Sebelum membahas pokok permasalahannya, tentu saja penulis akan menjelaskan sejarah Zen, apa itu ajaran Zen secara umum, perkembangan ajaran tersebut di Jepang pada
umumnya, dan dijelaskan juga seperti apa kondisi sosial masyarakat pada periode awal zaman Edo yang menjadi latar belakang cerita novel “The Harsh Cry of the Heron”, agar
tidak terjadi kesalahan dan kebingungan dalam memahami tentang ajaran Zen secara utuh. Selanjutnya akan dipaparkan mengenai pengertian novel secara umum.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori Tinjauan Pustaka
Bangsa Jepang adalah suatu bangsa yang mengenal beberapa agama, yaitu agama Budha, Shinto, Konfusianisme, dan lainnya. Agama Budha mempunyai beberapa sekte
antara lain, sekte Tendai, Shingon, Jodo, Hokke Nichiren, dan Zen. Dalam penelitian ini yang akan dibahas lebih lanjut adalah mengenai sekte Zen.
Sekte Zen berasal dari Cina, dan merupakan pertemuan antara Budha dan pemikiran Tao. Zen secara harafiah berarti meditasi, berasal dari kata Cina yaitu “ch’an” Sutrisno,
2002 : 47. Pengertian Zen menurut Anesaki 1997 : 208 adalah sebuah metode pelatihan spiritual yang berdasarkan intuisi, tujuannya yang terdiri dalam pencapaian keutamaan
yang agung melampaui kesusahan duniawi. Ajaran Zen diperkenalkan ke Jepang pada akhir abad ke -12, tetapi baru dikenal luas oleh masyarakat setelah dua orang pendeta Zen, yaitu
Eisai dan Dogen, menyebarkannya ke Jepang. Eisai kemudian mendirikan sekte Rinzai Zen, dan Dogen mendirikan sekte Sootoo. Mereka berdua belajar mengenai Zen di Cina,
meskipun pelajaran dan metode merek berbeda-beda, tetapi mereka menetapkan sebuah aturan utama untuk meditasi sebagai dasar latihan spiritual mereka. Menurut Saburo dkk
1987 : 64 munculnya Zen dengan ajaran bahwa hanya dengan melepaskan segala nafsu
Universitas Sumatera Utara
dan keduniaan dan mengkonsentrasikan semua usaha pada zazen atau meditasi, orang akan dapat mencapai pencerahan spiritual, dan ternyata ajaran ini mempunyai arti yang amat
penting dalam periode-periode selanjutnya. Ajaran Zen sangat mendominasi dan berpengaruh besar terhadap budaya Jepang
baik dahulu maupun sekarang. Ajaran ini bahkan memberikan kontribusi yang besar bagi pengembangan budaya prajurit selama periode Kamakura hingga zaman Edo. Golongan
prajurit selaku golongan penguasa pada saat itu Kamakura-Edo memberi perlindungan yang kuat kepada Budhisme Zen. Menurut Suprayogo 2001 : 16-17 dari pola pemahaman
agama, muncul skripturalisme, fundamentalis, modernisme, dan tradisionalisme, dan perilaku sosial sebgai manifestasi keyakinan doktrin agama, muncul perilaku politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya. Pengaruh agama, berdasarkan keterangan di atas, terhadap pembentukan dan
perkembangan suatu kebudayaan sangat besar. Agama atau dikenal juga dengan istilah religi adalah suatu sistem kepercayaan dan upacara-upacaranya yang terdapat dalam setiap
kebudayaan manusia, jadi religi itu bersifat universal Salim, 1978 : 175. Agama dan kebudayaan saling berkaitan erat. Hal ini dikarenakan kebudayaan
menurut Suparlan dalam Ali 2002 : 75 adalah pedoman bagi kehidupan masyarakat yang diyakini kebenarannyaa. Sedangkan agama itu sendiri juga sebagai pedoman bagi
kehidupan masyarakat, dan pada saat nilai-nilai budaya suatu kebudayaan itu berintikan atau berasaskan keyakinan agama, ia bersifat sakral dan suci. Menurut Suparlan dalam Ali
2002 : 77 dalam hubungan antar agama dan kebudayaan setempat, agama berfungsi sebagai pedoman moral dan etika yang terwujud dalam nilai-nilai budaya. Jadi, apabila
Universitas Sumatera Utara
dilihat sebagai kebudayaan, agama merupakan pedoman yang diyakini kebenarannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.
Pengaruh ajaran ini tidak hanya terbatas pada pembentukan kebudayaan prajurit, tetapi juga berpengaruh dalam bidang seni dan budaya Jepang yang lainnya. Menurut
Anesaki 1997 : 212 pencapaian spiritual dalam pelatihan Zen juga dijalankan untuk membantu perkembangan rasa yang khas dari persamaan jiwa manusia dengan alam, bukan
keaktifannya dan aspek yang digerakkan tetapi kemurnian dan ketenangan yang meliputi alam semesta dan terserap ke dalam hati kaum Zen. Kemurnian, ketenangan, dan
kenikmatan estetis inilah yang mendasari upacara minum teh, merangkai bunga, seni pertamanan, lukisan tinta, drama NO, dan kesusasteraan. Dalam novel “The Harsh Cry of
the Heron” lebih banyak menceritakan hubungan ajaran Zen dengan golongan samurai, dan penguasa shogun dan daimyo, tetapi juga diceritakan bagaimana pengaruh ajaran Zen
terhadap masyarakat umum. Misalnya, bagi seniman, pedagang, pendeta, dan sebagainya dengan bidang-bidang kehidupan seperti yang diklasifikasikan di atas. Kebiasaan-kebiasaan
yang ditimbulkan dari ajaran Zen masih terlihat dalam kehidupan masyarakat Jepang dewasa ini, terutama pada disiplin hidup bagi bangsa Jepang.
Kerangka Teori
Meneliti suatu karya sastra berarti harus menggunakan salah satu teori sastra atau dapat juga dikatakan pendekatan sastra. Dalam hal ini, pendekatan yang sesuai dengan
pokok permasalahan yang akan dianalisis adalah pendekatan sosiologis. Karya sastra memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat, karena karya sastra lahir dari
Universitas Sumatera Utara
masyarakat. Dengan kata lain, karya sastra adalah ungkapan perasaan masyarakat, di mana sastra mencerminkan dan mengekspresikan hidup yang sebagian besar adalah kenyataan
hidup dalam masyarakat. Novel, sebagai salah satu genre sastra, yang dianggap paling dominan dalam menampilkan unsur-unsur sosial Nyoman, 2004 : 335.
Menurut Nyoman 2004 : 59 pendekatan sosiologis menganalisis manusia dalam masyarakat, dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat ke individu. Penulis, melalui
pendekatan sosiologis ini akan menganalisis bagaimana perilaku individu-individu dalam novel “The Harsh Cry of the Heron” yang berkaitan dengan agama yang dianutnya dalam
hal ini agama Zen. Agama yang dianut melahirkan berbagai perilaku sosial, yakni perilaku yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah kehidupan bersama Ali, 2002 : 100. Dalam
novel The Harsh Cry of the Heron, banyak dipaparkan mengenai perubahan-perubahan sosial dan konflik yang sering terjadi sebagai akibat dari perubahan sosial tersebut.
Pendekatan sosiologis dalam meneliti suatu agama di masyarakat melalui novel, sangat diperlukan.
Karya sastra yang diteliti melalui pendekatan sosiologis, berarti berusaha untuk memaparkan kehidupan masyarakat di suatu masa atau zaman tertentu dari sejarah
manusia. Hakekat imajinasi karya sastra adalah wakil zamannya dan dengan demikian merupakan refleksi zamannya Nyoman, 2004 : 66. Hal ini berarti penelitian karya sastra
tidak terlepas dari pendekatan secara historis sejarah. Pendekatan historis mengasumsikan bahwa realitas sosial yang terjadi sekarang ini sebenarnya merupakan hasil proses sejarah
yang terjadi sejak beberapa tahun, ratusan tahun, atau bahkan ribuan tahun yang lalu Ali, 2002 : 117.
Universitas Sumatera Utara
Peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan Zen yang terdapat dalam novel The Harsh Cry of the Heron, merupakan kejadian yang terjadi dengan latar belakang abad ke-
17. Penulis melalui pendekatan historis, akan membahas bagaimana sebenarnya perkembangan Zen dalam diri masyarakat Jepang yang tergambar dalam novel The Harsh
Cry of the Heron pada masa itu. Melalui pendekatan historis ini, dapat diketahui signifikasi waktu dan menemukan kebenaran tentang bagaimana dan mengapa peristiwa-peristia
penting terjadi, dan individualitas serta perkembangan. Karena dalam novel The Harsh Cry of the Heron di latar belakangi abad ke-17 sampai dengan abad ke-18, maka penulis
menggunakan pendekatan historis. Agar kita dapat memahami ajaran Zen dalam novel The Harsh Cry of the Heron
secara utuh, berarti harus mengetahui situasi zaman pada masa itu awal zaman Edo, untuk menelitinya dapat dilakukan melalui pendekatan historis selain pendekatan sosiologis.
Analisis sejarah tidak terlepas dari analisis sebab akibat, subjektif dan objektif. Dalam hal ini, perlu diketahui bagaimana sejarah zaman Edo yang berpengaruh besar terhadap
perkembangan Jepang dewasa ini, dan tentu saja tidak ketinggalan tentang bagaimana sejarah muncul dan berkembangnya agama Zen di Jepang.
Pendekatan terakhir yang akan digunakan adalah pendekatan semiotika. Semiotika semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda, ilmu ini menganggap bahwa fenomena
sosialmasyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi, yang memungkinkan tanda-tanda tersebut
mempunyai arti Pradopo dkk, 2002 : 71. Karya sastra itu sendiri merupakan struktur tanda-tanda yang bermakna, tetapi bila kita tidak memahami sistem tanda-tanda dan
maknanya, dan konvensi tanda-tanda, kita tidak akan mengerti karya sastra itu secara
Universitas Sumatera Utara
optimal. Dalam penelitian ini, penulis akan menerapkan teori semiotika untuk memperlihatkan dan menjelaskan tanda-tanda yang terdapat dalam novel The Harsh Cry of
the Heron secara lebih mendalam. Tanda-tanda yang dimaksud adalah berupa pengalaman dan pemikiran dari tokoh-tokohnya yang mewakili adanya peran ajaran Zen dalam
pembentukan sikap mereka dalam masyarakat. Tanda-tanda yang lainnya adalah terdapat kebenaran tentang perkembangan agama Zen yang tergambar dari tokoh-tokohnya.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian