B. 3. Tipe-tipe Komitmen Karyawan terhadap Organisasi

30

II. B. 3. Tipe-tipe Komitmen Karyawan terhadap Organisasi

Tipe-tipe komitmen yang diungkapkan oleh satu peneliti dan peneliti yang lain kurang lebih mengungkapkan hal yang sama hanya saja menggunakan istilah yang berbeda. Untuk konsep komitmen terhadap organisasi yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah tipe komitmen terhadap organisasi yang diungkapkan oleh Allen Meyer 1990. Hal ini disebabkan karena komponen yang diungkapkan oleh Allen dan Meyer lebih spesifik dan jelas dalam mengungkapkan komitmen terhadap organisasi yang dimiliki seseorang sehingga dapat diperoleh alasan-alasan yang mendasari bertahannya seorang karyawan dalam suatu perusahaan. Allen dan Meyer 1990 membedakan komitmen organisasi atas tiga komponen, yaitu : 1. Affective Commitment yaitu menunjukkan adanya ketertarikan psikologis antara individu dengan organisasinya. Ini berarti seseorang bertahan di suatu organisasi karena mereka memang menginginkannya. Komitmen ini meliputi ikatan emosional karyawan, pengenalan, dan keterlibatan dalam organisasi. 2. Continuance Commitment, yaitu komitmen individu yang didasarkan pada pertimbangan tentang apa yang harus dikorbankan bila meninggalkan organisasi. Seseorang yang memiliki komitmen ini terikat dengan organisasinya dengan alasan ekonomi dan terlalu banyak hal yang harus dikorbankan seperti waktu, dan usaha yang telah di investasikan, bila meninggalkan organisasi. Ini berarti bahwa Universitas Sumatera Utara 31 mereka bertahan di suatu organisasi karena mereka membutuhkan organisasi tersebut. Semakin lama karyawan berada pada organisasi, maka ia akan semakin tidak ingin kehilangan apa yang sudah mereka invesatasikan pada organisasi selama mereka bekerja. 3. Normative Commitment, yaitu keyakinan individu tentang tanggung jawab terhadap organisasi. Sehingga komitmen ini didefinisikan sebagai suatu bentuk komitmen yang terbentuk karena persepsi individu bahwa sebagai anggota organisasi mereka merasa ada kewajiban untuk tetap memiliki komitmen terhadap organisasinya. Ini berarti bahwa individu tetap bertahan menjadi anggota organisasi karena ia merasa punya kewajiban. Setiap karyawan memiliki dasar dan tingkah laku yang berbeda berdasarkan komitmen organisasi yang dimilikinya. Karyawan yang memiliki komitmen organisasi dengan dasar afektif memiliki tingkah laku berbeda dengan karyawan yang memiliki komitmen yang berdasarkan continuance. Karyawan yang ingin menjadi anggota akan memiliki keinginan untuk menggunakan usaha yang sesuai dengan tujuan organisasi. Sebaliknya, mereka yang terpaksa menjadi anggota akan menghindari kerugian finansial dan kerugian lain, sehingga mungkin hanya melakukan usaha yang tidak maksimal. Sementara itu, komponen normatif yang berkembang sebagai hasil dari pengalaman sosialisasi, tergantung dari sejauh apa perasaan kewajiban yang dimiliki pegawai. Komponen normatif menimbulkan perasaan kewajiban pada pegawai untuk memberi balasan atas apa yang telah diterimanya dari organisasi. Universitas Sumatera Utara 32 II. C. Perbedaan Organizational Citizenship Behavior OCB ditinjau dari Komitmen Karyawan terhadap Organisasi. Organ 1988 mendefinisikan Organizational citizenship behavior sebagai perilaku individu yang bersifat bebas discretionary, yang tidak secara langsung atau eksplisit mendapat penghargaan dari sistem imbalan formal, dan yang secara keseluruhan mendorong keefektifan fungsi-fungsi organisasi. OCB ini bersifat bebas dan sukarela karena perilaku tersebut tidak diharuskan oleh persyaratan peran atau deskripsi jabatan yang secara jelas dituntut berdasarkan kontrak dengan organisasi, melainkan sebagai pilihan personal. OCB adalah hasil positif dari komitmen para karyawan terhadap organisasi, dikarakteristikkan dengan memberikan kontribusi extra-role yang dilakukan secara sukarela. Begitu juga, Becker, 1992 dalam Muhammad, 2004 menemukan penyebab dari OCB adalah komitmen karyawan terhadap organisasi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa OCB akan cenderung ditampilkan oleh karyawan yang memiliki komitmen terhadap organisasi. Komitmen organisasi merupakan kondisi dimana pegawai sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai, dan sasaran organisasinya. Komitmen organisasi ini artinya lebih dari sekedar keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi. Ini berarti bahwa karyawan yang memiliki komitmen terhadap organisasi, akan bekerja seolah-olah memiliki organisasi. Hal inilah yang memberikan organisasi kemampuan yang lebih dalam usaha untuk mencapai tujuan-tujuannya Mathis dan Jackson, 2001. Universitas Sumatera Utara 33 Komitmen karyawan terhadap organisasi memiliki 3 tipe, yaitu Affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment Allen Meyer, 1990. Setiap karyawan memiliki dasar dan tingkah laku yang berbeda berdasarkan komitmen organisasi yang dimilikinya. Karyawan yang memiliki komitmen organisasi dengan dasar affective memiliki tingkah laku berbeda dengan karyawan yang memiliki komitmen yang berdasarkan continuance. Begitu pula dengan karyawan yang memiliki komitmen Normative. Karyawan yang memiliki komitmen affective akan memiliki keinginan untuk menggunakan usaha yang sesuai dengan tujuan organisasi. Oleh karena itu, mereka akan bersedia melakukan apa saja untuk memajukan organisasi yang mereka tempati, salah satunya adalah bersedia mengerjakan tugas-tugas ekstra ataupun OCB. Sebaliknya, karyawan yang memiliki komitmen continuance akan menghindari kerugian finansial dan kerugian lain, sehingga mungkin hanya melakukan usaha yang tidak maksimal. Oleh karena itu, karyawan yang memiliki komitmen continuance ini hanya bersedia untuk melakukan tugas-tugas yang sudah menjadi tanggung jawabnya saja dan jarang bersedia menampilkan OCB. Sementara itu, komponen normative yang berkembang sebagai hasil dari pengalaman sosialisasi, tergantung dari sejauh apa perasaan kewajiban yang dimiliki pegawai. Komitmen normative menimbulkan perasaan kewajiban pada pegawai untuk memberi balasan atas apa yang telah diterimanya dari organisasi. Sehingga karyawan yang memiliki komitmen normative akan menampilkan OCB apabila karyawan tersebut merasa memiliki kewajiban yang besar untuk memberikan yang terbaik untuk perusahaan. Universitas Sumatera Utara 34 Penelitian yang dilakukan di Nepal menyatakan bahwa karyawan yang memiliki komitmen affective dan normative akan lebih cenderung menampilkan OCB, sedangkan karyawan yang memiliki komitmen continuance kecenderungan untuk menampilkan OCB sangat rendah Davis, 2004.

II. D. Hipotesis Penelitian