Sama halnya juga dalam Novel “The Harsh Cry of The Heron” terdapat ruang lingkup tempat dan waktu sebagai wahana para tokohnya mengalami berbagai pengalaman dalam
hidupnya. Peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam novel “The Harsh Cry of The Heron” ini seluruhnya terjadi di Jepang dan berlangsung pada awal abad 17 sampai akhir abad 18.
Pada awal abad 17-18 akhir, di Jepang sedang terjadi perebutan kekuasaan antar klan atau kaum samurai. Klan terkuat akan berusaha menguasai klan yang lain. Sama halnya
yang dilakukan oleh lida Sadamu yang tega membantai kaum heiden kaum dimana Takeo tinggal sampai masa remajanya. Novel ini secara keseluruhan menggambarkan perjalanan
hidup seorang samurai bernama Takeo dari awal hidupnya terpisah dengan keluarganya, sampai kepada keputusannya meneruskan perjuangan Otori Shigeru dalam menguasai tiga
wilayah besar di Jepang yang dikenal pada saat ini dengan sebutan wilayah Tiga Negara. Meskipun banyak cobaan hidup yang dialami oleh Takeo, seperti pengkhianatan yang
dilakukan oleh orang yang dipercayainya, bahkan istrinya pun ikut memusuhi dan membencinya. Namun setelah beberapa waktu ia bermeditasi di kuil, ia mengalami
pencerahan dan perbedaan pada dirinya. Akhirnya Takeo dapat melalui cobaan hidupnya dengan tenang.
2.3.3. Pendekatan Semiotik, Sosiologi, Historis pada Novel
Seperti yang telah dijelaskan dalam bab pendahuluan, meneliti suatu karya sastra harus menggunakan salah satu teori sastra atau pendekatan sastra. Dalam penelitian ini.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi, historis, dan semiotik. Pendekatan sosiologi diperlukan dalam penelitian ini karena karya sastra lahir dari
masyarakat dan erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Novel, sebagai salah satu
Universitas Sumatera Utara
genre sastra, yang dianggap paling dominan dalam menampilkan unsur-unsur sosial Nyoman, 2004:335. Novel Musashi yang menjadi objek penelitian, banyak menceritakan
tentang kehidupan masyarakat Jepang pada awal abad ke-17. Menurut Nyoman 2004:60, dasar filosofis pendekatan sosiologis adalah adanya
hubungan hakiki antara karya sastra dengan masyarakat. Hubungan-hubungan yang dimaksudkan disebabkan oleh : a karya sastra dihasilkan oleh pengarang, b pengarang itu
sendiri adalah anggota masyarakat, dan c pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat, dan d hasil karya sastra itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakat.
Aspek utama karya sastra adalah estetika, tetapi karya sastra juga mengandung estetika, filsafat, logika, bahkan juga ilmu pengetahuan. Melalui karya sastra diharapkan mampu
mempengaruhi tingkah laku manusia, karena karya sastra dapat memasukkan hampir seluruh aspek kehidupan manusia dan menjadikannya dekat dengan aspirasi masyarakat.
Pendekatan sosiologis menganalisis manusia dalam masyarakat, dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat ke individu Nyoman, 2004:59.
Demikian halnya dengan novel, sebagai salah satu genre sastra, yang dianggap paling dominan dalam menampilkan unsur-unsur sosial Nyoman 2004:335. Hal ini
disebabkan novel menyajikan masalah-masalah kemasyarakatan secara luas, memiliki media yang luas, unsur-unsur ceritanya lengkap, bahasa yang digunakan dalam novel
adalah bahasa sehari-hari dan yang paling umum digunakan dalam masyarakat. Novel The Harsh Cry of The Heron
yang menjadi objek penelitian, banyak menceritakan tentang kehidupan masyarakat Jepang pada awal abad ke-17. Dalam novel tersebut dipaparkan
bagaimana sistem pemerintahannya, keadaan masyarakat mulai dari kelas atas sampai kelas
Universitas Sumatera Utara
bawah, kehidupan beragama, kebudayaan, perubahan-perubahan sosial, dan konflik karena masa itu adalah masa transisi dari penguasa sebelumnya kepenguasa yang baru.
Melalui pendekatan sosiologis ini, penulis juga akan menganalisis bagaimana peran agama dalam hal ini agama Zen dalam mempengaruhi kehidupan tokoh-tokoh yang
terdapat dalam novel The Harsh Cry of The Heron. Menurut Ali 2002:100, agama yang dianut melahirkan berbagai perilaku sosial, yakni perilaku yang tumbuh dan berkembang
dalam kehidupan bersama. Agama mampu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kekuatan- kekuatan sosial. Menurut Suprayogo 2001:24, gejala-gejala sosial-agama dapat berupa
tindakan-tindakan, ucapan-ucapanungkapan-ungkapan, sikap-sikap, simbol-simbol yang dihargai, cita-cita, emosi-emosi dan pikiran-pikiran yang oleh pelakunya dianggap
memiliki keterkaitan dengan hidup keberagamannya atau merupakan perwujudan dari ajaran atau doktrin agama yang diyakini.
Pendekatan kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan historis sejarah. Hakiat imajinasi karya sastra adalah wakil zamannya dan dengan demikian
merupakan refleksi zamannya Nyoman, 2004:66. Novel The Harsh Cry of The Heron adalah novel yang banyak mengandung cerita sejarah bangsa Jepang pada masa lampau
yaitu abad ke-17 atau dikenal dengan zaman Edo, dimana semangat zaman tersebut mempengaruhi masyarakat Jepang hingga sekarang. Pendekatan historis mengkonsumsikan
bahwa realitas sosial yang terjadi sekarang ini sebenarnya merupakan hasil proses sejarah yang terjadi sejak beberapa tahun, ratusan tahun, atau bahkan ribuan tahun yang lalu Ali,
2002:117. Menurut Nyoman 2004:65, pendekatan historis mempertimbangkan historis karya
sastra yang diteliti, yang dibedakan dengan sejarah sastra sebgai perkembangan sastra sejak
Universitas Sumatera Utara
awal hingga sekarang, sastra sejarah sebagai karya sastra yang mengandung unsur-unsur sejarah, dan novel sejarah, novel dengan unsur-unsur sejarah. Pendekatan sejarah paling
tepat digunakan untuk meneliti sastra sejarah dan novel sejarah. Dapat dikatakan penelitian suatu karya sastra tidak terlepas dari pendekatan secara historissejarah, karena karya sastra
dapat mewakili ciri-ciri zamanya. Suprayogo 2001:67 berpendapat melalui analisis sejarah, baru dapat dilacak asal
mula situasi yang melahirkan suatu ide dari seorang tokoh. Melalui analisis sejarah pula, dapat diketahui bahwa seorang tokoh dalam berbuat atau berpikir sesungguhnya dipaksa
oleh keinginan-keinginan dan tekanan-tekanan yang muncul dari dirinya sendiri. Hal ini berarti, kondisi ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu karya sastra tidak
muncul begitu saja, ada sebab-sebab yang melatarbelakanginya. Melalui pendekatan historis itu, penulis akan menganalisis tentang perkembangan Zen dalam masyarakat
Jepang yang tergambar dalam novel The Harsh Cry of The Heron, bagaimana situasi zaman pada masa itu awal zaman Edo, dan bagaimana sejarah muncul dan berkembangnya
agama Zen di Jepang, agar dapat memahami ajaran Zen secara utuh dalam novel The Harsh Cry of The Heron
. Pendekatan terakhir yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
semiotik. Semiotik semiotika dalam ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosialmasyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik
itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi, yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti Pradopo, 2007:71. Mengapa harus menggunakan
teori semiotik? Hal ini dikarenakan karya sastra itu sendiri merupakan struktur tanda-tanda yang bermakna, tetapi bila kita tidak memahami sistem tanda, tanda dan maknanya, dan
Universitas Sumatera Utara
konvensi tanda, kita tidak akan mengerti karya sastra itu secara optimal. Menurut Nurgiyantoro 1998:40 tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat
berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan lain-lain. Jadi yang dapat menjadi tanda sebenarnya bukan hanya bahasa saja, melainkan berbagai hal yang melingkupi
kehidupan ini. Makna tanda itu sendiri berasal dari konteks dimana ia diciptakan dan sebuah tanda memiliki banyak arti atau sama sekali tidak berarti. Tanda tidak berfungsi
dalam dirinya sendiri. Peletak dasar teori semiotik ada dua orang, yaitu Ferdinand de Saussure dan Charles
Sanders Peirce. Saussure dikenal sebagai bapak ilmu bahasa modern dan mempergunakan istilah semiopologi, sedangkan Peirce seorang ahli filsafat dan memakai istilah semiotik.
Dalam Nurgiyantoro 1998:40 dituliskan, Peirce memusatkan perhatian pada berfungsinya tanda pada umumnya dengan menempatkan tanda-tanda linguistik pada tempat yang
penting, namun bukan yang utama. Hal yang berlaku bagi tanda pada umumnya, berlaku pula bagi linguistik, namun tidak sebaliknya. Saussure, di pihak lain, mengembangkan
dasar-dasar teori linguistik umum. Kekhasan teorinya terletak pada kenyataan bahwa ia menganggap bahasa sebagai sebuah sistem tanda.
Peirce juga membedakan hubungan antara tanda dengan acuannya ke dalam tiga jenis hubungan, 1 ikon, jika ia berupa hubungan kemiripan, 2 indeks, jika ia berupa
hubungan kedekatan eksistensi, dan 3 simbol, jika ia berupa hubungan yang sudah terbentuk secara konvensi. Sedangkan menurut Saussure Nurgiyantoro, 1998:43, bahasa
sebagai sebuah sistem tanda, memiliki dua unsur yang tak terpisahkan:signifer dan signified, signifiant
dan signifie, atau penanda dan petanda.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori semiotika untuk menjelaskan dan memperlihatkan tanda-tanda secara mendalam dalam novel The Harsh Cry of The Heron.
Tanda-tanda tersebut dapat berupa pemikiran tokoh-tokohnya yang mewakili adanya ajaran Zen
dalam pembentukan sikap mereka dalam masyarakat, dan juga terdapatnya kebenaran tentang perkembangan ajaran Zen dalam novel The Harsh Cry of The Heron.
2.4. Biografi Pengarang