17
2.2.4 Arti Proses Pengulangan Dalam Bahasa Jawa
Secara sepintas telah disinggung bahwa proses perulangan secara umum mempunyai tiga macam arti arti pokok perulangan. Arti itu meliputi pluralitas,
ketidaktentuan, dan penekanan.
2.2.4.1 Arti Pluralitas
Arti pluralitas ini bisa muncul dalam berbagai bentuk perulangan yang muncul dan melekat pada kata dasar apa saja. Tentu saja konteks sangat
menentukan arti kata itu. Karena pluralitas bisa muncul dalam berbagai bentuk perulangan maka arti pluralitas dapat dikatakan sebagai arti yang mempunyai
frekuensi tinggi. Arti pluralitas yang muncul dalam kata ulang jenis kata benda akan menunjukan bahwa kata itu mempunyai jumlah banyak lebih dari satu.
Kalau arti pluralitas muncul dalam kata sifat berarti bahwa proses itu mempunyai jumlah plural. Sedangkan kalau proses situ muncul dalam kata kerja maka arti
pluralitas menunjuk bahwa tindakan yang dilakukan oleh pelaku lebih dari satu kali berulang kali. Sedangkan perulangan dalam kata bilangan biasanya
menunjukan kelompok-kelompok yang terdiri dari dua kelompok atau lebih. poedjosoerdarmo, 1981: 87-88.
Bentuk proses perulangan bahasa jawa yang paling banyak menimbulkan arti pluralitas ialah bentuk perulangan dwilingga yang melekat pada kata benda,
kata kerja, kata bilangan.
Universitas Sumatera Utara
18
2.2.4.2 Arti Ketidaktentuan
Arti ketidaktentuan dapat muncul dalam proses pengulangan. Arti ketidaktentuan ini kadang-kadang sukar untuk dibedakan dengan arti penekanan
atau intensitas. Untuk melihat mana yang sesungguhnya mempunyai arti ketidaktentuan dan mana yang mempunyai arti penekanan biasanya perlu sekali
melihat semantic properties serta konteks yang mewadahi proses tersebut. Arti ketidaktentuan dapat muncul dalam proses perulangan bentuk DL, dan DP, serta
DW. Poedjosoedarmo, 1981: 89.
2.2.4.3 Arti Penekanan
Arti penekanan dapat muncul baik dalam proses perulangan bentuk DL, DP maupun DW. Bahkan kalau suatu proses perulangan bentuk tertentu
mendapat proses lain, seperti imbuhan-imbuhan dan perubahan suara. Proses perulangan itu mesti menimbulkan arti penekanan. Arti penekanan ini muncul
baik dalam jenis kata benda, kata kerja, kata sifat, kata tambahan, kata bilangan maupun kata tugas. Namun yang paling banyak mendapat arti penekanan adalah
kata ulang yang mempunyai jenis kata sifat. Poedjosoedarmo, 1981: 89-90.
Universitas Sumatera Utara
19
2.3 Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang pemerolehan bahasa sudah pernah diteliti sebelumnya, seperti Kiparsky, 1968 dalam Tarigan, 1987 mengatakan bahwa, pemerolehan
bahasa adalah suatu proses yang digunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis dengan ucapan orang tua sampai dapat memilih kaidah tata
bahasa yang paling baik dan paling sederhana dari bahasa yang bersangkutan. Darjowidjojo 2000 tentang penelitian longitudinalnya yang
menggunakan waktu lima tahun terhadap cucunya Echa mengungkapkan bahwa pemerolehan bahasa itu terdiri atas pemerolehan fonologi, morfologi, sintaksis,
semantik dan pragmatik. Pemerolehan bahasa juga mengatakan bahwa pemerolehan bahasa tidak dapat terjadi hanya karena adanya bekal kodrati innate
properties belaka. Pemerolehan bahasa juga tidak dapat terjadi hanya karena adanya faktor lingkungan saja, kedua-duanya diperlukan sebagai proses
penguasaan bahasa. Menurut Chaer 2002, pemerolehan bahasa adalah proses yang
berlangsung di dalam otak seseorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Penelitian lainnya dilakukan oleh Tarigan 1987
yang menyatakan bahwa pemerolehan bahasa itu adalah suatu proses yang digunakan anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis dengan ucapan
orang tua sampai dapat memilih kaidah tata bahasa yang paling baik dan paling sederhana dari bahasa yang bersangkutan Kiparsky 1968: 194. Tariran juga
membahas tentang tahap-tahap pemerolehan bahasa prasekolah, ujaran kombinasi, masa sekolah.
Universitas Sumatera Utara