Kesehatan Bayi dan Anak Masyarakat Melayu di Sumatera Utara

2.5.3. Tali Pusat Plasenta sebagai obat

Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Propinsi Sumatera Barat 2009 dalam Fiqih 2011, sebagian masyarakat sering melakukan ritual dengan mengubur plasenta di dalam tanah, tetapi ternyata ada masyarakat tertentu yang menjadikan tali pusat tersebut sebagai obat alternatif bagi bayi bila terserang sakit. Umumnya tali pusat dibungkus secara khusus kemudian disimpan di tempat yang tersembunyi seperti di dalam lemari dan dibiarkan mengering. Bila bayi kembung, sakit perut atau demam bungkusan tadi direndam di dalam air masak kemudian air tersebut diminumkan kepada bayi. Ini dilakukan hingga bayi berusia satu tahun. Plasenta juga diyakini dapat berfungsi untuk untuk regenerasi sel-sel tubuh sehingga dapat mempertahankan kulit agar tetap sehat, segar, muda dan cantik. Tak hanya itu, plasenta ternyata juga mampu mengembalikan kemulusan kulit akibat luka atau penyakit kulit. Hal ini disebabkan karena didalam plasenta tersebut mengandung sel-sel muda yang sedang tumbuh dan berkembang. Fiqih, 2011

2.6. Kesehatan Bayi dan Anak

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi status kesehatan bayi dan anak, diantaranya sebagai berikut : 1. Faktor kesehatan Faktor kesehatan ini merupakan faktor utama yang dapat menentukan status kesehatan bayi dan anak secara umum. Faktor ini ditentukan oleh status kesehatan anak itu sendiri, status gizi, dan kondisi sanitasi. Universitas Sumatera Utara 2. Faktor kebudayaan Pengaruh budaya juga sangat menentukan status kesehatan bayi dan anak, dimana terdapat keterkaitan secara langsung antara budaya dan pengetahuan. Budaya dimasyarakat dapat juga menimbulkan penurunan kesehatan bayi dan anak, misalnya terdapat beberapa budaya di masyarakat yang di anggap baik oleh masyarakat padahal budaya tersebut justru menurunkan kesehatan anak. Sebagai contoh, bayi yang badannya panas akan dibawa ke dukun dengan keyakinan terjadi kesurupan hal ghaib, anak setelah operasi dilarang makan ayam karena nyeri setelah operasi akan sulit sembuh atau anak tidak boleh makan daging dan telur karena dapat menimbulkan cacingan. Berbagai contoh budaya yang ada di masyarakat tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan bayi dan anak, mengingat anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang tentunya membutuhkan perbaikan gizi yang cukup. 3. Faktor keluarga Pengaruh keluarga pada masa pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak sangat besar melalui pola hubungan anak dan keluarga serta nilai-nilai yang ditanamkan. Peningkatan status kesehatan anak juga terkait langsung dengan peran dan fungsi keluarga terhadap anaknya seperti membesarkan anak, memberikan perlindungan secara psikologis, melindungi kesehatan, menanamkan nilai budaya yang baik, mempersiapkan pendidikan anak dan lain-lain Behrman,2000 Universitas Sumatera Utara

2.7. Masyarakat Melayu di Sumatera Utara

Masyarakat Melayu merupakan salah satu dari delapan masyarakat suku budaya asli di Provinsi Sumatera Utara. Walaupun terdapat beberapa perbedaan dalam bentuk corak adat istiadat serta kebiasaan di antara kelompok masyarakat yang delapan ini namun terdapat hal-hal mendasar yang universal. Aspek-aspek dimana adat istiadat dan kebiasaan berpengaruh dan berperan dalam perwujudan karakter, respons, cara pandang dan lainnya merupakan cirri-ciri yang koresponden. Dari sudut kebahasaan, ungkapan, tata bahasa, dan gaya bahasa mendukung pula pemahaman mengenai karakteristik masyarakat penutur dan pemakai bahasa Ridwan, 2005. Seseorang disebut Melayu apabila ia beragama Islam, berbahasa Melayu sehari-hari dan beradat- istiadat Melayu. Adapun adat melayu itu “Adat bersendi Hukum Syara’, Syara’ bersendi Kitabullah”. Jadi orang Melayu adalah etnis secara kultural budaya, dan bukan harus secara genealogis persamaan darah turunan. Dalam hukum kekeluargaan orang Melayu menganut sistem parental kedudukan pihak ibu dan pihak bapak sama. Syaifuddin, 2002 Nilai budaya yang berkaitan dengan hakikat hidup orang Melayu banyak tertuang dalam ungkapan-ungkapan. Masyarakat Melayu dalam kehidupannya sehari- hari , baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat selalu berpedoman kepada acara-acara Islam. Pada masa lalu, sikap masyarakat yang taat pada ajaran Islam ini pernah dimanfaatkan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan penjajahan. Caranya dengan mempengaruhi para ulama Melayu yang mau dibayar, sehingga apa yang disampaikan seolah-olah ajaran Islam, tetapi sesungguhnya adalah ajaran yang sudah terpengaruh oleh kehendak pemerintah Hindia Belanda. Universitas Sumatera Utara Ajaran tersebut berusaha mengubah cara kerja orang melayu yang tadinya ulet, pekerja keras menjadi orang yang pemalas. Ajaran tersebut berupa tipu daya dengan mengaburkan amalan, bahwa hidup semata-mata hanyalah untuk beramal saja yakni senantiasa memperbanyak sembahyang baik di mesjid, surau atau rumah. Sealin itu, janganlah suka mencari harta karena harta itu banyak mengandung setan dan daki kotoran dunia. Lebih baik hidup yang sederhana saja, cukup dapat makan dan minum sehari-hari sudah bersyukur, untuk apa mencari kekayaan dunia, sebab dunia ini adalah milik orang kafir. Bagi umat Islam yang penting adalah untuk kehidupan akhirat. Saputra, 1997. Syaifuddin 2002 mengatakan ciri-ciri orang Melayu sebagai berikut : 1. Masyarakat Melayu berpijak pada yang Esa 2. Pada orang Melayu sangat dipentingkan penegakan hukum untuk keamanan, ketrtiban dan kemakmuran masyarakat 3. Pada orang Melayu diutamakan budi dan bahasa, yang menunjukkan sopan santun dan tingginya peradaban Melayu 4. Orang Melayu mengutamakan pendidikan dan ilmu 5. Orang Melayu mementingkan budaya malu Bercakap tidak kasar, berbaju menutup aurat, menjauhkan pantang larangan dan dosa dan bir mati daripada menanggung malu dirinya atau keluarganya, karena bisa menjatuhkan marwah turunannya sebaliknya tidak dengan kasar mempermalukan orang lain. Universitas Sumatera Utara 6. Musyawarah dan mufakat sendi kehidupan sosial orang Melayu Di dalam segala hal perkawinan, kematian, kenduri, mendirikan rumah, membuka ladangusaha, di dalam pemerintahan, dan lain-lain orang melayu harus bermusyawarahmufakat dengan kerabat dan handai tolan. 7. Orang Melayu ramah dan terbuka kepada tamu 8. Orang Melayu melawan jika terdesak Universitas Sumatera Utara

2.8. Kerangka Pikir

Dokumen yang terkait

Tipologi Permukiman Etnik Melayu Di Dusun 2 Desa Besilam Babussalam Langkat

2 87 214

Analisis Kerugian Ekonomi, serta Pengetahuan Masyarakat Terhadap Konflik Orangutan Sumatera (Pongo abelii) (Studi Kasus Desa Kuta Gajah, Kecamatan Kutambaru dan Desa Besilam, Kecamatan Padang Tualang, Kabupaten Langkat)

4 58 108

MANAJEMEN PONDOK PESANTREN SALAFIAH : STUDI KASUS PADA PONDOK PESANTREN AZ-ZUHROH DI DESA BESILAM KECAMATAN PADANG TUALANG KABUPATEN LANGKAT.

0 1 3

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 1 12

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 0 2

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 0 9

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 0 21

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 0 3

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 0 3

Tipologi Permukiman Etnik Melayu Di Dusun 2 Desa Besilam Babussalam Langkat

0 0 23