Sumber alam sebagai alat pembangunan

101 Ibadah merupakan bagian dari kewajiban, maka tetap menjadi perhatian Hizbut Tahrir untuk memperhatikan hukum syara’ yang dibebankan oleh Islam kepada setiap muslim. Jika ada yang lalai dalam Shalatnya maka akan diperingatkan, kalau tidak bisa diperingatkan secara administratif bisa dikeluarkan. Kalau ibadah-ibadah tertentu seperti baca qur’an, dzikir, shalat malam harus ada peningkatan. Seorang musrib berkewajiban membentuk kepribadian Islam. Jadi, bukan hanya menstranfer ilmu, tapi bagaimana membentuk kepribadian juga. 135

6. Sumber alam sebagai alat pembangunan

Ini memperlihatkan bahwa HTI Sumut benar-benar memberi perhatian soal ibadah dan pelaksanaanya dan menjelaskan bahwa ibadah merupakan bagian dari pembangunan yang mereka lakukan. Berdasarkan prinsip yang dimaksud syukri salleh bahwa ibadah sebagai pendekatan pembangunan ada 3 bentuk yaitu ibadah asas wajib, amalan-amalan yang utama sunat, dan ibadah umum, maka dalam politik pembangunan Islamnya HTI sumut telah memenuhi hal tersebut. Anggotanya yang ibadahnya diperhatikan mulai dari ibadah wajib, seperti shalat harus tepat waktu dan berjamaah, ibadah sunat seperti shalat-shalat sunat dan juga ibadah umum seperti bagaimana berinteraksi sosial dan berpolitik menunjukkan bahwa HTI Sumut dalam melakukan pembangunannya telah memenuhi prinsip ini. Melalui pembangunannya HTI di sumut memberikan konsep bahwa sumber daya alam merupakan bagian penting dalam pembangunan. Bagi HTI tata kelola sumberdaya alam haruslah dikuasai secara penuh oleh negara atau pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan rakyat, bukannya dikuasai atau dikelola 135 Wawancara dengan Ust. Sofyan Arsyad Siregar, tanggal 8 Januari 2016 di Kantor DPD I HTI Sumut. Universitas Sumatera Utara 102 oleh swasta apalagi swasta asing seperti apa yang telah terjadi saat ini. Dengan seperti itu maka akan terjadi pembagian yang adil. Seperti diungkapkan dalam wawancara dengan Ust. M. Yusran Ramli: Dalam pandangan Hizbut Tahrir di dalam kitab Al amwal fil daulatikhilafah dijelaskan bahwa menyangkut tentang pengelolaan kekayaan alam, maka di dalam Islam pengelolaan kekayaan alam itu dilihat faktanya, jika depositnya dalam jumlah besar maka itu tidak boleh dimiliki individu, harus diambil oleh negara lalu dikelola untuk dikembalikan kepada masyarakat, karena dalam pandangan Islam manusia itu berserikat dalam 3 hal, dalam hal sumber daya air, sumber daya hutan, dan sumber daya energi. Konteksnya umat adalah pemiliknya, posisi negara sebagai pengelola bukan sebagai pemilik, sehingga setelah ia selesai mengelola dikembalikan lagi kepada pemilik yaitu umat masyarakat. HTI menyebarluaskan konsepnya kepada masyarakat bahwa sumberdaya alam yang ada seharusnya dikelola dan hasilnya diperuntukkan untuk rakyat dan membuat kesejahteraan untuk rakyat. Satu-satunya cara yang ditawarkan oleh HTI adalah Sumber daya alam dikuasai dan dikelola oleh negara. Sehingga hasil dari sumber daya alam itu bisa dinikmati oleh rakyat secara murah atau gratis. Pandangan HTI sumut tersebut menunjukkan bahwa HTI sumut berpegangan teguh bahwa sumber daya alam menjadi alat pembangunan yang sangat penting, karena sumberdaya alam mampu menciptakan kesejahteraan buat masyarakat. Menariknya lagi, dalam pandangan HTI Sumut hasil sumber daya alam yang ada harus dibagi kepada rakyat secara merata dan adil, tanpa melihat agama apakah ia muslim ataupun non-muslim.Keinginan HTI yang seperti itu Universitas Sumatera Utara 103 menunjukkan bahwa HTI ingin sumber daya alam itu benar-benar dimaksimalkan untuk seluruh rakyat.

7. Mardatillah sebagai tujuan pembangunan