Manusia sebagai pelaku pembangunan

95 ini dapat dilihat dalam kitab Hizbut Tahrir yang mengutip dan mengadopsi tata kelola pemerintahan pada masa itu dalam membangun masyarakat. HTI menolak kapitalisme, Liberalisme, demokrasi dalam slogan-slogannya baik ketika menggelar rapat pawai akbar maupun dalam tulisan-tulisan mereka dalam jurnal al-waie maupun buletin Al-Islam. Hal ini dapat dilihat sebagai tanda bahwa HTI yang tidak kenal kompromi dengan sistem yang di luar Islam dalam metode pembangunannya. Berdasarkan asas yang dimaksud syukri Salleh dalam buku Warjio, “Dilema politik Pembangunan PKS” bahwa tassawwur Islam sebagai acuan pembangunan haruslah berdasarkan epistimologi Islam yang bersumber dari Al- Qur’an, Hadist, Qiyas, dan Ijma’ Ulama. Maka dapat dikatakan bahwa politik pembangunan HTI di Sumatera Utara berdasarkan asas tassawwur Islam dalam melakukan pembangunan.

2. Manusia sebagai pelaku pembangunan

Dalam asas ini menempatkan manusia sebagai aktor, maka melihat politik pembangunan HTI di sumut dengan melakukan kaderisasi dan memberikan pemahaman-pemahanan Islam menunjukkan pentingnya manusia sebagai aktor pembangunan tersebut bagi Hizbut Tahrir. Begitupun dengan mencari pertolongan dengan menjalin kontak kepada tokoh, masyarakat yang ada di Sumut menunjukkan bahwa Hizbut Tahrir telah meletakkan manusia dalam posisi tepatnya sebagai aktor pembangunan. Universitas Sumatera Utara 96 Kaderisasi yang dilakukan Hizbut Tahrir di Sumatera Utara juga menunjukkan bahwa HTI Sumut meletakkan manusia sebagai pelaku pembangunan. Metode yang digunakan dalam melakukan pengkaderan dapat menciptakan aktor pembangunan yang kuat dan teguh. Mulai dari ibadah-ibadah yang harus dipenuhi oleh anggota maupun calon anggota dan memberikan pengkajian kitab-kitab dalam halqah mereka maka akan mampu menciptakan aktor-aktor yang terbentuk dengan pemikiran yang kokoh dalam keislaman dan tentunya pembangunan yang ingin mereka lakukan. Nantinya para kader akan menjadi bagian aktor dari pembangunan HTI di Sumut, Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ust. M. Yusran Ramli, bahwa: “bahwa setiap anggota Hizbut Tahrir bertugas untuk melakukan kontak atau interaksi dengan masyarakat disekitarnya dan menjelaskan tentang apa itu Hizbut Tahrir dan menjelaskan ide- idenya, sehingga masyarakat itu paham dan mendukung ide tersebut.” 129 129 Wawancara dengan Ust. M. Yusran Ramli pada 9 Januari 2016 di Kantor DPD I HTI Sumut. Jalinan komunikasi yang HTI sumut lakukan dengan pemerintah provinsi dan tokoh-tokoh yang ada di Sumatera Utara juga bisa menjadikan mereka sebagai aktor pembangunan tersebut ataupun mendukung pembangunan yang dilakukan HTI Sumatera Utara. Bahkan pada tahun 2014 HTI Sumut pernah mengadakan acara Konfrensi terbatas dengan tokoh-tokoh Sumatera Utara dengan jumlah hadirin sekitar 3.000 orang. Seperti yang diungkapkan oleh Ust. Saifurahman: Universitas Sumatera Utara 97 “Pada tahun 2014 kami mengadakan acara Konfrensi Tokoh Umat, massa atau hadirin hanya sekitar 3.000 an berlokasi di Selecta Convention Hall Medan. Pesertanya hanya khusus tokoh- tokoh di Sumatera Utara.” 130

3. Alam roh, alam dunia dan alam akhirat sebagai skala waktu pembangunan