Bentuk Kata Ulang Bahasa Jawa Pada Anak Usia Lima Tahun Dwipurwa Dwilingga

28 4.1.1 Bentuk Kata Ulang Bahasa Jawa Pada Anak Usia Lima Tahun 4.1.1 Dwipurwa Dwipurwa adalah proses pengulangan yang dibentuk dengan mengulangi suku pertama dari kata dasar KI VI dalam bahasa Jawa vokal pertama o atau u kemudian diubah menjadi vokal e pepet. Setelah peneliti melakukan penelitian, penelitian tentang pemerolehan morfologi bahasa Jawa khususnya bentuk kata ulang dwipurwa anak usia lima tahun di Desa Sialang Pamoran tidak ditemukan.

4.1.2 Dwilingga

Dwilingga adalah proses pengulangan yang dibentuk dengan mengulangi seluruh kata dasar tanpa mengalami perubahan. Dalam penelitian pemerolehan bahasa Jawa anak usia lima tahun ditemukan beberapa kata ulang sebagai berikut: 1. Devi: Mega, wingi rame eram lah wong tuku mercon? ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ Mega semalam rame kali orang beli petasan ‘Mega, semalam rame sekali orang membeli petasan?’ Mega : tuku nandi Dev? ↓ ↓ ↓ Beli dimana Dev ‘

2. Devi : tuku ning pingger-pingger dalan

↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ‘Beli di pinggir-pinggir jalan’ Universitas Sumatera Utara 29 Mega : aku wis duwe kok Dev tuku wingi, mercon karo kembang api. ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ Aku sudah punya kok Dev beli semalam, petasan sama bunga api ‘saya sudah membeli semalam yaitu petasan dan bunga api?’ Dari percakapan 1- 2 di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk kata ulang yang diperoleh anak-anak usia lima tahun adalah kata ulang dwilingga keseluruhan dalam bahasa Jawa. Dengan demikian kata ulang ’pingger-pingger’ ’pinggir-pinggir’ termasuk kata ulang keseluruhan yaitu mengulang bentuk dasar tanpa mengalami perubahan. Kata ulang ’pingger-pingger’ ’pinggir-pingger’ termasuk kata ulang dwilingga yang berbentuk nomina karena mengulang seluruh bentuk dasar. 3. Devi : Mega, mengko sore aku arep dalan-dalan kok Ga? ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ Mega, nanti sore aku mau jalan jalan kok Ga ‘Nanti sore saya akan jalan-jalan, Mega?’ Mega : Karo sopo Dev? ↓ ↓ ↓ Sama siapa Dev ‘bersama siapa devi?’ 4. Devi : Karo adek-adekku. ↓ ↓ ↓ Sama adik adikku ‘bersama adik-adiku.’ Universitas Sumatera Utara 30 Dari data percakapan 2-4 di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk kata ulang yang diperoleh anak-anak usia lima tahun adalah kata ulang dwilingga keseluruhan dalam bahasa Jawa. Dengan demikian kata ulang dalan-dalan ‘jalan-jalan’ termasuk kata ulang dwilingga yang berbentuk verba, sedangkan kata ulang adek-adek ‘adik-adik’ termasuk kata ulang dwilingga atau keseluruhan berbentuk nomina pula. Tetapi kata ulang ‘adek-adek’ ‘adik-adik’ juga mengalami penambahan afiks sehingga kata ulang ‘adek-adek’ ‘adik-adik’ menjadi ‘adek-adekku’ ‘adik-adikku’. Kata ulang adek-adekku ’adik-adikku’ mendapat penambahan afiks karena anak-anak usia lima tahun sudah pandai berinteraksi dengan orang dewasa sehingga kata-kata yang diserapnya diingat dan diikutinya. Sesuai dengan Soenjono 2000: 191 reduplikasi atau kata ulang berbentuk verba ini telah pula digabungkan dengan afiks lain sehingga kata ulang adek-adekku ‘adik-adikku’ termasuk dalam kata ulang dwilingga berbentuk nomina. 5. Peneliti : Uwes mandi dek? ↓ ↓ ↓ sudah mandi dik ‘Apakan kamu sudah mandi dik?’ Dilla : Uwes. ↓ Sudah ‘sudah’ Universitas Sumatera Utara 31 6. Peneliti : Kapan? ↓ Kapan ‘Kapan’ Dilla : mau isuk-isuk. ↓ ↓ ↓ tadi pagi pagi ‘tadi pagi.’ 7. Peneliti : isuk. ↓ Pagi ‘pagi’ Dilla : yo, ↓ Ia ‘ia’ 8. Peneliti : mengko sore enggak mandi meneh? ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ nanti sore tidak mandi lagi ‘Apakan nanti sore kamu tidak mandi lagi?’ Dilla : mandi. ↓ Mandi ‘mandi.’ Universitas Sumatera Utara 32 9. Peneliti : kambek sopo? ↓ ↓ sama siapa ‘bersama siapa?’ Dilla : kambek dulor-dulorku. ↓ ↓ ↓ sama saudara-sadaraku ‘bersama saudara-saudaraku’ 10. Peneliti : oh, enak yo? ↓ ↓ ↓ oh enak ya ‘enaka sekali ya?’ Dari data percakapan 5-10 di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk kata ulang yang diperoleh anak-anak usia lima tahun adalah kata ulang dwilingga keseluruhan dalam bahasa Jawa. Dengan demikian kata ulang isuk-isuk ‘pagi- pagi’ termasuk kata ulang dwilingga yang berbentuk adjektiva, sedangkan kata ulang dulor-dulor ‘saudara-saudara’ termasuk kata ulang dwilingga atau keseluruhan berbentuk nomina pula. Tetapi kata ulang ‘dulor-dulor’ ‘saudara- saudara’ juga mengalami penambahan afiks ku sehingga kata ulang ‘dulor- dulor’ ‘saudara-saudara’ menjadi ‘dulor-dulorku’ ‘saudara-saudaraku’. Kata ulang ’dulor-dulorku’ mendapat penambahan afiks ku karena anak-anak usia lima tahun sudah pandai berinteraksi dengan orang dewasa sehingga kata-kata yang diserapnya diingat dan diikutinya. Sesuai dengan Soenjono 2000: 191 reduplikasi atau kata ulang berbentuk nomina ini telah pula digabungkan dengan Universitas Sumatera Utara 33 afiks lain sehingga kata ulang dulor-dulorku ‘saidara-saudaraku’ termasuk dalam kata ulang dwilingga berbentuk nomina. 11. Elmi : Dilla-dilla tangih, turu-turu wae, wis awan iki. ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ Dilla Dilla bangun tidur tidur saja sudah siang ini ‘Dilla-Dilla bangun, tidur-tidur saja sudah siang ini.’ 12. Dilla : yo-yo pak ↓ ↓ ↓ ya ya pak ‘ia-ia pak.’ Dari percakapan 11-12 di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk kata ulang yang diperoleh anak-anak usia lima tahun adalah kata ulang dwilingga keseluruhan dalam bahasa Jawa. Dengan demikian kata ulang Dilla-Dilla menyatakan nama orang. Kata ulang Dilla – Dilla merupakan bentuk kata ulang dwilingga yang berbentuk nomina, sedangkan kata ulang yo-yo ’ya-ya’ merupakan kata ulang dwilingga atau keseluruhan.

4.1.3 Dwilingga Salin Suara