Ajaran Zen tidak hanya berbicara tentang kerohanian saja, tetapi juga berbicara tentang penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dua hal yang terpenting dalam ajaran
Buddhisme Mahayana yaitu : welas asih dan bijaksana Wong Kiew Kit, 2004:351. Para
rahib Zen dikatakan selalu berdoa untuk orang lain dan makhluk hidup lain, tidak pernah untuk dirinya sendiri. Kalaupun pernah, hanya berupa penyesalan bukan meminta
pertolongan. Mereka tidak hanya mengajarkan tentang kasih dan kebijaksanaan namun mereka juga menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari. Para pengikut Zen berusaha
untuk hidup dalam disiplin yang ketat untuk membina dan menumbuhkan keutamaan, ketaatan, kesehajaan, kerendahan hati serta keutamaan yang khas Sutrisno, 2002:62.
Menurut Baizhang dalam Tsai 2004:65 mengatakan : “pentingnya bekerja dalam masyarakat sangat relevan bagi kemanusiaan. Untuk
menjadi mandiri dan tidak bergantung, kita menentukan nasih ditangan kita sendiri”.
Pengikut Zen bukan hanya dituntut untuk hidup sederhana, disiplin, menolong orang yang kesusahan, tetapi juga harus bekerja keras untuk hidup tidak bergantung pada belaskasihan
orang lain seperti yang sering dilakukan para pendeta Budha.
2.3. Defenisi, Novel dan Setting Novel The Harsh Cry of The Heron
2.3.1. Defenisi Novel
Dunia kesusastraan mengenal beberapa genre yaitu prosa, puisi, drama. Prosa dapat terbagi lagi dalam beberapa ragam yaitu cerpen, novel, dan roman. Prosa dalam pengertian
kesastraan juga disebut fiksi, teks naratif atau wacana naratif, istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau khayalan Nurgiyantoro, 1998:2. Hal ini berarti karya fiksi
Universitas Sumatera Utara
tidak berdasarkan kebenaran sejarah, tetapi berdasarkan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, dan tidak terjadi dalam dunia kenyataan.
Sesuai dengan pernyataan diatas, pengertian prosa fiksi menurut Aminuddin 2000:66 adalah :
“Kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeran, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi
pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita”. Menurut pengertian di atas, kebenaran yang terdapat dalam sebuah karya fiksi tidak
harus sama dan tak perlu disamakan dengan kebenaran yang berlaku di dunia nyata. Baik itu para pelakunya pemerannya, tempat terjadinya dan rangkaian ceritanya, semuanya
bersifat fiksi sesuai dengan imajinasi pengarangnya. Hal ini disebabkan dunia fiksi dan dunia nyata memiliki sistem atau aturan tersendiri.
Pengertian prosa fiksi di atas juga berlaku untuk pengertian novel. Sesuai dengan pernyataan Abrams dalam Nurgiyantoro 1998:4, yaitu dalam perkembangannya karya
fiksi sering dianggap bersinonim dengan novel. Kata novel dalam bahasa Inggris juga dipakai dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Italia yaitu Novella dalam bahasa
Jerman Novelle. Secara harafiah novella berarti ‘sebuah barang baru yang kecil’, dan kemudian diartikan sebagai ‘cerita pendek dalam bentuk prosa’ Abrams dalam
Nurgiyantoro, 1998:9. Menurut Jassin dalam Nurgiyantoro 1998:16 :
“Novel, dipihak lain dibatasi dengan pengertian: suatu cerita yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang ada di sekitar kita, tidak mendalam, lebih banyak
melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang, dan lebih mengenai suatu episode”. Berdasarkan pengertian di atas, novel menceritakan satu periode dalam kehidupan
seseorang tetapi novel juga dapat menceritakan kehidupan manusia dari dia lahir sampai
Universitas Sumatera Utara
meninggal. Berarti sebuah novel pada umumnya memaparkan tentang kehidupan manusia dan segala permasalahannya, lingkungan dan kondisi sosial yang terdapat di sekitar
pengarang.
2.3.2. Setting Dalam Novel The Harsh Cry of The Heron