Metode dan Teknik Analisis Data

23 mau bercerita dengan teman-temannya maupun si peneliti. Jadi, dengan bercerita peneliti dapat memperolebh data penelitian. Subjek penelitian ini berjumlah 11 orang yaitu anak laki-laki 2 orang dan perempuan 9 orang yang berusia lima tahun di desa Sialang Pamoran.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode adalah cara mendekati, mengamati, menganalisis, dan menjelaskan suatu fenomena Kridalaksana, 2001: 136. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode simak, yaitu menyimak penggunaan bahasa Sudaryanto, 1993:133. Maksudnya di sini adalah mengambil pemerian bahasa oleh si anak secara lisan yang berlangsung dalam suasana nonformal. Metode simak ini dibantu dengan teknik dasar yaitu teknik sadap. Kegiatan menyadap itu dilakukan pertama-tama dengan berpartisipasi dalam pembicaraan Sudaryanto, 1993: 13. Jadi peneliti terlibat langsung dalam dialog dengan subjek penelitian. Oleh karena itu, teknik lanjutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak libat cakap atau teknik SLC. Kemudian peneliti menggunakan suatu teknik rekam, yaitu merekam semua bahasa yang digunakan oleh anak-anak lima tahun dengan alat perekam. Setelah itu dilanjutkan dengan teknik catat, yaitu mencatat semua data yang telah terkumpul.

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data

Penelitian pemerolehan morfologi bahasa Jawa ini menggunakan metode padan, yaitu sebuah metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak Universitas Sumatera Utara 24 menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan Sudaryanto, 1993: 13. Dalam kajian analisis data digunakan teknik dasar berupa teknik pilah unsur penentu Sudaryanto, 1993: 21. Teknik pilah unsur penentu memiliki suatu alat, yaitu daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya. Sesuai dengan objek penelitian ini, jenis penentunya adalah daya pilah sebagai organ wicara. Dalam kaitannya dengan pembentukan satuan lingual tertentu seperti bunyi, silabe, kata proses pembentukan kata termasuk perulangan, kalimat, dan yang lainnya. Dalam hal ini bentuk-bentuk kata ulang dalam bahasa Jawa dipilah menjadi bentuk kata ulang seperti dwipurwa, dwilingga, dwilingga salin suara, perulangan berimbuhan, dan dwiwasana sesuai dengan teori Poedjosoerdarmo: 1979. Berikut dapat diilustrasikan dalam bentuk percakapan berikut ini: Contoh 1 Peneliti : arep nandi dhek? ↓ ↓ ↓ mau kemana dek ‘adek hendak pergi kemana?’ Subjek : dalan - dalan ↓ ↓ jalan – jalan ‘jalan- jalan.’ Peneliti : karo sopo? ↓ ↓ dengan siapa Universitas Sumatera Utara 25 ‘bersama siapa?’ Subjek : konco-konco ↓ ↓ teman-teman ‘teman-teman.’ Dari percakapan 1 di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk kata ulang yang diperoleh anak usia lima tahun adalah kata ulang dwilingga keseluruhan dalam bahasa Jawa. Dengan demikian pembentukan jenis kata ulang dalan-dalan ‘jalan-jalan’ dan konco-konco ‘temen-temen’ termasuk kata ulang keseluruhan yaitu mengulang bentuk dasar tanpa mengalami perubahan. Dalam percakapan di atas sudah terlihat adanya kata ulang atau reduplikasi yang muncul pada anak- anak usia lima tahun hal ini sesuai dengan pendapat Poedjosuedarmo 1979: 208 Dalam hal ini arti proses perulangan bahasa Jawa secara umum mempunyai tiga macam arti arti pokok perulangan arti itu meliputi pluralitas, ketidaktentuan, dan penekanan. Arti pluralitas bisa muncul dalam berbagai bentuk perulangan yang muncul dan melekat pada kata dasar apa saja dan konteks yang sangat menentukan arti. Arti ketidaktentuan dapat muncul dalam proses perulangan, arti ketidaktentuan ini kadang-kadang sukar untuk dibedakan dengan arti penekanan atau intensitas. Sedangkan arti penekanan dapat muncul, baik dalam proses perulangan bentuk dwilingga, dwipurwa, maupun dwiwasana. Poedjosoerdarmo: 1981, 87. Berikut arti psoses pluralitas dapat diilustrasikan dalam bentuk percakapan. Contoh 2. Peneliti : isek mangan opo dek? Universitas Sumatera Utara 26 ↓ ↓ ↓ ↓ sedang makan apa dik ‘Apakah yang sedang adik makan?’ Subjek : buah, ↓ buah ‘Buah,’ Peneliti : buah opo? ↓ ↓ buah apa ‘buah apa?’ Subjek : yo buah-buahan lo. ↓ ↓ ↓ ↓ ya buah-buahan la ‘ya buah-buahan la.’ Dari percakapan 2 di atas dapat disimpulkan bahwa kata ulang buah- buahan ‘buah-buahan’ adalah kata ulang jenis kata benda yang diucapkan oleh anak-anak usia lima tahun. Jadi dapat disimpulkan bahwa anak-anak usia lima tahun sudah memperoleh atau sampai pada arti proses perulangan yaitu arti pluralitas yang merujuk pada kata ulang jenis kata benda. poedjosoedarmo, 1981 : 87. Universitas Sumatera Utara 27

BAB 1V PEMBAHASAN