3. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisioal
4. Mencari pengobatan dengan membeli ke warung
5. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas modern, seperti balai pengobatan,
Puskesmas dan rumah sakit 6.
Mencari pengobatan yang diselenggarakan dokter Hal yang dikemukakan Young 1980 ternyata memang sering terjadi di
masyarakat, hal ini karena ketidakpuasan masyarakat dalam melakukan pengobatan yang dirasakannnya tidak ada perubahan, maka ia selalu mencoba mencari
pengobatan yang benar-benar bisa menyembuhkan penyakitnya. Hal tersebut juga diutarakan oleh bidan desa, ia mengakui dipanggil untuk mengobati jika pengobatan
tradisional tidak membuahkan hasil.
5. Kondisi Sebelum dan Sesudah diobati dengan Tali Pusat
Penjelasan mengenai kondisi bayi sebelum dan sesudah diobati dengan tali pusat dapat dilihat pada matrix 4.9. Salah seorang informan menguraikan sebagai
berikut,
“Hahaha… Badannya panas, perutnya gembung, susah tidur, naangis aja. Iya kayak gitu sebelumnya, sesudahnya ya gak lagi
Tergantung, biasanya kami tambah tanaman lain jadi bisa cepat sembuhnya, hahahha
Satu atau duo hari gitu lah, hahaha Alhamdulillah gak ada pula, hahahah.. bagus pula hasilnya… hahaha”
Informan lain juga menguraikan,
“
kalo bayi tu demam, panas badannya, nangis dia, gembung perutnya,
Universitas Sumatera Utara
ya kayak gitu la awalnya, sesudahnya sembuh dia, ya sembuhnya tergantung juga la, bisa cepat bisa lama tapi insya allah
sembuh
tak ado, insyaallah tak ado..”
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa adanya perubahan yang baik antara sebelum dan sesudah menggunakan tali pusat sebagai obat pada bayi. Hal
ini juga menjadi suatu hal yang membuat masyarakat masih menggunakan pengobatan tersebut. Jawaban informan mengenai waktu penyembuhan bervariasi,
yang semuanya menyatakan sembuhnya cepat dan informan mengatakan tidak ada efek atau dampak yang negatif setelah menggunakan tali pusat justru yang muncul
efek positif yaitu bayi menjadi sembuh. Peneliti berasumsi bahwa terjadinya proses penyembuhan setelah
menggunakan pengobatan dengan tali pusat juga karena dipengaruhi oleh keyakinan informan terhadap pengobatan tersebut sehingga menjadi sebuah sugesti terhadap
informan bahwa bayi akan sembuh. Awalnya peneliti berpikir bahwa besar kemungkinan timbul penyakit baru yang diderita bayi seperti diare, ternyata fakta di
lapangan menunjukkan tidak ada efek negatif yang timbul akibat dari pengobatan tersebut.
6. Faktor yang Memengaruhi Persepsi Masyarakat Menggunakan Tali Pusat
Penjelasan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat suku Melayu dapat dilihat pada matrix 4.10. Jawaban yang diberikan oleh informan hampir
tidak ada perbedaan. Salah seorang informan menguraikan sebagai berikut,
Universitas Sumatera Utara
“Yakin kita, apalgi yang bilang orang tua kita dulu, pecayalah kita, bagus pula hasilnya, aku ni kan tak sekolah, SD pun tak tamat, jadi apa dibilang
orang ya ku ikutlah, bidan kampong tu pun bilang juga Puskesmas disini tak jalan, udah lama kali, jadi malas orang berobat. Tapi
ku liat udah sikit yang pakai tu, tinggal beberapa aja lah yang masih percaya gitu”
Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan lain yaitu sebagai berikut,
Itu tadi yang dibilang, petua orang-orang dulu bilang kayak gitu, yakin la kita jadinya, insyaallah kalo yakin jadi memang. Itu aku ada bukunya
tentang petua-petua lain, bukan tali pusat aja, ada juga yang lain-lain, kalau awak
mau biar dicopy, tapi bisa awak bacanya…??
Berdasarkan jawaban informan dapat dilihat bahwa yang memengaruhi sebagian masyarakat suku Melayu menggunakan tali pusat sebagai obat karena
adanya faktor budaya yang sudah turun temurun yang berasal dari orang tua dulu. Hal di atas sesuai dengan yang ditulis oleh M.J. Hanafiah 1999 dalam
Irwansyah 2004, ilmu dan cara pengobatan tradisional diwariskan secara informan dalam ikantan keluarga, kekerabatan atau sahabat dekat lazimnya dipercaya dan
diterima begitu saja tanpa sikap kritis. Selain itu, hal itu juga didukung oleh faktor keyakinan terhadap pengobatan
tersebut sehingga sebagian masyarakat masih menggunakan pengobatan tersebut. Keyakinan bila dikaitkan dengan teori Health Belief Models dapat dikatakan bahwa
informan telah menyadari akan penyakit yang dialami oleh bayinya dan telah
Universitas Sumatera Utara
menyadari juga akan akibat dari penyakit tersebut bila tidak mengambil suatu tindakan pengobatan. Kepekaan informan terhadap penyakit inilah yang memicu
untuk berobat. Dalam hal ini juga sudah muncul niat untuk melakukan suatu tindakan pengobatan. Sejalan juga dengan Theory of Reasoned Action yang dikemukakan
Fisbein 1967 dalam Glanz 2002, faktor yang paling penting dalam seseorang berprilaku adalah niat. Niat akan ditentukan oleh sikap seseorang dan sikap
ditentukan oleh keyakinan seseorang akibat dari tindakan yang akan dilakukan. Diukur dengan evaluasi terhadap masing-masing akibat. Jadi, seseorang yang
memiliki keyakinan yang kuat akan akibat dari tindakan yang dilakukan secara positif akan menghasilkan sikap positif pula. Sebaliknya jika seseorang tidak yakin akan
akibat dari perilaku yang dilakukan dengan positif akan menghasilkan sikap yang negatif.
Faktor kebudayaan yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan diantaranya adalah :
f.
Rendahnya penggunaan pelayanan kesehatan pada suku bangsa terpencil
g. Ikatan keluarga yang kuat lebih banyak menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan h.
Meminta nasehat dari keluarga dan teman-teman i.
Pengetahuan tentang sakit dan penyakit j.
Sikap dan kepercayaan masyarakat terhadap provider sebagai pemberi pelayanan.
Selain dari 2 faktor di atas, ternyata informan juga menguraikan tentang pelayanan kesehatan yang ada di desa tersebut yaitu puskesmas, keseluruhan
Universitas Sumatera Utara
informan mengatakan bahwa pelayanan kesehatan di desa tersebut tidak berjalan dengan baik sebagaimana mestinya. Hal tersebut diuraikan oleh salah seorang
informan sebagai berikut,
“Puskesmas disini tak jalan, udah lama kali, jadi malas uang beubek”
Hal senada diungkapkan oleh informan lain,
“Gak jalan puskesmas disini, gak tau kenapa, sekali-sekali aja rame kalo ada acara atau apa”.
Dalam hal ini, peneliti juga melakukan triangulasi kepada bidan desa, diketahui bahwa puskesmas yang ada di desa Besilam-Babussalam statusnya adalah
puskesmas pembantu yang saat ini memang tidak aktif lagisudah tutup. Beliau mengatakan bahwa petugas kesehatan di desa tersebut juga tidak ada sehingga tidak
ada yang menjalankan kerja puskesmas. Menurut Mechanic yang dijabarkan Sarwono 2004 dalam Mawaddah
2007, bahwa terjadi proses dalam diri individu sebelum dia menentukan untuk mencari upaya pengobatan. Faktor yang menyebabkan seseorang bereaksi terhadap
penyakit antara lain adanya kebutuhan untuk bertindak berprilaku untuk mengatasi gejala sakit tersebut, serta tersedianya sarana kesehatan, kemudahan mencapai sarana
tersebut, tersedianya biaya dan kemampuan untuk mengatasi stigma dan jarak social rasa malu, takut, dsb.
7. Hal lain yang Diyakini Berkaitan dengan Tali Pusat