43
III. D. 2. Skala OCB
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur OCB adalah skala OCB yang disusun berdasarkan dimensi-dimensi OCB yaitu Altruism, Civic virtue,
Concientiousness, Courtesy, dan Sportmanship, yang dikemukakan oleh Organ 1988.
Skala disusun berdasarkan skala Likert yang terdiri dari dua kategori aitem yaitu aitem unfavorable dan aitem favorable, dan menyediakan empat
alternatif jawaban. Pemberian skor untuk skala ini bergerak dari 4 sampai 1 untuk aitem favorable, sedangkan untuk aitem unfavorable bergerak dari 1 sampai 4.
Universitas Sumatera Utara
44
Tabel 4. Distribusi aitem-aitem
Skala OCB Sebelum Uji Coba No. Aspek
Indikator Perilaku
Favorable Unfavorable
Jumlah
1. Altruism
- Membantu rekan sekerja secara sukarela.
1, 7, 29, 35, 41
3, 12, 30, 39, 40
10
2. Civic Virtue
- Memberi saran yang membangun terhadap
efektifitas kinerja tim. 8, 23, 25
11, 49 5
- Kehadiran secara aktif . 22
38, 50 3
- Ikut memperhatikan kehidupan organisasi.
37 14 2
3. Concientiousness
- Datang tepat waktu dan tidak menghabiskan waktu
untuk hal-hal yang tidak perlu.
2, 9, 43 17, 32
5
- Menyelesaikan tugas tepat waktu.
31 4, 15
3
- Bekerja dengan ketelitian tinggi.
21 42 2
4. Courtesy
- Mempertimbangkan nasehat sebelum
mengambil keputusan. 16, 27, 45,
48 46
5
- Pemberian informasi penting terhadap rekan
kerja. 28
18, 24, 26, 36 5
5. Sportmanship
- Memandang organisasi kearah positif.
5, 33, 44 6, 34, 47
6
- Tidak mengeluh terhadap kondisi yang kurang ideal.
10, 13 19, 20
4 Jumlah 25
25 50
III. D. 3. Uji Coba Alat Ukur
Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan
yang tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras
Universitas Sumatera Utara
45 atau sesuai dengan fungsi ukur tes. Atau dengan kata lain, memilih aitem yang
mengukur hal yang sama dengan apa yang diukur oleh tes sebagai keseluruhan Azwar, 1999.
Tahap uji coba alat ukur ini meliputi pengujian validitas dan reliabilitas alat ukur agar hasil dapat dipertanggungjawabkan.
1. Uji daya diskriminasi aitem.
Daya diskriminasi aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan
yang tidak memiliki atribut yang diukur. Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan dengan perhitungan koefisien korelasi antara distribusi
skor aitem dengan distribusi skor total skala itu sendiri Azwar, 2000. Pengujian daya diskriminasi aitem ini dilakukan dengan
mengkolerasikan antara skor tiap aitem dengan skor total, dengan menggunakan tehnik korelasi Pearson Product Moment secara komputasi
dengan program SPSS for windows 12,0 version. Parameter daya diskriminasi aitem yang berupa koefisien korelasi item-total
memperlihatkan kesesuaian fungsi item dengan fungsi skala dalam mengungkap perbedaan individu. Sebagai kriteria pemilihan aitem
berdasarkan korelasi aitem total, biasanya digunakan batasan
r
ix
≥ 0.30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30 daya
pembedanya dianggap memuaskan. Namun apabila jumlah aitem yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, kita dapat
mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria sehingga
Universitas Sumatera Utara
46 jumlah aitem yang diinginkan dapat tercapai. Tetapi Kriteria dibawah 0.20
sangat tidak disarankan Azwar, 1999. 2.
Validitas alat ukur Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan
suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat
tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut Azwar, 2000.
Adapun teknik yang digunakan untuk menguji validitas alat ukur dalam penelitian ini adalah : validitas isi. Dimana kemampuan alat tes
mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur yang ditentukan berdasarkan derajat representatif isi tes tersebut Azwar, 2000. Valid
tidaknya suatu alat tes dinilai melalui pendapat profesional profesional judgement. Selanjutnya, dilakukan uji face validity yaitu sebelum skala di
uji coba, terlebih dahulu ditunjukkan kepada beberapa orang apakah skala tersebut sudah layak untuk di uji coba.
3. Reliabilitas alat ukur
Reliabilitas alat ukur menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat ukur yang bersangkutan, bila diterapkan beberapa kali
pada kesempatan yang berbeda Hadi, 2000. Reliabilitas alat ukur yang dapat dilihat dari koefisien reliabilitas merupakan indikator konsistensi
atau alat kepecayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran Azwar, 2001.
Universitas Sumatera Utara
47 Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi
internal Cronbach’s alpha coefficient yaitu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu
sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi antar item atau bagian dalam skala. Teknik ini dipandang ekonomis dan praktis Azwar,
2000. Pengujian reliabilitas ini akan menghasilkan reliabilitas dari skala komitmen organisasi dan skala OCB. Menurut Sekaran dalam
Hardaningtyas, 2004, pada umumnya jika koefisien Cronbach’s Alpha lebih kecil dari 0.6 dapat dikatakan tingkat reliabilitasnya kurang baik,
sedangkan koefisien Cronbach’s Alpha di atas 0.7 sampai 0.8 adalah tingkat reliabilitasnya dapat diterima, dan akan sangat baik jika di atas 0.8.
III. D. 4. Hasil Uji Coba