huruf, Hui Neng, dianggap lebih layak untuk menggantikannya, tetapi murid seniornya Shen Xiu
tidak mengakuinya. Sejak itu, pengajaran Zen di Cina terpecah dua, yang satu disebut aliran Utara Shen Xiu dan yang lainnya disebut aliran Selatan Hui Neng. Dalam
perkembangannya, aliran Utara tidak dapat bertahan lama, akhirnya lenyap.
2.1.2. Perkembangan Zen Di Jepang
Aliran Zen telah memasuki Jepang dari Cina sebelum masa Kamakura. Pendeta Jepang telah pergi ke Cina untuk belajar Zen Buddhism ditahun 654, demikian juga
biarawan Cina pergi ke Jepang untuk mengajarkan Zen, tepatnya di daerah Nara. Beberapa guru Zen dari Cina tersebut telah memasuki Jepang dan menyebarkan ajaran Zen, tetapi Zen
baru benar-benar mengakar di Jepang setelah ajarannya disebarkan dua guru asli Jepang, Eisai 1141-1215 mendirikan sekte Rinzai dan Dogen mendirikan sekte Soto.
Eisai pertama kali mengajarkan Zen di Kamakura, dia didukung oleh Shogun dan membuat Zen sangat populer di antara para samurai. Dia juga membangun banyak kui Zen
di Jepang yang disebut sistem Gozan. Diantarnya adalah kuil Rinjai di Shofukuji Hakata pada tahun 1195 sekarang perfektur Fukuoka, kemudian menjadi kepala biara pertama di
kuil Jufukuji Kamakura, kemudian di kuil Kenninji Kyoto. Para pendeta Zen dari sistem Gozan tersebut seringkali bertindak sebagai penasehat politik Keshogunan Muromachi.
Peran para pendeta Zen tersebut bukan hanya dalam bidang politik, urusan luar negeri dan perdagangan, tetapi juga memainkan peran utama di bidang seni dan ilmu pengetahuan juga
kesusatraan. Dogen sebagai pendiri sekte Soto berbeda sama sekali dengan Eisai. Dogen berasal
dari keluarga bangsawan, belajar Zen ke Cina tahun 1223 kemudian mendirikan sekte Soto
Universitas Sumatera Utara
di Jepang. Dogen tidak seperti Eisai yang sangat dekat dengan penguasa militer, sebaliknya dia berusaha menghindari pengaruh penguasa dalam ajaran Zen yang dianutnya. Karena itu
ia memilih tinggal di propinsi EchiZen tempat ia membangun kuil Eiheiji daripada tingagl di Kyoto. Dogen hanya ingin mengajarkan Zen secara murni, meninggalkan nafsu duniawi
dan menjalankan meditasi. Menurut Wong Kiew Kit 2004:197 perbedaan yang paling penting antara ajaran Dogen dan Eisai mengenai Zen adalah pendekatan mereka mengenai
pencerahan. Ajaran Eisai, yang berkarakteristik Rinzai Zen, menekankan penggunaan koancerita sementara ajaran Dogen, yang berkarakteristik Soto Zen, menekankan pada
zaZen atau meditasi duduk. Meskipun demikian ajaran Soto tidak menolak koan dalam pencapaian pencerahan demikian juga sebaliknya.
Pengaruh Zen mencapai level yang paling tinggi terjadi selama periode Muromachi 1333-1568. Pada masa itu Zen memperlihatkan kekuatannya yang luar biasa dan
menyebarluas terutama dikalangan prajuritbushi yang merupakan penguasa Jepang saat itu. Ajaran Zen turut memberikan sumbangan bagi pengembangan kebudayaan prajurit,
menjadi dasar moral dan filosofi utama bagi banyak prajurit Jepang hingga masuk zaman modern. Bahkan sebelum berperang, banyak anggota militer memasuki biara Zen untuk
mendisiplinkan diri untuk menghadapi musuh. Mikiso Hane 1991:80 mengatakan, “Tendai untuk keluarga kerajaan, Shingon untuk bangsawan, Zen untuk kelas prajurit, dan
Jodo untuk masyarakat”. Sepanjang periode Muromachi, Zen menggunakan pengaruhnya yang berkembang pada lukisan tinta, drama NO, upacara minum teh, merangkai bunga, seni
pertamanan, dan seni lukis. Jadi ajaran Zen bukan hanya sekedar teori keagamaan saja, tetapi juga turu mengembangkan seni dan budaya Jepang hingga sekarang.
Universitas Sumatera Utara
Periode Edo 1600-1868 menghasilkan perdamaian dan mendukung berkembangnya ajaran Zen. Para biawaran yang terkenal pada zaman Edo adalah Takuan
Soho 1573-1645, Bankei Yotaku 1622-1693, dan Hakuin 1686-1769 mereka berasal
dari Rinzai Zen, Takuan mengajar afinitas antara Zen dan manusia pedang, dia juga dikenal sebagai guru spiritual Miyamoto Musashi seorang pemain pedang legendaris Jepang.
Bankei bertanggungjawab untuk membuat Zen dapat diperoleh kedalam bentuk tidak tertulis yang paling sederhana.
Memasuki zaman Meiji 1868, pemerintah lebih mendukung Shinto ketimbang agama Budha. Meskipun demikian Zen tetap berkembang dan Imakiya Kosen diangkat
menjadi kepala biara di kuil Engakuji, Kamakura 1875. Penggantinya Shaku Soen yang dikenal sebagai guru Daiset T. Suzuki, orang yang mengembangkan prinsip Zen di Barat.
2.2. Konsep Umum Zen Dalam Bushido