35
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan unsur penting di dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah
penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya Hadi, 2000. Atas dasar itu, maka dalam bab ini akan dibahas mengenai masalah-masalah:
identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengumpulan sampel, metode pengambilan data dan metode analisis
data.
III. A. Identifikasi Variabel Penelitian
Untuk dapat menguji hipotesa penelitian terlebih dahulu diidentifikasikan variabel-variabel penelitian. Variabel-variabel penelitian yang
digunakan terdiri dari : 1.
Variabel Bebas : Komitmen Karyawan terhadap Organisasi 2.
Variabel Tergantung : Organizational Citizenship Behavior OCB
III. B. Definisi Operasional Variabel III. B. 1. Organizational Citizenship Behavior OCB
Organizational Citizenship Behavior OCB adalah perilaku yang bersifat bebas dan sukarela karena perilaku tersebut tidak diharuskan oleh
persyaratan peran atau deskripsi jabatan berdasarkan kontrak dengan organisasi, melainkan sebagai pilihan personal. Organ, 1988
Universitas Sumatera Utara
36 OCB meliputi perilaku menolong karyawan lain secara sukarela,
memberikan saran yang membangun demi kemajuan organisasi, menghadiri setiap kegiatan yang dilakukan organisasi, datang tepat waktu,
mempertimbangkan nasehat atau saran dari karyawan lain sebelum mengambil keputusan, dan tidak mengeluh apabila ada kondisi-kondisi yang kurang ideal
yang ada didalam organisasi. OCB akan diungkap melalui skala OCB yang disusun berdasarkan
dimensi-dimensi OCB oleh Organ 1988 yaitu altruism, civic virtue, concientiousness, courtesy, sportmanship. Semakin tinggi skor skala OCB, maka
semakin tinggi OCB yang dimiliki seorang individu. Sebaliknya, semakin rendah skor skala OCB, maka semakin rendah OCB individu.
III. B. 2. Komitmen Karyawan terhadap Organisasi
Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan hubungan aktif antara karyawan dengan organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen
organisasi tinggi akan memiliki keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi, menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi, dan rela mengerahkan usaha yang
besar untuk kepentingan organisasi Meyer dan Allen, 1990. Komitmen organisasi yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari 3 tipe yaitu affective
commitment, continuance commitment dan normative commitment. Tipe affective commitment meliputi adanya keterikatan psikologis
antara karyawan dan organisasi. Komitmen ini meliputi ikatan emosional karyawan terhadap organisasi, pengenalan, dan keterlibatan dalam organisasi.
Universitas Sumatera Utara
37 Tipe continuance commitment merupakan komitmen individu yang
didasarkan pada pertimbangan tentang apa yang harus dikorbankan bila meninggalkan organisasi. Seseorang yang memiliki komitmen ini terikat dengan
organisasinya dengan alasan ekonomi dan terlalu banyak hal yang harus dikorbankan seperti waktu, dan usaha yang telah di investasikan bila
meninggalkan organisasi. Ini berarti bahwa mereka bertahan di suatu organisasi karena mereka membutuhkan organisasi tersebut. Karyawan yang memiliki tipe
continuance commitment ini memiliki keterlibatan yang kurang dalam organisasi. Tipe normative Commitment merupakan komitmen yang terbentuk
karena persepsi individu bahwa sebagai anggota organisasi, mereka merasa ada kewajiban untuk tetap memiliki komitmen terhadap organisasinya. Ini berarti
bahwa individu yang memiliki komitmen ini memandang keterlibatannya didalam organisasi karena adanya rasa tangung jawab yang harus dipenuhi untuk
organisasi. Keterlibatan karyawan yang memiliki tipe normative commitment ini berdasarkan tanggung jawab karyawan tersebut terhadap organisasi.
Data tentang tipe komitmen karyawan terhadap organisasi diungkap melalui skala komitmen karyawan yang disusun oleh peneliti berdasarkan pada
aspek identifikasi, keterlibatan, dan loyalitas yang diungkapkan oleh Mowday, Porter dan Steers 1983. Semakin tinggi skor pada skala affective commitment,
maka individu dapat digolongkan sebagai karyawan yang memiliki affective commitment. Begitu juga semakin tinggi skor pada skala continuance
commitment, maka individu dapat digolongkan sebagai karyawan yang memiliki continuance commitment, dan semakin tinggi skor pada skala normative
Universitas Sumatera Utara
38 Commitment, maka individu dapat digolongkan sebagai karyawan yang memiliki
normative Commitment.
III. C. Populasi dan Metode pengambilan sampel III. C. 1. Populasi