tangga menyebabkan eutrofikasi atau penyuburan yang berlebihan yang dapat mengganggu pertumbuhan lamun. Selain itu, sampah – sampah plastik yang dibuang oleh warga setempat akan mengotori kondisi perairan dan pantai yang dapat mengurangi nilai estetika tempat tersebut. Pada stasiun 5, sumber pencemaran berasal dari sampah wisatawan berupa sampah organik dan anorganik. Dilihat dari kelima stasiun tersebut, stasiun yang memiliki tingkat pencemaran yang paling rendah terdapat pada stasiun 5. Ini dikarenakan pada stasiun 5 belum ada aktivitas hotel atau resort. Dan pencemaran yang paling tinggi terdapat pada stasiun 1. Karena pada stasiun 1 terdapat aliran sungai yang membawa limbah rumah tangga dan domestic yang berasal dari daratan. Pencemaran di Teluk Bakau secara umum disebabkan oleh limbah rumah tangga, kegiatan pembangunan kontruksi pantai yang dapat menyebabkan kekeruhan perairan, masukkan air sungai yang berasal dari hutan mangrove dan kegiatan hotel atau resort tanpa pengolahan limbah yang memadai. Limbah rumah tangga dan perhotelan atau resort dapat menyebabkan eutorfikasi atau penyuburan berlebihan pada perairan yang dapat mengganggu pertumbuhan lamun. Untuk mengurangi terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas perhotelan resort dan aktivitas kegiatan manusia maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan.

4.3. Kesesuaian Perairan untuk Ekowisata dan Daya Dukung Kawasan

4.3.1. Kesesuaian untuk wisata lamun

Ada beberapa parameter yang digunakan dalam analisis kesesuian wisata lamun yaitu persen penutupan lamun, jenis lamun, jumlah jenis ikan, jenis substrat, kecerahan, kedalaman dan kecepatan arus. Ketujuh parameter ini saling terkait dalam menghasilkan kategori pengembangan wisata lamun di Teluk Bakau. Tabel 7. Persentase kesesuaian lahan untuk ekowisata lamun di perairan Teluk Bakau. St Tutupan Lamun Kecerahan perairan Jenis ikan Jenis lamun Jenis substrat Kec Arus Cms Kedalaman lamun IKW Kategori 1 45 100 4 Enhalus Pasir berlumpur 5.52 1.12 52.63 S2 2 24 100 5 Enhalus Pasir berlumpur 5.74 0.82 47.37 N 3 26 100 7 Cymodocea,Halophila Pasir berlumpur 7.76 0.77 68.42 S2 4 16 100 9 Cymodocea,Halophila, Halodule Pasir 3.96 1.06 66.67 S2 5 58 100 12 Cymodocea,Halophila Ruble 9.65 1.59 85.96 S1 Hasil Perhitungan kesesuaian lahan pada setiap stasiun masing – masing sebesar 52,63 stasiun 1, 47.37 stasiun 2, 68.42 stasiun 3, 66.67 stasiun 4 dan 85.96 stasiun 5. Dari kelima stasiun yang memiliki kategori S1 dengan nilai 83.00 - 100 adalah stasiun 5 gambar 22. Hasil ini menunjukkan kawasan di Teluk Bakau dapat dijadikan daerah ekowisata sumberdaya lamun; khususnya stasiun 5 termasuk kategori S1 sangat sesuai dengan nilai 85,96 Yulianda 2007 dan dapat direkomendasikan sebagai daerah inti ekowisata sumberdaya lamun dengan mempertimbangkan ekologis sumberdaya lamun tersebut. Faktor – faktor yang mempengaruhinya yaitu persentase penutupannya yang terisi saling terkait di dalamnya dengan kecerahan, tipe substrat, jenis ikan dan lain – lain. Semakin besar persentase penutupannya, semakin melimpah pula jumlah ikan yang hidup di ekosistem lamun, karena lamun merupakan penghasil O 2 yang tinggi dan dibutuhkan biota untuk respirasi Kiswara 2009. Lain halnya pada stasiun 2 yang memiliki nilai persentase IKW yang rendah. Hal ini diduga letak pengamatan masih ada pengaruh dari daratan dan kegiatan manusia. Selain itu, perbedaan antara persentase indeks kesesuaian wisata di setiap stasiun dapat diduga karena ada perbedaan dari setiap parameter. Misalnya jenis lamun yang terdapat pada setiap stasiun belum tentu sama dengan stasiun lainnya, begitu pula dengan parameter lainnya seperti jumlah jenis ikan, kedalaman, jenis substrat dan kecepatan arus. Dilihat dari persentase lamun, stasiun 2, stasiun 3 dan stasiun 4 berturut – turut, yaitu 24.00, 26.00 dan 16.00 termasuk kondisi yang rusak dengan range 29.99, sedangkan stasiun 1 dan stasiun 5 termasuk kondisi yang baik hanya kurang kaya dan sehat dengan range 30.00 – 59.90 KepMen LH NO 200204. Lamun yang diindikasikan rusak harus dipulihkan kembali menjadi baik dengan cara rehabilitasi lamun transplantasi, sedangkan lamun yang sudah berada dalam kondisi baik harus dilestarikan dengan cara konservasi Diposatono 2009, sehingga akan menciptakan sumberdaya lamun yang baru dan dapat dikembangkan. Gambar 5. Peta kesesuaian kawasan wisata Secara keseluruhan di perairan Teluk Bakau memiliki kategori wisata cukup sesuai sehingga perlu diadakan pengelolaan lebih lanjut dan berkesinambungan agar Desa Teluk Bakau dapat terus berkembang sebagai kawasan ekowisata sumberdaya lamun. Dengan adanya pengelolaan yang baik dan berkelanjutan dengan memperhatikan keseimbangan ekologis diharapkan potensi – potensi yang ada terutama potensi sumberdaya lamun dapat terjaga dengan baik dan dapat terus dilestarikan serta dimanfaatkan sebagai obyek wisata di masa yang akan datang. Persentase kecerahan perairan di seluruh stasiun pengamatan lamun sebesar 100, yang berarti baik bagi lamun karena cahaya merupakan faktor utama yang menentukan pertumbuhan dan penyebaran lamun pada perairan Bengen 2001. Jenis ikan di perairan Teluk Bakau Leiognathus Splendens, Lutjanus Fulviflamma, Lutjanus johni, Lethrinus harak, Lethrinus lentjan, Lethrinus omatus, Upeneus tragula, Upeneus vittatus, Siganus canaliculatus, Siganus guttatus, Siganus stellatus dan Siganus virgatus. Jenis ikan yang ditemukan semakin ke arah laut lebih banyak dibandingkan yang dekat daratan. Hal ini dikarenakan ikan yang ditemukan di ekosistem lamun hanya bermigrasi pada saat juvenile, pada saat dewasa akan beruaya kembali ke arah laut menuju ekosistem terumbu karang Hutomo 2009. Jenis lamun yang ditemukan di perairan Teluk Bakau tergolong beranekaragam jenis, terdapat 10 jenis sumberdaya lamun yang hidup di perairan tersebut diantaranya Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Cymodecea serullata, Halodule pinifolia, , Halodule uninervis, Halophila ovalis. Halophila spinulosa, Syringodium isotifolium, Thalassia hemprihcii dan Thalassodendron ciliatum. Dari kelima stasiun memiliki dominasi lamun yang berbeda – beda. Pada stasiun 1 dan stasiun 2 di dominasi lamun jenis Enhalus acoroides, sedangkan pada stasiun 3, 4 dan 5 di dominasi lamun jenis Cymodocea, Halodule dan Halophila. Jenis substrat ekosistem lamun di perairan Teluk Bakau yang paling dominan adalah pasir berlumpur. Hal ini disebabkan masukkan bahan organik yang berasal dari aliran sungai. Selain itu, kedalaman lamun di perairan pulau pramuka tergolong dangkal, sedangkan lamun yang dekat dengan tubir ke arah laut perairannya bersubstrat pasir berkarang Supriharyono 2009. Kecepatan arus yang dihitung merupakan arus permukaan, dari kelima stasiun kisarannya antara 0 – 15 cms yang tergolong sesuai untuk ditumbuhi lamun, ditunjukkan oleh warna hijau di setiap sebaran lamun di perairan Teluk Bakau Lampiran 11. Kedalaman di perairan Teluk Bakau yang tidak mencapai 1 meter ditunjukan berwarna merah di sebaran lamun dan yang memiliki kedalaman antara 1 m – 3 m ditunjukan berwarna hijau.

4.3.2. Daya dukung