9
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Menurut KBBI 2003: 588 konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi
untuk memahami hal-hal lain.
2.1.1 Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seseorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya
atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari pembelajaran bahasa language learning. Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses
yang terjadi pada waktu seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua, setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan
bahasa pertama. Namun, banyak juga yang menggunakan istilah pemerolehan bahasa untuk bahasa kedua, seperti Nurhadi dan Roekhan 1990 dalam Chaer
2003: 167. Pemerolehan bahasa adalah proses penguasaan bahasa yang dilakukan
oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya native language Soenjono, 2003: 225. Tarigan 1988: 4, menyimpulkan pemerolehan bahasa
memunyai satu permulaan yang tiba-tiba, mendadak. Kemerdekaan bahasa mulai sekitar usia satu tahun di saat anak-anak mulai menggunakan kata-kata lepas atau
Universitas Sumatera Utara
10 kata-kata terpisah dari sandi linguistik untuk mencapai aneka tujuan sosial
mereka.
2.1.2 Morfologi
Menurut Ramlan, 2001: 21 morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta
pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk kata.
2.1.3 Proses morfologi Ramlan, 2001: 51 mengatakan proses morfologi adalah proses
pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasar, bentuk dasarnya itu berupa kata. Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan
satuan gramatika, baik seluruh maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang
diulang merupakan bentuk dasar. 2.1.4 Pemerolehan Morfologi Anak Usia 2-5 tahun
Soenjono 2000: 119 menyatakan pemerolehan morfologi pada usia dua belas bulan pertama satu tahun, belum menunjukan adanya pemerolehan bentuk
morfologi ataupun sintaksis morfosintaksis karena pada umur semuda ini anak sedang dalam tahap pengembangan neorobiologinya yang merupakan prasyarat
tumbuhnya bahasa. Namun demikian, hal ini tidak berarti bahwa belum ada komunikasi antara anak dengan orang di sekitarnya.
Soenjono 2000: 136 menyatakan pemerolehan morfologi pada usia dua tahun pada pemerolehan bentuk yang monomorfemik yang telah lama menjadi
perhatian utama dalam penelitian bahasa anak. Brown, 1973 dalam Soenjono,
Universitas Sumatera Utara
11 2000: 136 menyatakan yang paling mencolok karena dia tidak hanya menelusuri
morfem terikat mana yang muncul tetapi juga urutan pemunculan morfem- morfem. Pada usia dua tahun pemunculan morfem dan pemunculan prefiks pasif
{di-} merupakan pemunculan yang paling awal dalam sejarah pemerolehan bahasa sampai saat ini.
Soenjono 2000: 156 menyatakan pemerolehan morfologi pada usia tiga tahun, kebanyakan kata-kata yang muncul masih monomorfemik meskipun
jumlah katanya sudah cukup banyak pada kalimat-kalimat yang dibuat. Namun demikian, bentuk polimorfemik yang sudah muncul sangat menarik untuk di
simak. Bentuk pasif di- yang sudah muncul waktu umur dua tahun kini sudah diikuti pula oleh bentuk kata-kata. Di samping itu, afiks lain yang tampak sudah
disadari sebagai bentuk yang terpisah dan signifikan merupakan gejala universal bahwa dari bentuk-bentuk afiks yang ada pada bahasa, sufiks termasuk yang
paling awal dikuasai. Soenjono 2000: 186 menyatakan pemerolehan morfologi pada usia
empat tahun sudah afiksasi maupun reduplikasi. Pada usia empat tahun prefiks formal {meN-} dan {beR-} sudah muncul, tetapi frekuensinya masih rendah.
Soenjono 2000: 219 menyatakan pemerolehan morfologi pada usia lima tahun ada tiga hal yang menarik mengenai perkembangan morfologi sampai
dengan umur lima tahun pertama, verba tampak dia kembangkan lebih cepat dan lebih produktif daripada kategori lain. Meskipun belum semua macam afiks,
terutama dalam bentuk kombinasinya, telah dia pakai, telah cukup banyak verba yang dia turunkan dengan memakai afiksasi. Kedua, sebagai bandingan afiksasi,
terutama yang berupa kombinasi antara prefiks dengan sufiks. Ketiga, ragam
Universitas Sumatera Utara
12 bahasa secara keseluruhan masih tetap ragam informal tetapi sudah mulai banyak
muncul bentuk-bentuk yang formal.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Psikolingustik Umum