33 afiks lain sehingga kata ulang dulor-dulorku ‘saidara-saudaraku’ termasuk dalam
kata ulang dwilingga berbentuk nomina. 11. Elmi
: Dilla-dilla tangih, turu-turu wae, wis awan iki. ↓ ↓
↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓
Dilla Dilla bangun tidur tidur saja sudah siang ini ‘Dilla-Dilla bangun, tidur-tidur saja sudah siang ini.’
12. Dilla : yo-yo pak
↓ ↓ ↓ ya ya pak
‘ia-ia pak.’ Dari percakapan 11-12 di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk kata
ulang yang diperoleh anak-anak usia lima tahun adalah kata ulang dwilingga keseluruhan dalam bahasa Jawa. Dengan demikian kata ulang Dilla-Dilla
menyatakan nama orang. Kata ulang Dilla – Dilla merupakan bentuk kata ulang dwilingga yang berbentuk nomina, sedangkan kata ulang yo-yo ’ya-ya’
merupakan kata ulang dwilingga atau keseluruhan.
4.1.3 Dwilingga Salin Suara
Dwilingga salin suara adalah proses pengulangan yang dibentuk dengan mengulangi seluruh kata dasar, tetapi dalam dwilingga salin suara ini terjadi
perubahan pada salah satu atau seluruh vokal dari kata dasar tersebut. Sesuai dengan Soenjono 2000: 191 pada anak usia lima tahun kata ulang dwingga salin
suara masih jarang ditemukan. Karena anak usia lima tahun belum pandai
Universitas Sumatera Utara
34 menyusun kalimat dengan benar. Dalam penelitian ini di temukan kata ulang salin
suara sebagai berikut: 13. Tika : Ti, wingi kakangmu nggoleki oponya koq mbolak-mbalek wae?
↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓
Ti semalam abangmu nyariin apanya kok bolak balik saja
Asti : Kapan se Tik? ↓ ↓ ↓
‘kapan nya Tik?’ 14. Tika : wing lo, bar mageref...
↓ ↓ ↓ ↓ ‘semalem la, selesai magfib...’
Asti : ooh, duwete kakangku ilang. ↓
↓ ↓
↓ ’ohh, uangnya abangku hilang..’
Dari percakapan di atas dapat disimpulkan, bahwa anak usia lima tahun sudah sampai pada bentuk kata ulang dwilingga salin suara dalam bahasa Jawa.
Dengan demikian pembentukan jenis kata ulang mbolak-mbalik ’bolak-balik’ di atas termasuk kata ulang dwilingga salin suara dalam bahasa Jawa. Kata ulang
mbolak-mbalik ’bolak-balik’ termasuk kata ulang dwilingga salin suara karen ka tulang tersebut terjadi perubahan pada salah satu seluruh vokal dari kata dasar.
Hal ini sesuai pendapat Poedjosuedarmo 1979: 215.
Universitas Sumatera Utara
35 15. Intan
: oponya yuk, koq delokno wae? ↓ ↓ ↓
↓ ↓ apanya kak kok lihatin saja
’Ada apa kak melihat saja?’ Peneliti
: ora popo, Intan cantik. ↓
↓ ↓
↓ tidak apa-apa Intan cantik
’Tidak apa-apa, Intan cantik.’ 16. Sasa
: seh, cengar-cengir diyomong cantik.. ↓ ↓
↓ ↓ ↓ sih senyam-senyum dibilang cantik
mendadak senyum ‘Senyum-senyum di bilang cantik.’
Intan : orak lo yuk. ↓ ↓ ↓
tidak lho kak ‘Tidak kak.’
Dari percakapan di atas dapat disimpulkan, bahwa anak usia lima tahun sudah sampai pada bentuk kata ulang dwilingga salin suara dalam bahasa Jawa.
Kata ulang cengar-cengir’ ’senyam-senyum mendadak senyum’ di atas termasuk kata ulang dwilingga salin suara dalam bahasa Jawa. Kata ulang
cengar-cengir ’senyam-senyum mendadak senyum’ termasuk kata ulang dwilingga salin suara karena kata ulang tersebut terjadi perubahan pada salah satu
seluruh vokal dari kata dasar. Hal ini sesuai pendapat Poedjosuedarmo 1979:
Universitas Sumatera Utara
36 215. Dengan demikian disimpulkan bahwa anak usia lima tahun sudah
memasuki tahap kata ulang tau reduplikasi dwilingga salin suara dalam bahasa Jawa.
4.1.4 Perulangan Berimbuhan