10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
T ing
k a
t K e
la ng
sung a
n H
idup
Waktu Hari Ke-
K + K -
A B
C
Gambar 6. Kelangsungan hidup ikan lele pasca infeksi bakteri A.hydrophilla Kontrol positif K+, Kontrol negatif K-, 5g A, 10g B dan 20g C
kg
-1
pakan Kematian ikan lele di tandai dengan adanya radang, hemoragi dan tukak.
Menurut Angka et al. 2000 bahwa A.hydrophila menghasilkan produk yang bersifat toksin sehingga menyebabkan darah mengalami hemolisis yang
menyebabkan ikan lele mengalami kematian.
4.2 Perubahan Parameter Makroskopis dan Mikroskopis Ikan Lele Pasca
Infeksi Bakteri A.hydrophila
4.2.1 Gejala Klinis
Pengamatan parameter makroskopis pasca infeksi bakteri A.hydrophila terjadi perubahan pada anatomi organ luar dan organ dalam ikan lele. Pada
anatomi organ luar terjadi perubahan yaitu tampak terjadi radang Gambar 7 di bekas suntikan pada jam ke-6 sampai jam ke-12 kemudian pada jam 12-24
berkembang menjadi hemoragi Gambar 8 selanjutnya menjadi tukak gambar 9 dan sampai pada kematian.
Menurut Snieszko dan Alexrod 1971 bahwa bakteri A.hydrophila berkumpul pada pembulu darah, kemudian keluar ke jaringan urat daging,
berkembangbiak membentuk suatu pembengkakan yang berisi bakteri, darah dan jaringan yang mengalami nekrosis. Kematian lokal jaringan pada daerah sekitar
suntikan terlihat mempunyai batas yang jelas dari daerah sekitarnya dan nampak mengalami pembengkakan, biasanya berwarna putih keabu-abuan, kuning atau
a b
jingga, dikelilingi zona berwarna merah yang merupakan reaksi radang serta yang mati lebih rapuh. Menurut Roberts 1993 dalam Angka 2005 A. hydrophila
yang bersifat virulen menghasilkan β-hemolisin, elastase dan mempunyai lapisan S dipermukaan sel. Hemolisin yang terlarut menyebabkan hemoragi dan
merangsang terjadinya tukak kulit di ikan. Hemoragi adalah pendarahan atau keluarnya darah dari batas system kardiovaskular dan keluarnya darah yang
sebenarnya dari tubuh Fauzan 1997. Hemoragi terjadi karena bakteri dapat masuk dan menempel pada dinding pembuluh darah serta merusaknya sehingga
pembuluh darah pecah dan darah keluar Runnels et al. 1965
Gambar 7 : a. Ikan lele dumbo kontrol b. Ikan lele dumbo yang mengalami radang
Menurut Cahlill 1990, Tukak yang terbentuk diakibatkan oleh aktivitas proteolitik bakteri. Keadaan ini dimungkinkan oleh adanya substansi produk
ekstraseluler bakteri seperti protease dan sitotoksin yang menghidrolisa dan melisis jaringan inang. Terbentuknya tukak tersebut melalui tahapan hiperemia,
peradangan, nekrosis dan tukak Plumb 1994.
Gambar 8 : a.b. Ikan lele yang mengalami hemoragi
a b
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 13 14
S k
o rin
g G
e ja
la Klin
is
Waktu hari ke-
K- K+
PDT
Gambar 9 : a.b. Ikan lele yang mengalami tukak Berdasarkan hasil pengukuran diameter gejala klinis dan skoring gejala
klinis Lampiran 7-10 pasca infeksi bakteri A. hydrophila gejala yang ditimbulkan meliputi radang, hemoragi, tukak dan selanjutnya ikan mengalami
kematian. Skoring gejala klinis ikan lele pada perlakuan kontrol positif pada hari ke-1 skor rata-rata 5,60 dan pada hari ke-3 mengalami kenaikan kerusakan tukak
dengan skor rata-rata 9,00 selanjutnya pada hari ke-5 sampai hari ke-6 terjadi kematian sebanyak 6 ekor ikan. Pada akhir perlakuan yaitu pada hari ke-14
terlihat ikan masih mengalami tukak dengan skor rata-rata 5,67. Menurut Bullock et al. 1971 dan Meyer 1979 dalam Angka 2005, masa inkubasi penyakit ini
antara 10-14 hari. Pada perlakuan dosis terbaik 10 g kg
-1
pakan pada hari ke-1 skor rata-rata 4,13 dan pada hari ke-3 mengalami kenaikan kerusakan tukak
skornya mencapai 9,00 dan terdapat 1 ekor ikan mengalami kematian. Selanjutnya pada hari ke-9 mengalami penurunan kerusakan tukak dengan skor rata-rata 7,07.
Pada akhir perlakuan yaitu pada hari ke-14 terlihat ikan masih mengalami tukak akan tetapi mempunyai skor rata-rata terendah yaitu 3,43.
Gambar 10. Skoring rata-rata gejala klinis ikan lele dumbo pasca infeksi A.hydrophila. K- kontrol negatif, K+ kontrol positif, PDT dosis
terbaik 10 g kg
-1
a b
Pada Gambar 14 diatas terlihat bahwa skor rata-rata gejala klinis menunjukkan bahwa perlakuan dosis terbaik 10g kg
-1
pakan k-karagenan dalam pakan diduga dapat meningkatkan sistem imun tubuh dan menghambat
pertumbuhan bakteri. Angka 2005, bahwa pertahanan spesifik ikan fungsinya selain untuk mencegah infeksi, membatasi penularan, juga menyingkirkan
jaringan yang rusak.
Enzim dan toksin yang dihasilkan oleh A.hydrophila sebagai produk ekstraseluler merupakan racun bagi ikan yang dapat menyebabkan perubahan
warna dan struktur organ dalam Lallier et al. 1984. Pengamatan terhadap parameter organ dalam ikan lele menunjukkan perubahan organ dalam pada
perlakuan Kontrol negatif K- terlihat warna organnya dalam keadaan normal yaitu ginjal berwarna merah kecoklatan, hati berwarna merah kecoklatan, empedu
berwarna hijau kebiruan dan limpa berwarna merah tua. Perlakuan K+ kontrol positif terlihat ginjal berwarna merah dan agak pucat sedikit membengkak, hati
berwarna merah tua sedikit membengkak, empedu berwarna hijau kekuningan dan limpa berwarna merah tua agak kehitaman. Sedangkan perlakuan PDT 10 g kg
- 1
pakan terlihat ginjal berwarna merah kecoklatan dan agak tua, hati berwarna merah kecoklatan, empedu berwarna hijau kekuningan dan limpa berwarna merah
tua dan pada perlakuan ini tidak terdapat pembengkakan pada organ dalam tersebut.
Menurut Nabib dan Pasaribu 1989, bakteri A.hydrophila menyebabkan rusaknya jaringan ginjal dan hati sehingga membengkak, nampak pucat berwarna
hijau sedangkan ginjal membengkak berwarna merah muda. Perbaikan organ yang rusak akan berlangsung lambat apabila ikan yang terinfeksi tidak memiliki sistem
kekebalan tubuh yang baik sehingga kerusakan organ biasanya akan berakhir dengan kematian.
4.2.2 Histopatologi