2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Semua anak yang normal atau mengalami pertumbuhan yang wajar akan memperoleh suatu bahasa dalam proses perkembangannya, yaitu “bahasa
pertama” atau “bahasa ibu”, dalam tahun-tahun pertama kehidupannya. Pemerolehan bahasa pertama terjadi apabila seorang anak yang semula tanpa
bahasa kini memperoleh satu bahasa. Hal ini sangat erat hubungannya dengan perkembangan kognitif dan perkembangan sosial anak.
Kajian tentang pemerolehan bahasa sudah lama menjadi perhatian para peneliti. Misalnya, Chomsky dalam Tarigan, 1987: 148 menyatakan bahwa
“untuk memahami mengapa anak-anak mengatakan apa yang mereka katakan, bagaimana mereka berbicara seperti orang dewasa, kita harus mengetahui apa
yang ada dalam pikiran si anak”. Pemerolehan bahasa atau language acquisition adalah suatu proses yang
diperlukan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang makin bertambah rumit, teori-teori yang masih terpendam atau tersembunyi yang
mungkin sering terjadi, dengan ucapan-ucapan orangtuanya sampai dia memilih, berdasarkan suatu ukuran atau takaran penilaian, tata bahasa yang paling baik
serta yang paling sederhana dari bahasa tersebut. Jadi, pemerolehan bahasa adalah perkembangan dan pertumbuhan bahasa yang diperoleh dari orang tua secara tiba-
tiba atau mendadak, maksudnya bahwa bahasa itu diperoleh tanpa adanya pembelajaran yang khusus Tarigan, 1984: 243.
Universitas Sumatera Utara
3 Kiparsky dalam Tarigan, 1968: 194 Anak-anak melihat dengan
pandangan yang cerah akan kenyataan-kenyataan bahasa yang dipelajarinya dengan melihat tata bahasa asli orangtuanya, serta pembaharuan-pembaharuan
yang telah mereka perbuat, sebagai tata bahasa tunggal. Kemudian dia menyusun atau membangun tata bahasa yang baru serta yang disederhanakan dengan
pembaharuan-pembaharuan yang dibuatnya sendiri. Berbicara tentang pemerolehan bahasa, kita dapat mengacu ke dalam dua perkembangan yang
berbeda, yakni belajar bahasa yang pertama atau bahasa ibu dan bahasa kedua. Hal ini berkaitan dengan kematangan dan sosialisasi anak dan perkembangan
belajar bahasa kedua. Pemerolehan suatu bahasa tanpa kualifikasi menghasilkan pengetahuan bahasa pada penutur bahasa, baik berdasarkan observasi maupun
yang didasarkan pada penelitian dan percobaan. Pada umumnya, anak yang normal memperoleh kecakapan berbahasa melalui bunyi-bunyi bahasa yang ia
dengar di sekelilingnya tanpa disengaja dan tanpa diperintah. Kecakapan berbahasa itu berkembang karena inteligensi dan latar belakang sosial budaya
yang membentuknya. Pengkajian tentang pemerolehan morfologi pada anak-anak usia lima
tahun tentu tidak terlepas dari pemahaman tentang morfologi. Yus Badudu dalam Samsunuwiyati, 2005: 26 morfologi ialah ilmu yang membicarakan morfem serta
bagaimana morfem itu dibentuk menjadi kata. Morfem adalah bentuk linguistik yang paling kecil, misalnya tidur, jalan, ber-,an, dan panas. Morfologi dapat juga
diuraikan sebagai struktur gramatika dari suatu kata. Ramlan, 2001: 21 menyatakan morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau
yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan
Universitas Sumatera Utara
4 bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk kata. Morfologi juga membicarakan tentang proses morfologi yang mencakup
afiksasi penambahan afiks, reduplikasi kata ulang, pemajemukan dan lain sebagainya. Salah satu proses morfologi yang akan dibahas dalam skripsi ini
adalah reduplikasi kata ulang. Kata ulang atau reduplikasi adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya berupa
kata. Misalnya: bentuk dasar “gunung” menjadi bentuk perulangan gunung- gunung, sedangkan bentuk perulangan berimbuhan misalnya: “padi” menjadi
padi-padian. Ada dua proses yang terjadi ketika seorang anak-anak sedang memperoleh
bahasa pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses
penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara tidak disadari. Proses kompetensi ini menjadi syarat untuk terjadinya proses perfomansi yang terdiri atas dua buah
proses, yakni proses pemahaman dan proses penerbitan atau proses menghasilkan kalimat-kalimat Chaer,2003: 167.
Anak belum dapat mengucapkan bahasa ucapan seperti orang dewasa, dalam arti belum mengikuti aturan-aturan yang berlaku. Anak mempunyai bahasa
pertama seperti ‘mengoceh’. Setelah itu anak mulai mengucapkan perkataannya yang pertama meskipun belum lengkap. Dengan bertambahnya perbendaharaan
kata yang diperoleh dari lingkungan dan juga karena perkembangan kognitif serta fungsi-fungsi lain pada anak, maka terbentuklah kalimat yang terdiri dari dua
kata. Pada kalimat yang terdiri dari dua kata, perkembangan morfologi belum
Universitas Sumatera Utara
5 terlihat nyata, maka pada priode kalimat lebih dari dua kata sudah terlihat
kemampuan anak dalam bidang morfologi. Keterampilan anak membuat kalimat bertambah, terlihat dari panjangnya kalimat, kalimat tiga kata, kalimat empat kata
dan seterusnya, sehingga mulailah terjadi suatu konversasi percakapan yang sesungguhnya antara anak dengan orang dewasa.
Peneliti memilih meneliti Pemerolehan Morfologi Bahasa Jawa Usia Anak Lima Tahun di desa Sialang Pamoran Labuhan Batu Selatan, karena menurut
peneliti pemerolehan bahasa anak adalah hal yang menarik untuk dikaji, sesuai dengan Soenjono, 2000:219 anak usia lima tahun sudah sampai pada tahap
pemerolehan morfologi. Desa Sialang Pamoran merupakan desa yang penduduknya mayoritas suku Jawa mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Pemerolehan morfologi bahasa Jawa di desa Sialang Pamoran Labuhan Batu Selatan belum pernah di
teliti.
Universitas Sumatera Utara
6
1.2 Masalah